Sejarah Unsur-Unsur Kimia yang Pernah Diakui lalu Dihapus

Sejarah Unsur-Unsur Kimia yang Pernah Diakui lalu Dihapus

Sistem periodik unsur yang kita pakai dan kenal sekarang ini telah melewati perjalanan panjang penemuannya dan modifikasinya hingga kisah beberapa kesalahan yang terjadi pada zaman terdahulu. Hal ini tentunya karena pada zaman tersebut teknologi belum secanggih sekarang sehingga analisa kimia juga belum terlalu akurat. Pada artikel ini kita akan membahasa secara komprehensif mengenai Sejarah Unsur-Unsur Kimia yang Pernah Diakui lalu Dihapus.

Latar Belakang Sejarah

Sebelum memahami unsur-unsur yang dihapus, penting untuk memahami konteks historis penemuan unsur kimia. Pada abad ke-18 dan 19, identifikasi unsur kimia baru mengalami lonjakan drastis, didorong oleh penemuan teknik pemisahan dan analisis baru. Pada masa ini, belum ada teknik analisis modern seperti spektroskopi massa atau difraksi sinar-X. Para ilmuwan mengandalkan pengamatan sifat fisik dan reaksi kimia untuk mengidentifikasi unsur baru.

Antoine Lavoisier pada tahun 1789 mempublikasikan daftar 33 unsur yang dia anggap sebagai “zat sederhana” yang tidak dapat diuraikan lebih lanjut. Daftar ini mencakup beberapa “unsur” yang kemudian terbukti bukan unsur kimia sejati, seperti “kalori” (dianggap sebagai “unsur panas”) dan “cahaya”. Seiring perkembangan teknologi dan pemahaman ilmiah, definisi dan kriteria unsur kimia semakin disempurnakan.

Versi Ringkas Lihat Disini Video ya

Unsur-Unsur yang Pernah Diakui lalu Dihapus

1. Didymium (Di)

Didymium merupakan salah satu contoh paling terkenal tentang “unsur” yang kemudian terbukti bukan unsur tunggal.

  • Penemuan: Didymium ditemukan oleh Carl Gustav Mosander pada tahun 1841 dari mineral cerit. Ia mengidentifikasi didymium sebagai unsur baru dengan nomor atom 65.
  • Karakteristik: Didymium menunjukkan warna merah muda atau ungu dalam senyawa, dan memiliki spektrum absorpsi yang khas.
  • Penghapusan: Pada tahun 1885, ahli kimia Austria Carl Auer von Welsbach membuktikan bahwa didymium sebenarnya adalah campuran dari dua unsur lantanida yang berbeda: praseodimium (Pr) dan neodimium (Nd). Eksperimen kristalisasi fraksional yang dilakukannya berhasil memisahkan campuran ini.
  • Warisan: Meski didymium bukan unsur murni, istilah ini masih digunakan dalam industri kaca untuk merujuk pada campuran praseodimium dan neodimium yang digunakan dalam pembuatan kacamata pelindung untuk pengelasan karena kemampuannya menyerap panjang gelombang kuning.

2. Illinium (Il)

  • Penemuan: Illinium dilaporkan ditemukan pada tahun 1926 oleh B. Smith Hopkins, seorang profesor dari University of Illinois (dari sinilah nama “illinium” berasal).
  • Klaim: Hopkins mengklaim telah menemukan elemen dengan nomor atom 61, yang merupakan unsur yang hilang di antara lantanida.
  • Penghapusan: Penemuan ini tidak dapat dikonfirmasi oleh laboratorium lain. Pada akhirnya, unsur nomor 61 yang sebenarnya (promethium) diidentifikasi pada tahun 1945 oleh tim peneliti di Oak Ridge National Laboratory dari produk fisi uranium.
  • Alasan: Promethium adalah unsur radioaktif yang tidak stabil dan tidak ada secara alami di Bumi dalam jumlah yang signifikan. Hal ini menjelaskan kesulitan dalam menemukannya dan kesalahan identifikasi sebelumnya.

