Posted on 4 Comments

PENYETARAAN REAKSI REDOKS DISERTAI SOAL DAN PEMBAHASAN

PENYETARAAN REAKSI REDOKS DISERTAI SOAL DAN PEMBAHASAN

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Assalamualaikum w.r.b. teman-teman 😉

Slamat datang di bisakimia.com insyaallah pasti bisa     🙂

الْحَمْدُ للّهِ رَبّالْعَالَمِي

Continue reading PENYETARAAN REAKSI REDOKS DISERTAI SOAL DAN PEMBAHASAN

Posted on 2 Comments

Tugas Bab Kimia Inti : Soal dan Pembahasan

Tugas Bab Kimia Inti : Soal dan Pembahasan

Berikut ialah Tugas Bab Kimia Inti : Soal dan Pembahasan tingkat Universitas

  1. Jelaskan apa perbedaan antara reaksi kimia biasa dengan reaksi inti

Perbedaan antara reaksi kimia dengan reaksi ada beberapa point, diantaranya sebagai         berikut : Continue reading Tugas Bab Kimia Inti : Soal dan Pembahasan

Posted on Leave a comment

Menghitung Bilangan Oksidasi pada Reaksi Autoredoks

​Suatu zat dapat tereduksi maupun teroksidasi menghasilkan zat lain. Zat tersebut bertindak sebagai reduktor dan oksidator. Reaksi yang berlangsung seperti itu dinamakan autoredoks (disproporsionasi).

Apakah reaksi pada contoh berikut merupakan reaksi auto redoks?

2 Cl2(g) + 2 H2O(l) —>2 HClO(aq) + 2 HCl(g)

Pada reaksi di atas terdapat Cl2 di ruas kiri, sedangkan di ruas kanan terdapat Cl dalam dua senyawa, yaitu pada HClO dan HCl. Berarti, reaksi ini merupakan autoredoks (disproporsionasi) yaitu suatu zat (Cl2) mengalami reduksidan oksidasi secara bersamaan.

Biloks Cl2 = 0

Bagaimana menghitung biloks Cl pada HCl?

Sebelumnya kalian harus mengerti tentang bilangan oksidasi (biloks). Bilangan oksidasi atau tingkat oksidasi suatu unsur adalah bilangan bulat yang digunakan untuk menunjukkan jumlah elektron yang berperan pada unsur tersebut dalam senyawa. Nilai bilangan oksidasi ditentukan berdasarkan aturan-aturan. Umumnya nilai bilangan oksidasi sesuai dengan muatan ion. Jika unsur tersebut lebih elektropositif, nilai bilangan oksidasinya adalah positif dan jika unsur tersebut lebih elektronegatif, nilai bilangan oksidasinya adalah negatif. Molekul yang terdiri atas atom-atom sejenis, seperti H2 tidak memiliki perbedaan keelektronegatifan. Jadi, nilai bilangan oksidasi unsur H pada molekul H2 adalah 0.

Kembali pada contoh soal sebelumnya, cara menghitung bilangan osidaai Cl pada HClO yaitu:

Biloks ClO = biloks H + biloks Cl + biloks 

0 = (+1) + x + (-2)

0 = 1 + x + (-2)

x = +1

Perhitungan biloks Cl pada HCl sebagai berikut:

Biloks HCl = biloks H + biloks Cl

0 = (+1) + x

x = -1

Sekarang coba kita selesaikan soal berikut!

‌Tentukan zat yang mengalami reaksi oksidasi dan reduksi berikut ini:

Ni(s) + 2HCl(aq) —> NiCl2(aq) + H2
Zat yang mengalami perubahan biloks ditentukan lebih dahulu. Perubahan Ni menjadi NiCl2 (molekul) menynjukkan bahwa Ni mengalami perubajan biloks. Perubahan HCl (molekul) menjadi H2 (diatom) menunjukkan bahwa H mengalami perubahan biloks.

Biloks Ni= 0

Perhitungan biloks Ni pada NiCl2:

Biloks NiCl2 = biloks Ni + (2×biloks Cl)

0 = x + (2×(-1))

0 = x-2

x = +2

Biloks H pada HCl = +1

Biloks H2 = 0

Maka dapat disimpulkan Ni mengalami reaksi oksidasi dan HCl mengalami reaksi reduksi.

Bagaimana?Apakah kalian ingin mencoba menyelesaikan soal ini?

‌Tentukan zat yang mengalami reaksi oksidasi dan reduksi berikut ini.

