Posted on 2 Comments

Bagaimana Menentukan Pelarut yang Tepat?

​Reaksi kimia tidak terlepas dari penggunaan larutan. Larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pelarut (solvent) pada umumnya adalah zat yang berada pada larutan dalam jumlah yang besar, sedangkan zat lainnya dianggap sebagai zat terlarut (solute).

Pelarut adalah media untuk proses ionisasi yang memiliki sifat dan itu adalah sifat dasar dari setiap jenis pelarut. Pelarut berdasarkan jenisnya terbagi menjadi tiga macam, yaitu pelarut air, pelarut organik, dan pelarut anorganik.

Apa saja fungsi pelarut dalam reaksi kimia?

  1. Pelarut melarutkan reaktan dan reagen agar keduanya bercampur, sehingga hal ini akan memudahkan penggabungan antara reaktan dan reagen yang seharusnya terjadi agar dapat merubah reaktan menjadi produk. 

Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta (part per million, ppm). Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer(berkonsentrasi rendah) atau pekat(berkonsentrasi tinggi).

  1. Pelarut juga bertindak sebagai kontrol suhu, salah satunya untuk meningkatkan energi dari tubrukan partikel sehingga partikel-partikel tersebut dapat bereaksi lebih cepat, atau untuk menyerap panas yang dihasilkan selama reaksi eksotermik.

Pelarut yang digunakan disesuaikan dengan zat yang akan dilarutkan. Ada beberapa kriteria pelarut yang baik diantaranya:

  1. Pelarut harus tidak reaktif (inert) terhadap kondisi reaksi.

  2. Pelarut harus dapat melarutkan reaktan dan reagen.

  3. Pelarut harus memiliki titik didih yang tepat.

  4. Pelarut harus mudah dihilangkan pada saat akhir dari reaksi.

Selain itu, pemilihan pelarut dapat dilihat dari kepolarannya dengan menggunakan prinsip like dissolves like, dimana reaktan yang nonpolar akan larut dalam pelarut nonpolar sedangkan reaktan yang polar akan larut pada pelarut polar. Dalam hal ini juga terdapat tiga ukuran yang dapat menunjukkan kepolaran dari suatu pelarut yaitu :

a. momen dipol

b. konstanta dielektrik

c. kelarutannya dengan air
Molekul dari pelarut dengan momen dipol yang besar dan konsanta dielektrik yang tinggi termasuk polar. Sedangkan molekul dari pelarut yang memilki momen dipol yang kecil dan konstanta dielektrik rendah diklasifikasikan sebagai nonpolar. Sedangkan secara operasional, pelarut yang larut dengan air termasuk polar, sedangkan pelarut yang tidak larut dalam air termasuk nonpolar. 

Berdasarkan kepolaran pelarut, maka para ahli kimia mengklasifikasikan pelarut ke dalam tiga kategori yaitu :
a. Pelarut Protik Polar

Protik menunjukkan atom hidrogen yang menyerang atom elektronegatif yang dalam hal ini adalah oksigen. Dengan kata lain pelarut protik polar adalah senyawa yang memiliki rumus umum ROH. Contoh dari pelarut protik polar ini adalah air H2O, metanol CH3OH, dan asam asetat (CH3COOH).

b. Pelarut Aprotik Dipolar

Aprotik menunjukkan molekul yang tidak mengandung ikatan O-H. Pelarut dalam kategori ini, semuanya memiliki ikatan yang memilki ikata dipol besar. Biasanya ikatannya merupakan ikatan ganda antara karbon dengan oksigen atau nitorgen. Contoh dari pelarut yang termasuk kategori ini adalah aseton [(CH3)2C=O] dan etil asetat (CH3CO2CH2CH3).sumber
c. Pelarut Nonpolar

Pelarut nonpolar merupakan senyawa yang memilki konstanta dielektrik yang rendah dan tidak larut dalam air. Contoh pelarut dari kategori ini adalah benzena (C6H6), karbon tetraklorida (CCl4) dan dietil eter (CH3CH2OCH2CH3).

Posted on 1 Comment

Ikatan dalam Hidrogen

http://nurul.kimia.upi.edu/arsipkuliah/web2011/0800643/Image/H2O.jpg

Hidrogen (H2) adalah molekul paling sederhana. Coba kalian lihat dua atom hidrogen terisolasi, masing-masing dengan satu elektron dalam orbital atom 1s. Bila kedua atom ini mulai membentuk suatu ikatan, elektron dari masing-masingnya sendiri.

