Posted on Leave a comment

Cara Menentukan Besar pH Larutan Asam-Basa

Hai semua. Artikel ini akan membahas mengenai cara menentukan besar pH larutan asam-basa.

Yuk simak!!

Secara sederhana, kita memahami asam sebagai suatu zat yang jika dicicipi berasa masam, misalnya lemon. Sedangkan basa adalah suatu zat yang bersifat pahit dan licin, contohnya sabun.

Nah, pengertian asam dan basa menurut beberapa ahli dijelaskan dalam teori asam-basa, salah satunya yaitu teori asam-basa Arrhenius.

Pada tahun 1887, Svante August Arrhenius, ilmuwan asal Swedia menyatakan bahwa asam adalah zat yang bila dilarutkan dalam air menghasilkan ion H+/H3O+. Sementara basa adalah zat yang bila dilarutkan dalam air menghasilkan ion OH-. Sebagaimana persamaan reaksi ionisasi berikut ini. Continue reading Cara Menentukan Besar pH Larutan Asam-Basa

Posted on Leave a comment

Segregasi dalam Pengolahan Air Limbah

​Dalam pengolahan limbah cair, ada istilah segregasi. Apakah segregasi itu? Secara mudah, segregasi dapat diartikan sebagai suatu proses pemisahan limbah antara jenis satu dengan lainnya. 

Seberapa pentingkah segregasi dalam pengolahan limbah cair?

Bagaimana caranya? Segregasi merupakan tahapan yang penting untuk memudahkan langkah memilih metode yang sesuai dalam penanganannya. Segregesi pada pengolahan limbah dapat kita bagi menjadi dua yaitu:

1.Segresi Bisa Diolah dan Tidak Bisa Diolah

Sebelumnya kita perlu memahami bahwa pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) tidak semua limbah dapat diolah karena IPAL sudah dirancang dengan suatu sistem tertentu.

Proses segregasi yang harus dilakukan pertama kali adalah, kita harus memisahkan antara limbah yang bisa diolah dan tidak.

Hal ini bisa dengan beberapa cara, cara yang termudah adalah dengan menggunakan analisa fisik secara kasat mata. Apakah cemaran yang ada bisa dipisahkan dengan cara pengendapan biasa (Dengan atau tanpa chemical) ataukah membutuhkan proses yang sangat panjang.

Cara yang kedua adalah dengan membawa sampel air limbah tersebut ke laboratorium dan melihat polutan apa saja dan berapa tingginya ada di dalam air tersebut. Kalau ternyata jumlah polutan dapat dibilang cukup ekstrem kita bisa langsung saja menyimpulkan limbah tersebut tidak bisa masuk ke dalam IPAL yang sudah kita buat.

2.Segregasi Limbah Sejenis atau Tidak Sejenis

Proses segregasi yang kedua yang bisa kita lakukan adalah dengan memperhatikan jenis air limbah yang kita miliki. Sama dengan mayoritas atau berbeda? Jika pada sebuah pabrik plating dan disana terdapat proses yang menghasilkan limbah air dengan mengandung Almunium dan mengandung Chrom.

Kedua jenis limbah tersebut sudah pasti berbeda, dan tidak bisa disatukan dalam proses pengolahannya karena akan menjadi kacau.

Almunium cukup diolah dengan cara dinaikan ke pH 8 lalu diberikan sedikit koagulan dan flokulan. Sedangkan chrom perlu direduksi terlebih dahulu dengan menggunakan Tio Sulfat.

Oleh karena itu untuk kasus-kasus seperti ini, perlu dilakukan segregasi terlebih dahulu.

Posted on Leave a comment

Berapa Sih pH Urin Kita?

​Penasaran ga sih dengan tingkat keasaman urin kita? 

Sebelumnya kita harus mengetahui bahwa urine atau air seni atau air kencing merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.

pH urine pada orang normal adalah 4,8 – 7,4. pH di bawah 7,0 disebut asam (acid) dan pH di atas 7,0 dinamakan basa (alkali). 

Untuk apa  mengetahui pH urin kita?