2KMnO4(aq) + 10 KI(aq) + 8 H2SO4(aq) —>             2 MnSO4(aq) + 5 I2(s) + 6 K2SO4(aq) + 8 H2O(l)

Posted on 2 Comments

10 Tips untuk Sukses dalam Mempelajari dan Menguasai Kimia

Photoxpress_8344567

Pernahkah kalian berpikir kadang memang bidang studi kimia memang cukup susah untuk  dipahami? Bahkan sebagian besar orang jarang untuk menyukai bidang studi yang satu ini karena alasan tersebut. Dalam hal ini, maka ada beberapa tips untuk menguasai kimia dengan baik dan mengembangkannya. Continue reading 10 Tips untuk Sukses dalam Mempelajari dan Menguasai Kimia

Posted on Leave a comment

Bagaimana Helium Ditemukan?

​Tertarik mengetahui berbagai macam  hal tentang Helium?

Helium memiliki massa atom 4,0026 gram per mol dan hampir selalu berwujud gas di semua suhu dan tekanan.
Kepadatan helium adalah 0,1786 gram per liter pada suhu 32° F (0.0°C) dan pada tekanan 101,325 kilopascal (kPa).
Helium cair dan padat hanya terjadi di suhu amat rendah dan tekanan tinggi. Ini berarti helium tidak bisa berwujud padat atau cair pada tekanan normal, bahkan pada temperatur yang sangat rendah.
Pada tekanan sekitar 2,5 megapascal, titik leleh helium adalah -458 °F (0,95 Kelvin), sedangkan titik didihnya -452 °F (4,22 Kelvin).
Karena rendahnya jumlah atom, unsur sederhana kedua setelah hidrogen, helium menjadi subjek menarik bagi studi mekanika kuantum.
Sifatnya yang sederhana menyebabkan prosedur matematika dapat digunakan untuk menganalisis perilaku partikel subatomik – proton, elektron, dan neutron – dalam atom helium.
Hanya saja, metode tersebut tetap tidak bisa menentukan perilaku partikel-partikel ini dengan kepastian yang mutlak.
Atom dengan nomor atom yang lebih besar, yang memiliki lebih banyak partikel subatomik, cenderung lebih sulit untuk dianalisis secara mekanika kuantum.
Helium adalah unsur yang paling tidak reaktif dari semua unsur. Sifat non-reaktif helium muncul sebagai konsekuensinya sebagai gas mulia yang paling ringan.
Gas mulia memiliki elektron penuh pada kulit terluarnya sehingga tidak mudah memberi atau menerima elektron dalam reaksi kimia. Hal ini membuat gas mulia relatif stabil karena tidak mudah bereaksi.
Selain itu, helium hanya memiliki dua elektron yang dapat berpartisipasi dalam reaksi kimia, sedangkan gas mulia lain memiliki lebih banyak elektron.
Terdapat berbagai kegunaan helium. Helium, misalnya, jauh lebih ringan dari udara sehingga sering digunakan untuk mengisi balon udara.
Helium cair, yang hanya dapat terjadi pada tekanan tinggi dan suhu sangat rendah, digunakan sebagai pendingin superkonduktor.sumber

Bagaimana sejarah penemuan Helium?

Helium berasal dari nama untuk dewa Yunani matahari, Helios. Helium merupakan gas inert dan tidak mudah menggabungkan dengan unsur-unsur lain. Tidak ada senyawa yang dikenal yang mengandung helium, meskipun upaya yang dilakukan untuk menghasilkan helium diflouride (HeF2).