3. Alabamine (Ab) dan Virginium (Vi)

  • Penemuan: Pada tahun 1931, Fred Allison dari Alabama Polytechnic Institute (sekarang Auburn University) mengklaim telah menemukan unsur 85 dan 87 menggunakan “metode magneto-optik” buatannya sendiri. Ia menamai unsur 85 sebagai “alabamine” untuk menghormati institusinya, dan unsur 87 sebagai “virginium” untuk menghormati negara bagian Virginia.
  • Penghapusan: Kedua penemuan ini tidak pernah bisa direproduksi oleh ilmuwan lain. Unsur 85 yang sebenarnya (astatine) ditemukan pada tahun 1940 oleh Dale R. Corson, Kenneth Ross MacKenzie, dan Emilio Segrè di University of California, Berkeley. Unsur 87 (francium) ditemukan pada tahun 1939 oleh Marguerite Perey di Institut Radium, Paris.
  • Metode: “Metode Allison” yang digunakan untuk klaim penemuan ini kemudian terbukti tidak valid secara ilmiah dan rentan terhadap bias konfirmasi.

4. Koronium dan Nebulium

  • Pengamatan: Selama gerhana matahari total pada akhir abad ke-19, para astronom mengamati garis spektral yang tidak dikenal dalam korona matahari. Mereka menganggap garis ini berasal dari unsur baru yang diberi nama “koronium”.
  • Kasus serupa: Pengamatan serupa dalam nebula planetari memunculkan hipotesis tentang keberadaan unsur “nebulium”.
  • Penghapusan: Pada tahun 1939, fisikawan Bengt Edlén dan Walter Grotrian berhasil menunjukkan bahwa garis spektral ini sebenarnya berasal dari besi, nikel, dan unsur lain yang telah kehilangan banyak elektron (terionisasi tinggi) akibat suhu ekstrem di korona matahari (sekitar 1-2 juta °C).
  • Signifikansi: Kasus ini menunjukkan bagaimana kondisi fisik ekstrem dapat menghasilkan spektra yang sangat berbeda dari unsur-unsur yang sudah dikenal, menyebabkan kesalahan identifikasi.

5. Masurium (Ma)

  • Penemuan: Pada tahun 1925, Walter Noddack, Ida Tacke, dan Otto Berg mengklaim telah menemukan unsur 43 dan 75. Mereka menamai unsur 43 sebagai “masurium” (dari nama daerah Masuria di Polandia timur) dan unsur 75 sebagai “rhenium” (dari Sungai Rhine).
  • Verifikasi parsial: Sementara penemuan rhenium berhasil dikonfirmasi dan tetap diakui hingga sekarang, klaim tentang masurium tidak dapat diverifikasi.
  • Penghapusan: Unsur 43 yang sebenarnya (technetium) ditemukan pada tahun 1937 oleh Carlo Perrier dan Emilio Segrè di Italia. Mereka mengisolasi technetium dari sampel molibdenum yang telah dibombardir dengan deuteron di siklotron Berkeley.
  • Karakteristik penting: Technetium adalah unsur radioaktif pertama yang dibuat secara buatan dan tidak memiliki isotop stabil. Hal ini menjelaskan mengapa unsur ini tidak ditemukan secara alami di Bumi dan mengapa klaim Noddack sulit untuk dikonfirmasi.
Baca Juga  merkuri itu sebenarnya apa ya? dan apa sih bahayanya?

6. Florentium (Fr)

  • Penemuan: Pada tahun 1926, Luigi Rolla dan Lorenzo Fernandes dari Universitas Florence di Italia mengklaim telah menemukan unsur 61. Mereka menamakannya “florentium” untuk menghormati kota mereka.
  • Penghapusan: Seperti kasus illinium, klaim ini tidak bisa dikonfirmasi dan unsur 61 yang sebenarnya (promethium) ditemukan hampir dua dekade kemudian di Oak Ridge National Laboratory.
  • Kompleksitas: Kasus ini menekankan kesulitan isolasi unsur lantanida, terutama promethium yang radioaktif dan tidak stabil.

