
“Program langit biru merupakan program yang bertujuan untuk mengendalikan dan mencegah pencemaran udara dan mewujudkan perilaku sadar lingkungan baik dari sumber tidak bergerak (industri) maupun sumber bergerak yaitu kendaraan bermotor”. Demikian disampaikan Dirjen Perhubungan Darat, Ir. Iskandar Abubakar, M.Sc saat membuka seminar bertema Pengendalian Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor, tanggal 31 Mei 2005, di Ruang Mataram kantor pusat Departemen Perhubungan.
Pelaksanaan program langit biru sebenarnya telah dicanangkan pertama kali pada 6 Agustus 1996 di Semarang oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup. Program langit biru bertujuan mengendalikan pencemaran udara, khususnya pencemaran gas buang kendaraan bermotor. Salah satu pelaksanaannya adalah penggunaan bahan bakar bensin bebas timbal.
(baca juga Logam Berat, apa itu?)
Mengapa penggunaan timbal pada bensin dilarang?
Yuk kita bahas!
Istilah bensin sudah seringkali kita dengar, bukan? Bensin sangat populer di masyarakat karena banyak digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor.
Bensin atau gasoline adalah salah satu produk hasil penyulingan minyak bumi yang terdiri dari alkana rantai lurus. Dalam mesin motor bakar, bensin dengan kadar alkana rantai lurus tinggi sangat mudah terbakar sehingga menimbulkan ketukan (knocking).
Ketukan tersebut dapat menyebabkan kerasnya getaran mesin dan mesin menjadi sangat panas sehingga dapat menyebabkan kerusakan dan membuat mesin tidak beroperasi secara efisien. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa bensin dengan alkana rantai lurus menghasilkan efisiensi pembakaran kurang baik.
Efisiensi suatu bensin dinyatakan dengan bilangan oktan. Bilangan oktan ini menunjukkan perbandingan komposisi antara alkana rantai lurus (normal-heptana atau n-heptana) dan alkana rantai bercabang (isooktana). Kedua senyawa ini merupakan sebagian senyawa yang terdapat dalam bensin. Isooktana memberikan ketukan paling sedikit, diberi nilai oktan 100. Sedangkan n-heptana menghasilkan ketukan sangat tinggi, dan diberi nilai oktan 0.
Bilangan oktan: 0-100
n-heptana: 0
Isooktana: 100
Misalkan suatu campuran yang terdiri dari 75% isooktana dan 25% n-heptana mempunyai nilai oktan sebesar:
(75/100 ×100) + (25/100 × 0) = 75
Bensin dengan nilai oktan tinggi memiliki kualitas yang lebih baik, karena jumlah ketukan yang dihasilkan lebih sedikit.
Salah satu jenis bensin di Indonesia, misalnya pertalite mempunyai nilai oktan 90, ini berarti efisiensi pertalite atau jumlah ketukan yang dihasilkan setara dengan campuran 90% isooktana dan 10% n-heptana.
Nah, untuk mempertinggi efisiensi suatu bensin dapat ditambahkan zat aditif, yaitu Tetra Ethyl Lead (TEL) atau Pb(C2H5)4.
Penambahan 2-3 mL TEL ke dalam galon bensin, dapat menaikkan nilai oktan 15 poin sehingga dapat mengurangi ketukan yang ditimbulkan oleh bensin pada mesin. Namun, penggunaan TEL pada bensin juga memberikan dampak negatif. Di antaranya adalah menghasilkan partikulat (partikel halus atau jelaga) Pb dari knalpot yang mengakibatkan pencemaran udara.
Partikulat Pb sangat berbahaya jika masuk dalam tubuh dan terakumulasi dapat mengakibatkan gangguan pernapasan, gigi rapuh, kerusakan tulang belakang, terhambatnya kerja enzim, dan terganggunya pembentukan hemoglobin (Hb) dalam darah.
Agar kadar Pb di udara tidak terlalu tinggi, maka pemakaian TEL harus dikurangi atau dihilangkan sama sekali. Bahkan, penggunaan TEL di negara maju, seperti Jepang, Amerika Serikat, Australia dan sebagian negara sedang berkembang sudah dilarang. Untuk mengganti TEL digunakan MTBE.
Methyl tertiary Buthyl Ether (MTBE) adalah senyawa organik yang tidak mengandung logam dan tidak membentuk senyawa peroksida yang berbahaya bagi lingkungan. MTBE juga memiliki sifat-sifat pencampuran yang baik dengan bensin. Kisaran angka oktan MTBE yang tinggi, yaitu 116 – 118 RON (Reaserch Octane Number) menjadikan MTBE sangat baik untuk digunakan sebagai peningkat angka oktan (octane booster). Selain itu, MTBE juga dapat menambahkan oksigen pada campuran gas dan mesin, sehingga akan mengurangi pembakaran tidak sempurna bensin yang menghasilkan CO.
Bahan Alternatif
Selain MTBE, alternatif yang pernah dicoba penggunaannya adalah etil tersier butil eter (ETBE) dan tersier-amil metil eter (TAME).
Terlepas dari penggunaan timbal (Pb) dan bukan timbal, bensin tetap merupakan penyebab polusi udara terbesar karena merupakan sumber utama gas CO2. Oleh karenanya, berpikir dan bertindak bijak dalam penggunaan kendaraan bermotor penting diterapkan. Misalnya, kalau jarak tempuh dekat, kita tidak harus selalu menggunakan kendaraan bermotor, dapat juga ditempuh dengan berjalan kaki atau bersepeda.
Ingat, kita sebagai manusia bumi punya peran yang sama, yaitu menjaga bumi, lingkungan tempat tinggal kita. Many ways to be more eco-friendly, salah satu caranya yaitu meminimalisir terjadinya pencemaran, baik itu pencemaran tanah, air, maupun udara.
Sekian ya pembahasan mengenai PROGRAM LANGIT BIRU: Mengapa Timbal Pada Bensin Dilarang?. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kalian, terimakasih.