Helium, kedua unsur yang paling melimpah di alam semesta, ditemukan pada matahari sebelum ditemukan di bumi. Pierre-Jules César-Janssen, seorang astronom Perancis, melihat garis kuning dalam spektrum matahari selama belajar gerhana matahari total pada tahun 1868. Sir Norman Lockyer, seorang astronom Inggris, menyadari bahwa baris ini, dengan panjang gelombang 587,49 nanometer, tidak bisa diproduksi oleh setiap unsur yang dikenal pada saat itu. Itu adalah hipotesis bahwa unsur baru di matahari bertanggung jawab untuk emisi ini kuning misterius. Unsur yang tidak diketahui ini bernama helium oleh Lockyer.
Perburuan untuk menemukan helium di bumi berakhir pada tahun 1895. Sir William Ramsay, seorang ahli kimia Skotlandia, melakukan percobaan dengan uranium mineral yang mengandung disebut clevite. Dia terkena clevite asam mineral dan mengumpulkan gas yang dihasilkan. Dia kemudian mengirim sampel gas ini untuk dua ilmuwan, Lockyer dan Sir William Crookes, yang mampu mengidentifikasi helium di dalamnya. Dua ahli kimia Swedia, Nils Langlet dan Per Theodor Cleve, independen menemukan helium di clevite pada waktu yang sama seperti Ramsay.
Helium terdapat sekitar 0,0005% dari atmosfer bumi. Ini jumlah jejak helium tidak terikat secara gravitasi ke bumi dan terus hilang ke ruang angkasa. Helium di atmosfer bumi digantikan oleh peluruhan unsur-unsur radioaktif di kerak bumi. Peluruhan alfa, satu jenis peluruhan radioaktif, menghasilkan partikel yang disebut partikel alpha. Partikel alfa dapat menjadi atom helium setelah menangkap dua elektron dari lingkungannya. Helium ini baru terbentuk pada akhirnya dapat bekerja jalan ke atmosfer melalui retakan di kerak.sumber

Posted on Leave a comment

Macam-macam Asam dan Basa

​Menurut konsep Bronsted Lowry mengenai asam dan  basa, suatu asam adalah zat yang dapat memberikan ion hidrogen yang bermuatan positif  atau proton (H+). Dua contoh dari asam Bronsted Lowry adalah HCl dan HNO3. Basa didefinisikan sebagai zat yang dapat menerima H+, contohnya adalah OH- dan NH3. (Sumber khas dari ion hidroksida adalah Na+ OH-). 
Macam-macam asam dan basa yaitu :

  1. Asam dan basa kuat dan lemah

Ingat kembali pada kimia dasar, bahwa asam kuat adalah asam yang pada dasarnya mengalami ionisasi sempurna dalam air. Asam kuat yang representatif adalah HCl, HNO3, dan H2SO4. Ionisasi dari asam-asam kuat ini adalah reaksi asam-basa yang khas. Asam (HCl misalnya) memberikan proton kepada basa (H2O). Kesetimbangan terletak jauh ke kanan (ionisasi sempurna dari HCl) karena H2O merupakan basa lebih kuat dari Cl- dan HCl merupakan asam lebih kuat dari H3O.

Asam lemah sebaliknya hanya terionisasi sebagian dalam air. Asam karbonat adalah asam anorganiknlemah yang khas. Kesetimbangan letaknya jauh ke kiri karena H3O+ adalah asamnyang lebih kuat dan HCO3- adalah basa yang lebih kuat.

Juga ingat kembali bahwa basa yang digolongkan sebagai kuat (seperti OH-) atau lemah (NH3), bergantung afinitasnya terhadap proton.

Marilah kita tinjau sekarang beberapa senyawa organik yang dapat berfungsi sebagai asam dan basa. Amina adalah golongan senyawa organik yang secara struktural sama dengan amonia. Suatu amina mengandung atom nitrogen yang terikat secara kovalen dengan satu atau lebih atom karbon dan mempunyai sepasang elektron yang menyendiri. Amina sama seperti amonia adalah basa lemah dan mengalami reaksi reversibel dengan air atau asam lemah lainnya.

Senyawa organik yang mengandung gugus karboksilat(-CO2H) adalah asam lemah. Senyawa-senyawa yang mengandung gugus karboksilat disebut asam karboksilat. Contohnya adalah asam asetat (CH3CO2H). Salah satu alasan untuk keasaman asam karboksilat adalah kepolaran ikatan O-H.
2. Asam dan basa konjugat

Konsep asam dan basa konjugat berguna untuk pembandingan keasaman dan kebasaan. Basa konjugat dari asam adalah ion atau molekul yang dihasilkan setelah kehilangan H+ dari asamnya. Misalnya, ion klorida adalah basa konjugat dari HCl. Asam konjugat dari NH3 adalah NH4+.

Di lain pihak, bila asam lemah atau sangat lemah, basa konjugatnya adalah sedang kuatnya atau kuat, bergantung pada afinitas basa konjugat untuk H+.

Jadi, bila kekuatan asam dari deret senyawa bertambah, kekuatan basa dari basa konjugatnya berkurang. 
3. Asam dan basa Lewis

Meskipun banyak reaksi asam basa mencakup perpindahan proton dari asam ke basa, beberapa reaksi asam  basa tidak mencakup perpindahan proton. Dengan alasan ini, telah dikembangkan konsep Lewis yang lebih umum mengenai asam dan basa. Asam Lewis adalah zat yang dapat menerima sepasang elektron. Setiap spesies dengan atom yang kekurangan elektron dapat berfungsi sebagai asam Lewis, musalnya H+ adalah adam Lewis. Kebanyakan asam Lewis selain H+ adalah garam logam anhidrat (misalnya ZnCl2, FeCl3, dan AlBr3).