Continue reading Ikatan dalam Hidrogen

Posted on Leave a comment

Laporan Praktikum Isolasi Kafein

Tujuan

Mengekstraksi Senyawa Alkanoid Alam Yaitu Kafein Dari Tanaman

 

Teori Dasar

Kafein kita kenal pertama – tama yaitu berupa suatu minuman teh atau kopi. Konstituen kimiawi yang terkandung dalam minuman tersebut salah satunya adalah kafein. Kafein digolongkan sebagai alkanoid, senyawa Alam yang mengandung nitrogen. Kafein meskipun larut dalam air (2 g/100 g air dingin) namun lebih larut dalam pelarut organik seperti metilen klorida (14 g/100 g). Sehingga kafein dapat diekstraksi dari suatu minuman dengan metilen klorida melalui metode partisis cair cair Continue reading Laporan Praktikum Isolasi Kafein

Posted on Leave a comment

Struktur Atom, Sistem Periodik, dan Ikatan Kimia (part 2)

2. Konfigurasi elektron

Konfigurasi elektron merupakan penataan elektron-elektron dalam atom. Ada tiga aturan untuk menggambarkan konfigurasi elektron dari suatu atom, yaitu :

1. Aturan Aufbau

Pengisian elektron pada orbital dimulai dari energi paling rendah kemudian ke tingkat energi yang lebih tinggi.

Image

Jika ditulis memanjang adalah sebagai berikut :

1s 2s 2p 3s 3p 4s 3d 4p 5s 4d 4f 5p 6s 5d 6p 7s 5f 6d 7p…

2. Larangan Pauli

Pauli menyatakan bahwa tidak ada 2 elektron dalam 1 orbital yang memiliki ke-4 bilangan kuantum yang sama. Yang berarti bahwa bilangan kuantum spinnya harus berbeda yaitu + ½ atau – 1/2. Akibatnya, setiap orbital dapat diisi maksimal 2 elektron (1 pasang elektron)

  • Subkulit s terdiri dari 1 orbital, dapat ditempati maksimal 2 elektron
  • Subkulit p terdiri dari 3 orbital, dapat ditempati maksimal 6 elektron
  • Subkulit d terdiri dari 5 orbital, dapat ditempati maksimal 10 elektron
  • Subkulit f terdiri dari 7 orbital, dapat ditempati maksimal 14 elektron

Contoh :

7N           : 1s2 2s2 2p3                         atau [2He]  2s2 2p3

17Cl         : 1s2 2s2 2p3 3s2 3p5                atau [10Ne] 3s2 3p5

3. Aturan Hund

Pada pengisian orbital yang setingkat, elektron-elektron tidak membentuk pasangan lebih dulu sebelum masing-masing orbital terisi sebuah elektron.

Contoh :

Image

Sistem Periodik Unsur

Sistem periodik unsur disusun berdasarkan pengamatan sifat kimia dan sifat fisika unsur. Unsur yang mempunyai kemiripan, baik sifat kimia maupun fisika diletakkan dalam satu golongan.

Menentukan letak golongan

Jika konfigurasi elektron berakhir pada sn maka unsur tersebut pada golongan nA

Jika konfigurasi elektron berakhir pada pn maka unsur tersebut pada golongan (n+2)A

Jika konfigurasi elektron berakhir pada dn maka unsur tersebut pada golongan (n+2)B untuk n+2 berjumlah 8, 9, dan 10, sedangkan untuk n+2 yang berjumlah 11 dan 12 unsur terletak pada golongan IB dan IIB

Jika konfigurasi elektron berakhir pada fn, maka unsur tersebut terletak pada golongan lantanida dan aktinida

Menentukan letak periode

Letak periode ditentukan dari jumlah kulit elektron unsur yang ditandai dengan angka di depan subkulit yang terbesar.

Contoh

19K = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 atau [18Ar] 4s1

K terletak pada periode 4, golongan IA

23L = = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d3 atau [18Ar] 4s2 3d3

L terletak pada periode 4, golongan VB

Bentuk molekul

Bentuk molekul ditentukan  melalui percobaan, tetapi untuk molekul-molekul sederhana dapat diramalkan bentuknya berdasarkan struktur-struktur elektron dalam molekul melalui teori VSEPR (Valence Shell Electron Pair Repulsion). Struktur elektron dalam molekul, yaitu dibentuk molekul, ditentukan oleh pasangan elektron terikat dan kekuatan tolak menolak antar pasangan.