7. Alkalinium

  • Penemuan: Diusulkan pada tahun 1880-an sebagai unsur baru yang terdeteksi dalam mineral zirkonium.
  • Penghapusan: Kemudian terbukti hanya merupakan campuran zirkonium dan hafnium, yang memiliki sifat kimia sangat mirip dan sulit dipisahkan dengan teknologi saat itu.
  • Pembelajaran: Kasus ini menyoroti tantangan dalam memisahkan unsur-unsur yang memiliki sifat kimia sangat mirip.

Unsur-Unsur “Nobeli” yang Diusulkan tetapi Tidak Pernah Diakui

Beberapa unsur diusulkan sebagai “penemuan” tetapi tidak pernah sepenuhnya diakui oleh komunitas ilmiah sebelum akhirnya dibantah:

1. Elemen X atau Newtonium

  • Klaim: Klaim tentang adanya unsur yang lebih ringan dari hidrogen, kadang disebut “elemen X” atau “newtonium”, muncul pada awal abad ke-20.
  • Dasar pemikiran: Hipotesis ini didasarkan pada gagasan tentang eter yang mengisi ruang dan kemungkinan partikel yang lebih fundamental.
  • Penolakan: Kemajuan dalam fisika atom dan teori kuantum akhirnya menunjukkan bahwa tidak ada unsur yang lebih ringan dari hidrogen dalam tabel periodik.

2. Eka-Iodine

  • Prediksi: Mendeleev, dalam tabel periodiknya yang awal, memprediksi adanya unsur di bawah iodine, yang ia sebut “eka-iodine”.
  • Kesalahan: Mendeleev salah dalam memprediksi sifat-sifat unsur ini, dan posisi tersebut sebenarnya ditempati oleh astatine, yang baru ditemukan pada tahun 1940.
  • Signifikansi: Kasus ini menunjukkan bahwa bahkan prediksi berdasarkan pola periodik, yang umumnya akurat, kadang-kadang bisa keliru.

Unsur 0: Eter dan Unsur Ringan Lainnya

Pada awal perkembangan tabel periodik, beberapa ilmuwan, termasuk Mendeleev sendiri, berspekulasi tentang keberadaan unsur yang lebih ringan dari hidrogen:

  • Eter: Mendeleev sempat mempertimbangkan eter (zat hipotesis yang dianggap mengisi ruang dan menghantarkan cahaya) sebagai “unsur 0” dalam tabel periodik.
  • Coronium dan Nebulium: Seperti dijelaskan sebelumnya, garis spektral misterius dari korona matahari dan nebula planetari sempat dianggap sebagai bukti adanya unsur-unsur sangat ringan yang tidak ada di Bumi.
  • Penolakan: Perkembangan teori relativitas dan mekanika kuantum akhirnya menolak keberadaan eter, sementara unsur-unsur hipotesis lainnya dijelaskan oleh fenomena fisika yang lebih kompleks.

Kesalahan Identifikasi Modern

Meskipun teknologi analitis modern telah sangat maju, kesalahan identifikasi unsur masih mungkin terjadi, terutama untuk unsur-unsur super berat yang sangat tidak stabil:

  • Unsur 118 (Oganesson): Pada tahun 1999, tim dari Lawrence Berkeley National Laboratory mengklaim telah mensintesis unsur 118, tetapi kemudian menarik klaim mereka pada tahun 2002 setelah tidak dapat mereproduksi hasil tersebut. Penyelidikan menunjukkan bahwa data telah dimanipulasi. Unsur 118 yang sebenarnya baru berhasil disintesis pada tahun 2002-2005 oleh kolaborasi antara ilmuwan Rusia dan Amerika.
  • Pembelajaran: Kasus ini menunjukkan bahwa bahkan dengan teknologi modern, sintesis dan identifikasi unsur-unsur super berat tetap merupakan tantangan besar yang memerlukan verifikasi independen.