Basa Lewis adalah zat yang dapat memberikan sepasang elektron. Contoh dari bada Lewis adalah NH3 dan OH-, masing-masing mempunyai sepasang elektron valensi yang menyendiri yang dapat disumbangkan ke H+ atau sesuatu asam Lewis lain.

Posted on Leave a comment

LUMINESCENSE

Pernah melihat benda yang bersinar di area gelap?
Ternyata beberapa unsur memiliki kemampuan untuk berpendar dalam kegelapan.
Unsur apa saja ya?
Biasanya unsur yang dapat berpendar dalam kegelapan adalah unsur-unsur radioaktif, terutama ketika isotop memiliki waktu paruh pendek, pada saat disintegrasi atom nya.

Beberapa contohnya adalah aktinium (Z = 89), Curium (Z = 96), Plutonium (Z = 94), Amerisium (Z = 95), Einsteinium (Z = 99). Selain unsur radioaktif ada juga  fosfor putih (P4).

Ditinjau dari ilmu kimia, suatu zat bisa menyala dalam gelap diawali dari akibat adanya eksitasi elektron yang terjadi di dalam zat tersebut karena menerima energi dari luar (seperti terkena gelombang cahaya), kemudian saat elektronnya kembali ke orbital dasarnya, terjadi pelepasan energinya kembali (emisi) dalam bentuk gelombang yang tampak berupa cahaya/pendar.

Proses yang terjadi pada zat yang dapat menyala dalam gelap dimulai eksitasi elektron yang melibatkan dua orbital dengan tingkat energi berbeda. Pada saat elektron tereksitasi, elektron berpindah dari orbital berenergi lebih rendah ke orbital yang berenergi lebih tinggi, yang merupakan reaksi yang non-spontan (dibutuhkan sejumlah energi aktivasi untuk menyebabkan sebuah elektron tereksitasi, misalnya terkenanya gelombang cahaya/elektromagnetik dengan energi sejumlah x kJ).

Tereksitasinya elektron ini menyebabkan keadaan tidak stabil, sehingga menyebabkan elektron cenderung kembali ke keadaan orbital dasar elektron tersebut.

Pada saat elektron yang tereksitasi kembali ke orbital asalnya (yang memiliki energi lebih rendah), energi sejumlah x kJ dilepaskan kembali. Energi yang dilepaskan ini berada dalam bentuk gelombang, yang panjang gelombangnya berada di range visible/tampak (10 nm – 103 nm), sehingga terlihat menyala di dalam gelap.

Sebenarnya zat fosfor / fluoresens itu berpendar sepanjang terkena terhadap gelombang cahaya (misalnya: cahaya matahari).

Namun, cahaya yang dihasikan dari hasil eksitasi elektron dari zat fosfor kalah terang dari cahaya (matahari), sehingga zat tersebut tidak terlihat sedang berpendar/memancarkan cahaya. Hal inilah yang menyebabkan fosfor terlihat berpendar pada ruang gelap atau pada malam hari.
sumber

Luminescence ini disebabkan oleh oksidasi lambat dengan adanya oksigen atmosfer: P4 + 5 O2 = P4O10.

Apa itu luminescense?
Luminesens (Luminescense) adalah kemampuan suatu zat untuk berpendar / menyala dalam gelap. Kemampuan zat seperti ini dibagi menjadi beberapa jenis.
Namun ada dua di antaranya yang cukup dikenal, yaitu fosforesensi (phosphorescence) and fluororesensi (fluororescence). Biasanya banyak terjadi kesalahpahaman antara fosforesensi dengan fluororesensi. Perbedaan antara Fosforesensi dengan fluororesensi adalah dalam hal lama waktunya zat tersebut menyimpan cahaya mereka.
Fosforesens dapat menyimpan energi lebih lama, sehingga akan memancarkan cahaya (berpendar) lebih lama dari pada fluorosens.

Pada fluorosens, setelah energi yang digunakan untuk mengeksitasi elektron dihilangkan (biasanya berupa sinar UV) maka zat fluorosens tidak akan dapat menyala dalam gelap. Dengan kata lain zat berfluororesensi hanya dapat terlihat menyala apabila dikenai dengan sinar ultraviolet di dalam gelap, dan tidak dapat berpendar ketika sinar ultravioletnya dimatikan.