PEB – PEB > PEB – PEI > PEI – PEI

Keterangan :

PEB : Pasangan elektron bebas

PEI : Pasangan elektron ikatan

Berbagai kemungkinan bentuk molekul sebagai berikut :

Image

Catatan :

A : atom pusat

X : pasangan elektron terikat

E : pasangan elektron bebas

Langkah-langkah untuk meramalkan bentuk molekul suatu senyawa sebagai berikut :

  • Gambarkan struktur Lewis senyawa tersebut
  • Tentukan jumlah PEB dan PEI di sekeliling atom pusat
  • Gunakan hasil nomor 2 untuk merumuskan tipe tersebut

Contoh :

Meramalkan bentuk molekul dari CH4 adalah :

Konfigurasi dari 6C = 2    4

Konfigurasi dari H = 1

Jumlah PEI = 4 dan PEB = 0

Tipe molekulnya adalah AX4, bentuk molekulnya adalah tetrahedron

D. Gaya tarik Antar molekul

Gaya tarik antarmolekul dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Gaya Van der Walls, yang terdiri atas gaya tarik menarik dipol sesaat dan gaya tarik menarik dipol-dipol.

a. Gaya tarik menarik dipol sesaat

Dipol sesaat terbentuk apabila elektron dari suatu daerah berpindah ke daerah lainnya. Hal itu menyebabkan suatu molekul yang secara normal bersifat nonpolar menjadi polar, sehingga antar molekul nonpolar terjadi gaya tarik menarik yang lemah.

Gaya tarik menarik ini dikemukakan oleh Fritz London, maka disebut gaya London atau gaya Dispersi. Gaya London ini terutama terdapat pada molekul-molekul nonpolar, misalnya CH4, H­2O.

b. Gaya tarik dipol-dipol

Suatu molekul yang penyebaran muatannya tidak simetris akan bersifat polar dan mempunyai ujung-ujung yang berbeda muatan (dipol). Susunan molekul seperti ini akan menghasilkan suatu gaya tarik menarik yang disebut gaya tarik dipol-dipol. Gaya tersebut terdapat pada senyawa polar. Senyawa polar cenderung mempunyai titik leleh dan titik didih yang lebih tinggi daripada senyawa nonpolar. Contoh senyawa polar, misalnya HCl dan BH3

Gaya-gaya antar molekul, yaitu gaya dispersi gaya London) dan gaya dipol-dipol, secara kolektif disebut gaya Van Der Walls. Gaya dispersi terdapat pada setiap zat, baik polar maupun nonpolar. Gaya tarik dipol-dipol yang terdapat pada zat polar menambah gaya dispersi dalam zat itu.

Ikatan hidrogen

Ikatan hidrogen terjadi antara molekul-molekul yang sangat polar dan mengandung atom hidrogen (H). Molekul-molekul yang sangat polar, misalnya F2, O2, dan N2 sedangkan yang termasuk ikatan hidrogen, misalnya HF, H2O, dan NH3. Ikatan hidrogen jauh lebih kuat daripada gaya-gaya Van Der Walls. Energi untuk memutuskan ikatan hidrogen adalah sekitar 15 sampai 40 kJ/mol, sedangkan untuk gaya Van Der Walls adalah sekitar 2 sampai 20 kJ/mol. Itulah sebabnya mengapa zat yang mempunyai ikatan hidrogen mempunyai titik cair dari titik didih yang relatif tinggi.

Sumber :Hayati SMA Kimia XI – Smt 1

Posted on 1 Comment

Mempelajari Gaya Antarmolekul dengan Mudah

Jika sebelumnya kita telah membahas tentang ikatan kimia , kali ini kita akan mempelajari gaya antarmolekul. Apa itu gaya antar molekul? seperti dari namanya, gaya antarmolekul ialah gaya tarik antar molekul. Ingat ya, Antarmolekul bukan intramolekul. kalau intramolekul, untuk di dalam molekul itu sendiri. Gaya antarmolekul ini menentukan keberadaan materi terkondensasi-cairan dan padatan. Umumnya gaya antarmolekul jauh lebih lemah daripada gaya intramolekul. Jadi biasanya diperlukan energi yang lebih kecil untuk menguapkan cairan daripada untuk memutuskan ikatan dalam molekul cairan. misalnya H-O-H —— H-O-H , ikatan antar H2O lebih mudah putus daripada ikatan antara H dan O didalam 1 molekul H2O

Gaya Dipol-dipol

Gaya dipol-dipol merupakan gaya yang bekerja antara molekul – molekul polar. yaitu  antara molekul yang memiliki momen dipol. Semakin besar momen dipolnya, maka sebakin kuat gayanya.