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kesalahan Identifikasi

Beberapa faktor yang berkontribusi pada kesalahan identifikasi unsur sepanjang sejarah kimia meliputi:

1. Keterbatasan Teknologi Analitis

  • Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, para ilmuwan mengandalkan metode kimia klasik dan spektroskopi optik sederhana untuk mengidentifikasi unsur baru.
  • Kemurnian sampel sering menjadi masalah, menyebabkan unsur yang sudah dikenal tidak teridentifikasi dengan benar.
  • Tanpa spektroskopi massa dan teknik nuklir modern, isotop dari unsur yang sama kadang dianggap sebagai unsur berbeda.

2. Fenomena Kimia yang Kompleks

  • Beberapa unsur, terutama lantanida dan aktinida, memiliki sifat kimia yang sangat mirip, menyulitkan pemisahan.
  • Unsur-unsur radioaktif dengan waktu paruh pendek sulit dideteksi sebelum teknologi nuklir berkembang.
  • Senyawa kompleks dan mineral kadang menunjukkan sifat yang berbeda dari unsur-unsur penyusunnya.

3. Bias dan Tekanan Sosial

  • Tekanan untuk menjadi yang pertama menemukan unsur baru kadang mendorong publikasi prematur sebelum verifikasi menyeluruh.
  • Kebanggaan nasional dan keinginan untuk menamakan unsur baru sesuai tempat penemuan atau tokoh penting bisa mempengaruhi objektivitas.
  • “Bias konfirmasi” menyebabkan peneliti cenderung melihat apa yang mereka harapkan dalam data eksperimental.

Dampak Penghapusan Unsur Terhadap Ilmu Kimia

Kesalahan identifikasi dan penghapusan unsur memiliki beberapa dampak penting:

1. Penyempurnaan Metode Ilmiah

  • Kasus-kasus ini memperkuat pentingnya verifikasi independen dan reproduksibilitas dalam ilmu pengetahuan.
  • Komunitas ilmiah mengembangkan standar yang lebih ketat untuk pengakuan unsur baru, terutama setelah beberapa kasus kontroversial.
  • IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry) kini memiliki prosedur verifikasi yang sangat ketat untuk pengakuan unsur baru.

2. Pemahaman Lebih Baik tentang Struktur Atom

  • Kesalahan-kesalahan dalam identifikasi unsur mendorong pengembangan model atom yang lebih akurat dan metode analisis yang lebih canggih.
  • Kasus unsur-unsur seperti didymium membantu ilmuwan memahami kompleksitas lantanida dan hubungan antar unsur.
  • Fenomena ionisasi tinggi yang menyebabkan kesalahan identifikasi koronium dan nebulium berkontribusi pada pemahaman tentang perilaku atom dalam kondisi ekstrem.
Baca Juga  Apakah itu Kimia Organik ?

3. Evolusi Tabel Periodik

  • Setiap koreksi dan penyempurnaan telah berkontribusi pada akurasi tabel periodik yang kita gunakan saat ini.
  • Penghapusan unsur-unsur yang salah identifikasi memperkuat pola periodik yang sebenarnya, menegaskan kekuatan prediktif sistem periodik.
  • Struktur tabel periodik modern mencerminkan pemahaman yang lebih mendalam tentang struktur elektronik dan nuklir atom.

Proses Verifikasi Modern untuk Unsur Baru

Dengan belajar dari kesalahan masa lalu, komunitas ilmiah kini menerapkan protokol ketat untuk pengakuan unsur baru:

1. Standar IUPAC

  • IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry) dan IUPAP (International Union of Pure and Applied Physics) telah membentuk Joint Working Party (JWP) untuk mengevaluasi klaim penemuan unsur baru.
  • Kriteria pengakuan meliputi: identifikasi nomor atom yang jelas, karakterisasi kimia atau fisika, dan reproduksibilitas.
  • Penamaan resmi unsur baru memerlukan proses panjang yang melibatkan penemu, komunitas ilmiah, dan akhirnya persetujuan IUPAC.

2. Teknologi Verifikasi

  • Spektroskopi massa presisi tinggi memungkinkan identifikasi unsur berdasarkan massa atomnya.
  • Difraksi sinar-X memungkinkan studi struktur kristal dan konfirmasi keberadaan unsur baru dalam senyawa.
  • Teknik nuklir seperti pelacakan peluruhan radioaktif membantu mengonfirmasi sintesis unsur super berat yang sangat tidak stabil.

