Kimia di Sekitar Kita: Indikator Asam-Basa
Asam dan basa adalah sifat larutan yang ditentukan dari nilai pH atau tingkat keasaman. Menurut Svante Arrhenius, seorang ilmuwan Swedia, suatu larutan dapat digolongkan dalam larutan asam jika larutan tersebut dapat melepaskan ion H+ dalam air dalam proses yang disebut ionisasi. Reaksi yang ditimbulkan oleh larutan asam dalam air ini dapat ditulis sebagai HxZ –> xH+ + ZX- dengan x adalah jumlah ion H+ yang dilepaskan. Contoh larutan asam adalah asam klorida (HCl). Asam klorida ini dapat ditemukan salah satunya di lambung, sebagai asam lambung. Reaksi asam klorida dalam proses ionisasi dapat ditulis sebagai HCl –> H+ + Cl–, dengan jumlah ion H+ yang dilepas 1.
Sedangkan larutan disebut basa jika larutan tersebut melepaskan ion OH– dalam proses ionisasi. Secara umum reaksi ionisasi larutan basa dapat ditulis sebagai M(OH)x –> Mx+ + xOH– dengan x adalah jumlah ion OH– yang dilepaskan. Salah satu contoh larutan basa adalah natrium hidroksida atau soda kaustik. Natrium hidroksida banyak digunakan di bidang industri, contohnya industri sabun, deterjen, kertas, dan lain-lain. Reaksi ionisasi natrium hidroksida dapat ditulis sebagai NaOH –> Na+ + OH–, dengan jumlah ion OH– yang dilepas sejumlah 1.
Larutan yang memiliki nilai pH di bawah 7 digolongkan dalam larutan asam, sedangkan larutan yang memiliki nilai pH di atas 7 digolongkan dalam larutan basa. Larutan yang memiliki nilai pH persis 7 disebut larutan netral. Nilai pH memiliki rentang 1-14. Contoh larutan netral ini adalah air (H2O). Semakin kecil nilai pH, maka tingkat keasaman semakin kuat, begitu juga semakin besar nilai pH, maka tingkat kebasaan yang semakin kuat. Oleh karena itu ada istilah asam kuat dan basa kuat. Asam dengan nilai pH 1 disebut lebih kuat daripada asam dengan nilai pH 6, demikian basa dengan nilai pH 10 lebih kuat daripada basa dengan nilai pH 8.
Untuk mengetahui apakah suatu larutan bersifat asam atau basa secara umum, biasanya digunakan indikator asam-basa. Contoh indikator asam-basa paling sederhana adalah kertas lakmus merah dan biru. Mungkin beberapa dari kita pernah menonton iklan di televisi mengenai uji efektivitas suatu produk deodoran menggunakan kertas lakmus/litmus yang ditempelkan di bawah lengan. Nah, kertas lakmus biru akan berubah warna menjadi merah jika kondisinya asam. Begitu pula kertas lakmus merah akan berubah warna menjadi biru dalam kondisi basa. Untuk lebih mudah mengingat, ingat saja warna merah artinya asam dan warna biru artinya basa.
Gambar Kertas Litmus Merah dalam Basa (atas) dan Kertas Litmus Biru dalam Asam (bawah)
Sumber: Department of Chemistry University of Wisconsin-Madison
Ada pula indikator pH universal, yang berupa lembaran kertas kecil dengan beberapa rentang warna, yang jika dimasukkan dalam suatu larutan, indikator pH universal tersebut akan mengalami perubahan warna sesuai dengan nilai pH. Kertas indikator yang telah berubah warna tersebut kemudian dapat dicocokkan dengan rentang nilai pH yang telah disediakan.
Gambar Indikator pH Universal
Sumber: MiniScience.com
Nah, alam sendiri telah membekali kita dengan indikator asam-basa, yaitu bunga. Salah satunya adalah kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis). Mahkota kembang sepatu ini dapat kita gunakan untuk mengetahui

sifat suatu larutan lho! Kembang sepatu yang berwarna merah akan berubah menjadi biru jika terkena larutan basa. Sedangkan bunga dengan mahkota berwarna biru atau keunguan akan berubah menjadi merah jika terkena larutan asam. Menarik, bukan? (nimonoire)
Sumber: Jerome L. Rosenberg (“Kimia Dasar”), R.A.Day and A.L.Underwood (“Quantitative Analysis”)
10 comments