sumber : mikeblaber.org

Continue reading Mempelajari Gaya Antarmolekul dengan Mudah

Posted on 1 Comment

Memahami Ikatan Kovalen Lebih dalam

Sebelumnya telah dibahas di bisakimia.com tentang ikatan kimia yang temasuk di dalamnya membahas tentang ikatan kovalen, Lalu juga telah dibahas tersendiri tentang ikatan Kovalen yang menjelaskan beberapa jenis ikatan rangkapnya. Kali ini bisakimia.com akan membahas lebih jauh tentang ikatan kovalen mengenai sifat sifat yang berhubungan ikatan kovalen.

Telah dijelaskan bahwa Ikatan Kovalen terjadi berdasarkan postulat lewis, yang terbentuk akibat adanya penggunaaan bersama beberap pasang elektron oleh beberapa atom. Karena itu kita harus memahami tentang struktur lewis mulai dari penggambarannya juga. dalam penggambaran dikenal Lambang titik Lewis, Lambang titik lewis terdiri dari lambang unsur dan titik – titik yang setiap titiknya menggambarkan setiap elektron valensi dari atom unsur. Hal inilah yang mendasari uruan tabel periodik. Mari kita lihat contoh di bawah ini

lewis carbon
sumber : wikipedia.com

Gambar tersebut telihat bahwa C memiliki 4 titik yang mewakili jumlah elektron valensinya. Mari kita buktikan, C memiliki nomor atom 6. Maka C6 : 1s2 2s4 Continue reading Memahami Ikatan Kovalen Lebih dalam

Posted on 8 Comments

Memahami Tentang Kepolaran Suatu Senyawa

Kepolaran suatu senyawa sebenarnya ialah pemahaman dasar yang harus dimengerti ketika kita telah mempelajari kimia

A water molecule, a commonly-used example of p...
A water molecule, a commonly-used example of polarity. The two charges are present with a negative charge in the middle (red shade), and a positive charge at the ends (blue shade). (Photo credit: Wikipedia)

lebih dalam. Bahkan dalam artikel tentang ikatan telah sedikit dibahas kepolaran suatu zat dan pengertiannya secara singkat.

Namun masih banyak yang bingung tentang kepolaran suatu zat/senyawa. oleh karena itu kita akan bahas lagi dengan lebih detail hingga semuanya mengerti.

Polar sendiri berasal dari kata pole yakni kutub. jadi maksudnya senyawa polar ialah yang memiliki 2 kutub. Kutub apa saja itu dan bagaimana maksudnya?

Kutub pertama kutub negatif dan yang kedua ialah kutub positif. Hal ini terjadi akibat adanya unsur unsur dengan keelektronegatifan yang tinggi dan keelektronegatifan yang rendah dalam 1 senyawa. Bagi yang belum tahu tentang keelektronegatifan, akan saya jelaskan terlebih dahulu. kalau yang sudah, bisa langsung melangkah sedikit kebawah 🙂 . elektronegatif ialah sifat suatu unsur yang suka/cenderung menarik elektron dari atom lain. semakin tinggi sifat elektronegatifnya maka akan semakin kuat tarikannya terhadap elektron lain. Pada tabel periodik, semakin ke kanan maka keelektronegatifan lebih tinggi. (tren keelektronegatifan tabel periodik lihat pembahasannya disini) Namun gas mulia tidak termasuk yang elektronegatif karena gas mulia telah stabil. Misalnya saja atom H dan atom Cl. tentu saja Cl lebih elektronegatif daripada H. Continue reading Memahami Tentang Kepolaran Suatu Senyawa

Posted on Leave a comment

Prinsip kerja microwave

Microwave atau gelombang mikro ialah salah satu jenis gelombang yang memiliki frekuensi dan daerah panjang gelombang tertentu. Terlihat pada gambar di bawah.

Sumber: wikipedia.com
Sumber: wikipedia.com

Sangat banyak gelombang elektromagnetik yang memiliki sifat berbeda karena memiliki panjang gelombang yang berbeda dan frekuensi yang juga berbeda.

Yang perlu diketahui secara umum ialah bagaimana peningkatan energi dari gelombang sesuai dengan panjang gelombangnya. semakin kecil panjang gelombang maka energinya makin besar, begitu pula sebaliknya. sesuai dengan rumus E=hc/λ . Energi berbanding terbalik dengan λ(panjanggelombang) Continue reading Prinsip kerja microwave