3. Kolaborasi Internasional

  • Sintesis dan verifikasi unsur-unsur baru, terutama unsur super berat (nomor atom > 104), biasanya melibatkan kolaborasi antara beberapa laboratorium internasional.
  • Hal ini mengurangi risiko kesalahan identifikasi dan bias nasional yang mewarnai beberapa klaim historis.
  • Contoh baik adalah kolaborasi antara laboratorium Dubna (Rusia), Laboratorium Nasional Lawrence Livermore (AS), dan Oak Ridge National Laboratory (AS) dalam penemuan unsur-unsur terbaru.

Kasus Khusus: Unsur-Unsur Radioaktif dan Transuranium

ilmuwan-yang-memegan-unsur-bersinar Sejarah Unsur-Unsur Kimia yang Pernah Diakui lalu Dihapus

Unsur-unsur radioaktif dan transuranium menimbulkan tantangan khusus dalam identifikasi dan verifikasi:

1. Isotop vs. Unsur Baru

  • Sebelum pemahaman modern tentang isotop, isotop radioaktif dari unsur yang sama kadang dianggap sebagai unsur terpisah.
  • Marie dan Pierre Curie, misalnya, awalnya mengidentifikasi “polonium” dan “radium” dari uranium, tetapi juga menemukan berbagai zat radioaktif lain yang kemudian terbukti sebagai isotop atau produk peluruhan dari unsur-unsur yang sudah dikenal.
  • “Ionium” adalah contoh isotop (thorium-230) yang awalnya dianggap sebagai unsur terpisah karena sifat radioaktifnya yang berbeda dari thorium biasa (thorium-232).

2. Tantangan Sintesis dan Deteksi

  • Unsur-unsur transuranium (dengan nomor atom > 92) tidak ada secara alami di Bumi dan harus disintesis melalui reaksi nuklir.
  • Unsur-unsur super berat (nomor atom > 104) memiliki waktu paruh sangat pendek, kadang hanya beberapa detik atau milidetik, membuat deteksi dan karakterisasi menjadi sangat menantang.
  • Sintesis hanya menghasilkan beberapa atom pada satu waktu, membuat analisis kimia konvensional tidak mungkin dilakukan.

3. Perkembangan Terkini

  • Unsur 118 (oganesson) adalah unsur terberat yang diakui saat ini, tetapi upaya sintesis unsur dengan nomor atom yang lebih tinggi terus berlanjut.
  • Teori fisika nuklir memprediksi kemungkinan “pulau stabilitas” unsur-unsur super berat dengan konfigurasi nukleon tertentu yang mungkin memiliki waktu paruh lebih panjang.
  • Pengakuan unsur-unsur baru kini mengandalkan teknik deteksi yang sangat canggih dan analisis komputer untuk mengidentifikasi jejak peluruhan karakteristik.

Unsur-Unsur yang “Diubah Namanya” tapi Tetap Diakui

Beberapa unsur mengalami perubahan nama tanpa dihapus dari tabel periodik:

1. Niobium dan Tantalum

  • Niobium (Nb) awalnya dikenal sebagai “columbium” (Cb) di Amerika Serikat hingga pertengahan abad ke-20.
  • Tantalum, yang ditemukan bersamaan dengan niobium, juga mengalami beberapa kerancuan identifikasi awal.
  • IUPAC akhirnya menetapkan nama “niobium” sebagai nama resmi pada tahun 1950, meskipun nama “columbium” masih kadang digunakan dalam literatur metalurgi Amerika hingga beberapa dekade kemudian.

2. Lutetium dan Hafnium

  • Lutetium mengalami beberapa perubahan nama, termasuk “lutecium” dan “cassiopeium” sebelum nama saat ini ditetapkan.
  • Hafnium, ketika pertama kali ditemukan, juga memiliki nama alternatif “celtium” yang diusulkan oleh Georges Urbain.
  • Kontroversi mengenai penamaan unsur-unsur ini mencerminkan persaingan ilmiah dan nasional pada zamannya.