Hal ini berkaitan dengan cepat dan lambatnya elektron kembali ke orbital energi tingkat dasar, semakin cepat elektron kembali ke orbital maka semakin cepat pula hilang berpendarnya.

Penjelasan tentang fosforesensi (phosphorescence) and fluororesensi (fluororescence) dan aplikasinya dilanjutkan di artikel berikutnya yah.

Posted on Leave a comment

PLASMA

Tahukah kalian selain padatan yang memiliki sifat tidak mudah berubah bentuk, mempunyai susunan yang tetap, dan tidak mudah berpindah atapun zat cair yang mempunyai sifat membentuk sesuai dengan tempatnya, mempunyai tegangan permukaan dan mudah berpindah juga gas yang memiliki sifat tidak terlihat dan bergerak bebas ada sebuah fase yang disebut plasma?

Apa itu plasma?

Bagaimana bentuknya?

Bagaimana sifatnya?

Plasma adalah gas yang terionisasi, artinya gas tersebut sudah kehilangan elektron-elektronnya. Kita tahu bahwa sebuah unsur terdiri atas elektron dan nukleus (yang terdiri atas proton dan neutron).

Nah dalam plasma, unsur-unsur tersebut tidak lagi bersatu membentuk molekul, dan unsur2 tersebut kehilangan elektron-elektronnya. Karena plasma memiliki banyak elektron bebas, maka plasma dapat menjadi konduktor yang baik sekali. Contoh plasma adalah lampu neon atau display komputer.

Mirip dengan gas, plasma tidak memiliki bentuk atau volume yang tetap kecuali jika terdapat dalam wadah, tetapi berbeda denga gas, plasma membentuk struktur seperti filamen, pancaran dan lapisan-lapisan jika dipengaruhi medan elektrommagnet. Plasma yang umum ditemui antara lain adalah bintang dan lampu pendar.

Namun, sesungguhnya plasma lebih banyak terdapat di luar angkasa. Debu-debu kosmik yang menjadi cikal-bakal bintang berwujud plasma. Materi penyusun angin surya (solar wind), inti Matahari, bahkan planet Jupiter sebagian besar berwujud plasma. Karena banyaknya plasma mengisi ruang di luar angkasa, plasma menjadi salah satu kunci untuk mempelajari alam semesta kita.

Bagaimana terbentuknya plasma?

Selain ionisasi, menurut Nur (2011) ada beberapa proses yang dapat menyebabkan terbentuknya plasma yaitu dissosiasi dan eksitasi.  Dissosiasi, berdasarkan kamus ilmiah diartikan sebagai proses pemecahan molekul melalui proses kimiawi maupun fisika (Partanto, Albarry, 1994). Menurut Nur (2011) dissosiasi diartikan sebagai pemisahan molekul menjadi atom-atom penyusunnya. Partikel gas yang terdissosiasi dapat terionisasi menjadi ion positif dan ion negatif.

Eksitasi adalah perpindahan elektron dari tingkat energi yang lebih rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi dengan menyerap energi dari tumbukan dengan elektron luar. Kebalikan dari eksitasi disebut relaksasi atau deeksitasi dengan memancarkan foton. Plasma merupakan gas yang terionisasi. Tapi tidak semua gas yang terionisasi disebut plasma. Suatu gas yang terionisasi harus memenuhi persyaratan seperti kerapatan, temperatur, panjang debye dan energi, untuk bisa dikatakan sebagai plasma (Nur, 2011).

Komposisi normal udara kering adalah: 78% nitrogen, 21% oksigen, dan 1% gas lainnya (Arty, 2005).Dengan komposisi nitrogen pada udara yang mencapai 78 %, ini berpotensi menghasilkan ion N+ apabila diradiasi dengan plasma. Ion N+diharapkan dapat menyusup kesuatu bahan, di mana penyusupan ion nitrogen terhadap suatu bahan dapat merubah struktur mikro bahan, hal tersebut dapat menyebabkan perubahan sifat-sifat kimia maupun fisik bahan.sumber

Dilihat dari skemanya adalah padat —dipanaskan–> cair —dipanaskan—> gas —dipanaskan–> plasma jadi plasma tidak masuk dalam padat/cair/gas, karena itu plasma dianggap sebagai wujud ke empat.

Setujukah kalian?