
Dapatkah ganggang menjadi bahan bakar alternatif masa depan?Para peneliti di Swansea meyakini bahwa tanaman berlendir ini sebagai energi alternatif masa depan setelah dikembangkan dalam tanki.
Ganggang diperkirakan juga bisa menjadi sumber bioplastik, produk kesehatan ,dan pakan ternak.

Alga dapat menghasilkan massa dua kali lipat dalam sehari dan dapat menghasilkan lebih dari 15 kali minyak per hektar nya dari tanaman alternatif lain seperti rape, sawit, kedelai ataupun tanaman jarak.
Ketika ganggang laut mengalami blooming pun memiliki kemampuan menyerap karbon dioksida, sehingga pertanian juga berpotensi untuk menyerap emisi limbah langsung dari pabrik-pabrik industri. Dan karena dapat tumbuh di daerah yang tidak diperlukan untuk makanan, tidak akan mengarah pada jenis deforestasi, hal ini dilihat dengan bahan bakar alternatif seperti minyak kelapa sawit.
Ada sekitar 40.000 jenis mikro-alga, termasuk dalam rumput laut yang digunakan dalam laverbread. Mereka adalah kelompok yang sangat beragam organisme bersel tunggal mikroskopik yang hidup secara alami di sebagian besar lingkungan perairan di Bumi.
Proyek EnAlgae dipimpin oleh Universitas Swansea dan didanai oleh Uni Eropa, bertujuan untuk memberikan generasi baru industri bioteknologi mikro-alga di Wales dengan keahlian teknis dan pengembangan produk baru, proses dan jasa berdasarkan bioteknologi mikro-alga. Bulan ini, anggota Parlemen Eropa telah diberi pandangan tentang pekerjaan yang dilakukan dalam proyek EnAlgae ketika para ilmuwan yang menampilkan proyek di Parlemen Eropa di Brussels bertujuan untuk menginformasikan politisi tentang bagaimana ganggang dapat berperan dalam masa depan yang lebih berkelanjutan.
Selain biofuel, ganggang dapat digunakan untuk menangkap karbon, membuat produk kesehatan seperti minyak omega 3, antioksidan dan pigmen, dan dapat menjadi bahan untuk pakan pertanian dan bahkan bisa menghasilkan bio-plastik.
Perusahaan energi raksasa Shell dan Exxon Mobil sudah investasi besar-besaran dalam penelitian bahan bakar mikro-alga. Kepentingan tertentu telah ditunjukkan dalam Botryococcus braunii ganggang, yang mengeluarkan minyak (jika helai hijau mikroskopis mereka diberikan cukup cahaya) dan banyak karbon dioksida.
Gelembung-gelembung minyak yang terbentuk pada permukaan ganggang dapat dengan mudah dipanen dan kemudian disempurnakan menggunakan teknologi yang sama dengan industri minyak dalam mengonversi minyak mentah menjadi bahan bakar.
Sebuah ladang jagung, bila dikonversi ke dalam etanol biofuel, dapat menghasilkan sekitar 0,2 ton setara minyak per hektar, sedangkan rapeseed dapat menghasilkan sekitar 1,2 ton.
Tapi mikro-alga secara teoritis dapat menghasilkan antara 50 dan 140 ton menggunakan plot lahan yang sama.
Welsh MEP Derek Vaughan, mantan pemimpin Neath Port Talbot Council, mengatakan penelitian EnAlgae: “Proyek ini merupakan contoh yang sangat baik tentang bagaimana dana Uni Eropa sekarang sedang digunakan dalam cara-cara inovatif untuk mengembangkan sumber energi berkelanjutan di masa depan.”