3. Unsur-Unsur Transuranium

  • Beberapa unsur transuranium awalnya diberi nama kode sementara sebelum nama resmi ditetapkan.
  • Unsur 104-109 menjadi subjek “Perang Tiga Puluh Tahun” dalam penamaan unsur, dengan usulan nama berbeda dari laboratorium Amerika dan Soviet.
  • IUPAC akhirnya menyelesaikan kontroversi ini pada tahun 1997 dengan menetapkan nama-nama yang sebagian besar merupakan kompromi.

Warisan Unsur yang Dihapus dalam Budaya dan Teknologi

Meskipun telah dihapus dari tabel periodik, beberapa “unsur” yang salah identifikasi masih meninggalkan warisan:

1. Didymium dalam Industri

  • Meskipun bukan unsur tunggal, istilah “didymium” masih digunakan dalam industri kaca dan optik untuk merujuk pada campuran neodimium dan praseodimium.
  • Kacamata las “didymium” memanfaatkan kemampuan campuran ini untuk menyerap panjang gelombang kuning-oranye yang intens dalam api oksiasetilena.
  • Beberapa instrumen optik juga menggunakan filter “didymium” untuk aplikasi khusus.

2. Penamaan dan Pengaruh Budaya

  • Beberapa nama unsur yang dihapus tetap bertahan dalam literatur ilmiah dan sejarah sains.
  • Nama-nama ini sering dijadikan studi kasus dalam pendidikan ilmu pengetahuan untuk mengajarkan tentang proses ilmiah dan pentingnya verifikasi.
  • Istilah seperti “koronium” kadang masih muncul dalam literatur astronomi historis.
Baca Juga  cara membuat bom asap

3. Pelajaran untuk Ilmu Pengetahuan Modern

  • Kesalahan identifikasi unsur-unsur ini mengajarkan pentingnya skeptisisme ilmiah dan verifikasi independen.
  • Kasus-kasus ini menunjukkan bagaimana ilmu pengetahuan merupakan proses yang terus berkembang, dengan koreksi dan penyempurnaan sebagai bagian integral dari kemajuan ilmiah.
  • Pemahaman tentang kesalahan masa lalu membantu memandu protokol verifikasi yang digunakan untuk klaim penemuan unsur baru saat ini.

Unsur-Unsur “Eksotis” dan Masa Depan Tabel Periodik

Perkembangan dalam fisika teoretis dan nuklir terus menantang dan memperluas konsep tradisional tentang unsur:

1. Antimatter dan Unsur Eksotis

  • Atom antimateri secara teoretis terdiri dari antiproton dan positron (anti-elektron), namun tidak dianggap sebagai unsur terpisah karena memiliki nomor atom yang sama dengan unsur biasa.
  • “Unsur eksotis” seperti hidrogen mionium (di mana elektron digantikan oleh muon) dan positronium (terdiri dari elektron dan positron yang terikat) telah dihasilkan di laboratorium tetapi tidak dianggap sebagai unsur terpisah dalam klasifikasi konvensional.

2. Unsur-Unsur Super Berat dan “Pulau Stabilitas”

  • Teori nuklir memprediksi kemungkinan unsur-unsur super berat dengan nomor atom sekitar 114, 120, dan 126 (tergantung model) mungkin memiliki peningkatan stabilitas.
  • Upaya sintesis unsur-unsur baru terus berlanjut di beberapa fasilitas utama dunia, termasuk Joint Institute for Nuclear Research di Dubna (Rusia), GSI Helmholtz Centre di Darmstadt (Jerman), dan RIKEN di Jepang.
  • Tantangan teknis dalam sintesis dan deteksi menjadi semakin besar seiring dengan peningkatan nomor atom.