Ginjal dan jantung adalah dua organ utama yang mengatur keseimbangan asam dalam tubuh. Jantung mengeluarkan karbondioksida. Sementara ginjal mengatur pengeluaran asam yang tidak mudah menguap yang dihasilkan oleh proses metabolisme normal dari jaringan-jaringan. Keasaman urin utamanya berkaitan dengan asam pospat, dengan hanya sedikit bagian yang dikontribusikan oleh asam-asam organik seperti asam pyruvic, asam laktat dan asam sitrat. Asam-asam ini dikeluarkan pada urin sebagai garam, natrium, kalium, kalsium dan ammonium. Ginjal mengatur pengeluaran berbagai kation untuk memelihara keseimbangan asam normal. Hal ini dilakukan melalui penyerapan kembali sejumlah ion sodium oleh tubulus dan seiring dengan pengeluaran tubular akan hidrogen dan ammonium dalam pertukaran. Urin makin bertambah meningkatkan asam karena jumlah sodium disimpan oleh peningkatan tubuh. Salah satu cara paling efisien untuk mendeteksi sindrom metabolisme adalah dengan meneliti tingat keasaman atau pH air seni.

Bagaimana bila urin kita asam ataupun basa?

Urin asam yang berlebihan, dengan pH lebih rendah daripada 6,0, mungkin dikeluarkan oleh pasien pada diet protein tinggi. Pengobatan tertentu seperti ammonium klorida dan asam mandetic mungkin juga menghasilkan urin asam. Pasien dengan acidosis dan diabetes mellitus yang tidak dikontrol mengeluarkan urin yang mengandung sejumlah besar asam.

Urin alkalin sering dikeluarkan setelah makanan sebagai respon normal terhadap pengeluaran HClnpada getah perut. Urin alkalin terjadi pada individual-individual yang mengkonsumsi makanan-makanan yang tinggi pada sayuran, buah jeruk, susu dan produk-produk susu. Obat-obat tertentu, seperti sodium bikarbonat, potassium sitrat, dan acetazolamide, menyebabkan pembentukan urin alkalin. Renal tubular acidosis adalah penyakit khusus ginjal dimana tubulus ginjal tidak mampu mengeluarkan ion hydrogen meskipun acidosis sistematik ada dalam tubuh. 

Posted on Leave a comment

Bagaimana Pengolahan Limbah Cair Secara Anaerob?

​Pada pengolahan limbah cair, salah satu bagian penting adalah tahap pengolahan menggunakan mikroorganisme. Berdasarkan kondisinya, pengolahan menggunakan mikroornanisme dibagi menjadi dua yaitu pengolaha aerobik dan anaerobik.

Apa itu pengolahan anaerobik?

Pengolahan air limbah  anaerob merupakan pengolahan air limbah dengan mikroorganisme tanpa injeksi udara/oksigen kedalam proses pengolahan. Pengolahan air limbah  anaerob bertujuan untuk merombak bahan organik dalam air limbah menjadi bahan yang lebih sederhana yang tidak berbahaya. Disamping itu pada proses pengolahan anaerob akan dihasilkan gas-gas seperti gas CH4 dan CO2. Proses ini dapat diaplikasikan untuk air limbah organik dengan beban bahan organic (COD) yang tinggi.
Perbedaan pengolahan limbah anaerobik dibanding aerobik dapat dilihat dari kondisi lingkungannya. 

Bagaimana kondisi lingkungan pengolahan limbah anaerobik?

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengolahan anaerobik diantaranya:

  1. Temperatur

Pada proses anaerob, diperlukan temperatur yanga lebih tinggi untuk mencapai laju reaksi yang diperlukan. Pada proses anaerob, penambahan temperatur dapat dilakukan dengan memanfaatkan panas dari gas methane yang merupakan by-product proses anaerob itu sendiri.
2.pH dan Alkalinitas

proses anaerob yang memanfaatkan bakteri methanogen lebih sensitif pada pH dan bekerja optimum pada kisaran pH 6,5 – 7,5. Sekurang-kurangnya, pH harus dijaga pada nilai 6,2 dan jika konsentrasi sulfat cukup tinggi maka kisaran pH sebaiknya berada pada pH 7 – 8 untuk menghindari keracunan H2S. Alkalinitas bikarbonat sebaiknya tersedia pada kisaran 2500 hingga 5000 mg/L untuk mengatasi peningkatan asam-asam volatil dengan menjaga penurunan pH sekecil mungkin. Biasanya dilakukan penambahan bikarbonat ke dalam reaktor untuk mengontrol pH dan alkalinitas.
3.Produksi Lumpur dan Kebutuhan Nutrien