3. Ekspansi Konseptual

  • Fisikawan teoretis telah mendiskusikan kemungkinan untuk memperluas tabel periodik secara konseptual hingga unsur dengan nomor atom sangat tinggi, meskipun batasan praktis sintesis dan stabilitas akan membatasi realisasi fisiknya.
  • Berkembangnya komputasi teoretis memungkinkan prediksi sifat unsur-unsur yang belum disintesis, membantu mengarahkan upaya eksperimental.
  • Perdebatan filosofis tentang definisi “unsur” terus berkembang seiring dengan pemahaman yang lebih dalam tentang struktur atom dan nuklir.

Kesimpulan

Sejarah unsur-unsur kimia yang pernah diakui dan kemudian dihapus dari tabel periodik mencerminkan perjalanan ilmu kimia dari ilmu yang sebagian besar eksperimental dan deskriptif menjadi disiplin ilmu yang didasarkan pada pemahaman mendalam tentang struktur atom dan nuklir. Kesalahan identifikasi unsur tidak hanya merupakan kesalahan, tetapi merupakan langkah penting dalam evolusi pengetahuan ilmiah.

Dari didymium hingga koronium, dari alabamine hingga florentium, setiap kasus “unsur yang dihapus” mengajarkan pelajaran berharga tentang proses ilmiah, tantangan teknis dalam identifikasi unsur, dan bagaimana ilmu pengetahuan bekerja melalui serangkaian pendekatan dan koreksi. Warisan mereka tetap hidup, tidak hanya dalam catatan sejarah tetapi juga dalam protokol verifikasi ketat yang membentuk dasar penemuan unsur modern.

Saat kita terus mendorong batas tabel periodik dengan sintesis unsur-unsur super berat baru, pelajaran dari masa lalu ini tetap relevan. Kemajuan teknologi telah sangat mengurangi risiko kesalahan identifikasi, tetapi verifikasi independen, skeptisisme ilmiah yang sehat, dan kolaborasi internasional tetap menjadi prinsip dasar dalam penelitian unsur baru, memastikan bahwa tabel periodik modern mencerminkan pemahaman terbaik kita tentang keberadaan mendasar materi di alam semesta.

Daftar Pustaka

Audi, G., Wapstra, A. H., & Thibault, C. (2003). The AME2003 atomic mass evaluation: (II). Tables, graphs and references. Nuclear Physics A, 729(1), 337-676.

Bagnall, K. W. (1990). The actinide elements: A historical perspective. Journal of Alloys and Compounds, 213, 11-17.

Emsley, J. (2011). Nature’s Building Blocks: An A-Z Guide to the Elements. Oxford University Press.

Fontani, M., Costa, M., & Orna, M. V. (2014). The Lost Elements: The Periodic Table’s Shadow Side. Oxford University Press.

Hafner, K., & Peltz, J. F. (2002, July 16). Livermore Lab Retracts Claim for Element 118. Los Angeles Times.

Holden, N. E. (2004). History of the origin of the chemical elements and their discoverers. BNL-75056-2004, Brookhaven National Laboratory.

Karol, P. J., Barber, R. C., Sherrill, B. M., Vardaci, E., & Yamazaki, T. (2016). Discovery of the elements with atomic numbers Z = 113, 115 and 117 (IUPAC Technical Report). Pure and Applied Chemistry, 88(1-2), 139-153.

Karpenko, V. (1980). The discovery of supposed new elements: Two centuries of errors. Ambix, 27(2), 77-102.

Marshall, J. L., & Marshall, V. R. (2013). Rediscovery of the elements: The Rare Earths–The Confusing Years. The Hexagon, 104(4), 72-77.

Mendeleev, D. (1869). The relation between the properties and atomic weights of the elements. Journal of the Russian Chemical Society, 1, 60-77.

Öhrström, L., & Reedijk, J. (2016). Names and symbols of the elements with atomic numbers 113, 115, 117 and 118 (IUPAC Recommendations 2016). Pure and Applied Chemistry, 88(12), 1225-1229.

Scerri, E. R. (2007). The Periodic Table: Its Story and Its Significance. Oxford University Press.

Thornton, B. F., & Burdette, S. C. (2010). Finding eka-iodine: Discovery priority in modern times. Bulletin for the History of Chemistry, 35(2), 81-85.

Post Comment