 pada pengolahan anaerob, produksi lumpur adalah sebanyak 0,1 kg VSS/kg COD tersisihkan. Pada pengolahan aerob, konsentrasi nitrogen yang perlu ditambahkan adalah 8-12 persen dan fosfor sebesar 1,5-2,5 persen. Sebagai “rule of thumb”, kebutuhan nutrien pada pengolahan anaerob adalah seperlima dari proses aerob.
Pengolahan limbah secara anaerobik memiliki kelebihan dan kekurangan. Apa saja itu?

Kelebihan pengolahan anaerob : efisiensi yang tinggi, mudah dalam konstruksi dan pengoperasiannya, membutuhkan lahan/ruang yang tidak luas, membutuhkan energi yang sidikit, menghasilkan lumpur yang sedikit, membutuhkan nutrien dan kimia yang sedikit. Sedangkan kekurangan dari pada pengolahan anaerob : penyisihan kandungan nutrient dan patogen yang rendah, membutuhkan waktu yang lama untuk start-up, menimbulkan bau.
Bagaimana mekanisme reaksi pengolahan limbah cair dengan proses anaerobik
Penguraian senyawa organik seperti karbohidrat, lemak dan protein yang terdapat dalam limbah cair dengan proses anaerobik akan menghasilkan biogas yang mengandung metana (50-70%), CO2 (25-45%) dan sejumlah kecil nitrogen, hidrogen dan hidrogen sulfida.
Sebenarnya penguraian bahan organik dengan proses anaerobik mempunyai reaksi yang begitu kompleks dan mungkin terdiri dari ratusan reaksi yang masing- masing mempunyai mikroorganisme dan enzim aktif yang berbeda.
Penguraian dengan proses anaerobik secara umum dapat disederhanakan menjadi 2 tahap:
1.Tahap pembentukan asam
2.Tahap pembentukan metana
Langkah pertama dari tahap pembentukan asam adalah hidrolisa senyawa organik baik yang terlarut maupun yang tersuspensi dari berat molekul besar (polimer) menjadi senyawa organik sederhana (monomer) yang dilakukan oleh enzim-enzim ekstraseluler.
Pembentukan asam dari senyawa-senyawa organik sederhana (monmer) dilakukan oleh bakteri-bakteri penghasil asam yang terdiri dari sub divisi acids/farming bacteria dan acetogenic bacteria. Asam propionat dan butirat diuraikan oleh acetogenic bacteria menjadi asam asetat.

Pembentukan metana dilakukan oleh bakteri penghasil metana yang terdiri dari sub divisi acetocalstic methane bacteria yang menguraikan asam asetat menaji metana dan karbon dioksida. Karbon dioksida dan hidrogen yang terbentuk dari reaksi penguraian di atas, disintesa oleh bakteri pembentuk metana menjadi metana dan air.

Posted on 1 Comment

Melakukan Pengukuran pH Secara Langsung

​Sebelumnya kita review dulu yuk tentang derajat keasaman atau lebih dikenal dengan pH. pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman (atau ke basaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Yang dimaksudkan “keasaman” di sini adalah konsentrasi ion hidrogen(H+) dalam pelarut air.

Nilai pH berkisar dari 0 hingga 14. Suatu larutan dikatakan netralapabila memiliki nilai pH=7. Nilai pH>7 menunjukkan larutan memiliki sifat basa, sedangkan nilai pH<7 menunjukan keasaman.

Nilai pH 7 dikatakan netral karena pada air murni ion H+ terlarut dan ion OH- terlarut (sebagai tanda kebasaan) berada pada jumlah yang sama, yaitu 10-7 pada kesetimbangan.

Secara teori, kita dapat mengetahui pH suatu larutan dengan perhitungan yang melibatkan konsentrasi, jumlah mol, volume larutan pada suatu algoritma seperti pada contoh soal  berikut dan rangkaiannya.

Pada kondisi nyata, prakteknya di lapangan ada beberapa cara mengetahui pH suatu larutan secara langsung tanpa menggunakan perhitungan. Apa sajakah itu?

  1. Kertas lakmus

Warna kertas lakmus dalam larutan asam, larutan basa dan larutan bersifat netral berbeda. Ada dua macam kertas lakmus,yaitu lakmus merah dan lakmus biru. Sifat dari masing-masing kertas lakmus tersebut adalah sebagai berikut.

a. Lakmus merah

Lakmus merah dalam larutan asam berwarna merah dan dalam larutanbasa berwarna biru.

b. Lakmus biru

Lakmus biru dalam larutan asam berwarna merah dan dalam larutanbasa berwarna biru.

c. Lakmus merah maupun biru dalam larutan netral tidak berubah warna.

Sebenarnya lakmus tidak bisa digunakan untuk menentukan nilai derajat keasaman atau pH larutan. Lakmus hanya akan menunjukkan keadaan suatu larutan, baik asam atau basa. Jadi, hasil akhir bukan berupa nilai pH akan tetapi keterangan sifat larutan. Biasanya lakmus digunakan sebagai langkah awal identifikasi larutan yang tidak diketahui sifatnya.

2.Indikator Universal

Indikator universal merupakan campuran dari bermacam-macam indikator yang dapat menunjukkan pH suatu larutan dari perubahan warnanya. Indikator universal ada dua macam yaitu indikator yang berupa kertas dan larutan.
a. Indikator Kertas (Indikator Stick)

Indikator kertas berupa kertas serap dan tiap kotak kemasan indikator jenis ini dilengkapi dengan peta warna. Penggunaannya sangat sederhana, sehelai indikator dicelupkan ke dalam larutan yang akan diukur pH-nya. Kemudian dibandingkan dengan peta warna yang tersedia.
b. Larutan Indikator

Salah satu contoh indikator universal jenis larutan adalah larutan metil jingga (Metil Orange = MO). Pada pH kurang dari 6 larutan ini berwarna jingga, sedangkan pada pH lebih dari 7 warnanya menjadi kuning. Contoh indikator cair lainnya adalah indikator fenolftalin (Phenolphtalein = pp). pH di bawah 8, fenolftalin tidak berwarna, dan akan berwarna merah anggur apabila pH larutan di atas 10.

3.pH meter

Teknologi yang lebih modern yaitu menggunakan pHmeter. Penggunaan alat ini dengan cara dicelupkan pada larutan yang akan diuji, pada pH meter akan muncul angka skala yang menunjukkan pH larutan. Prinsip kerja utama pH meter adalah terletak pada sensor probe berupa elektrode kaca (glass electrode) dengan jalan mengukur jumlah ion H3O+ di dalam larutan. Ujung elektrode kaca adalah lapisan kaca setebal 0,1 mm yang berbentuk bulat (bulb). Bulb ini dipasangkan dengan silinder kaca non-konduktor atau plastik memanjang, yang selanjutnya diisi dengan larutan HCl (0,1 mol/dm3). Di dalam larutan HCl, terendam sebuah kawat elektrode panjang berbahan perak yang pada permukaannya terbentuk senyawa setimbang AgCl. Konstannya jumlah larutan HCl pada sistem ini membuat elektrode Ag/AgCl memiliki nilai potensial stabil.

Sekarang, yang mana yang ingin kalian coba?

Posted on 2 Comments

Contoh soal pH (4)

Contoh soal yang akan dibahas sekarang adalah pH larutan campuran asam lemah-basa kuat. Sebelumnya kita harus tahu contoh asam lemah adalah Asam format (HCOOH), Asam asetat (Asam cuka) (CH3COOH), Asam fluorida (HF), Asam karbonat (H2CO3), Asam sitrat (C6H8O7), Asam sianida (HCN), dan Asam nitrit (HNO3). Sedangkan contoh basa kuat adalah diantaranya Litium hidroksida (LiOH), Natrium hidroksida (NaOH), Kalium hidroksida (KOH), Kalsium hidroksida (Ca(OH)2).

Continue reading Contoh soal pH (4)