Posted on 2 Comments

Jenis-jenis Susu dan Perbedaannya

​Ketika ingin membeli susu, kita dihadapkan pada beberapa varian. Selain rasa, susu juga memiliki beberapa jenis bentuk hasil dari teknik pengolahan yang berbeda. Pengolahan seperti apakah itu?Ada susu kental manis, bubuk, hingga UHT, pasteurisasi, dan sterilisasi.

Bentuk pengolahan yang manakah yang masih memiliki nilai gizi yang optimum?

Yuk kita telusur satu persatu!

1.Susu Kental Manis

 Susu kental manis diproses dengan melakukan pemanasan bersuhu 80 derajat celcius selama 3 jam, sebagian air di dalam susu dihilangkan. Untuk mengentalkan susu, dilakukan proses evaporasi bertahap dan penambahan gula yang juga berfungsi sebagai pengawet. Susu kental manis biasanya bisa bertahan dan awet hingga waktu satu tahun lamanya. 
Susu kental manis memiliki kandungan kalori dan gula yang tinggi dibandingkan dengan zat gizinya. Karena itu, susu ini tak baik dikonsumsi terlalu banyak oleh anak-anak dan tak bisa menjadi sumber utama susu bagi anak-anak hingga dewasa. Sebaiknya, susu kental manis hanya diberikan sebagai pelengkap saja.
2.Susu Bubuk

Dalam pembuatannya, susu bubuk diproses dengan cara dikeringkan dengan spray dryer atau roller dryer dengan suhu 200 derajat celcius. Karena pemanasan tersebut, maka sebagian dari nutrisinya akan hilang. Untuk menyiasatinya, dilakukan lah fortifikasi kembali, atau penambahan nutrisi ke dalam susu bubuk. Susu bubuk dapat disimpan selama dua tahun.
Karena proses pemanasan yang dilakukan saat pembuatan susu bubuk, banyak pula nutrisi yang hilang. Meskipun sudah digantikan dengan kandungan lain, namun dapat dikatakan nilai gizi alami susu sudah tidak ada. Tak hanya itu, susu bubuk biasanya mengandung lemak nabati yang ditambahkan, karena lemak hewaninya hilang saat proses pemanasan.
3. Susu UHT

Susu ini dibuat dengan sistem Ultra High Temperature. Susu ini akan dipanaskan dengan suhu 135 – 140 derajat Celcius hanya dalam waktu 2 – 4 detik. Suhu ini membuat bakteri pembusuk dan patogen mati. Susu ini tidak mengandung pengawet sehingga hanya mampu bertahan selama 6 – 10 bulan.

Meskipun baik untuk dikonsumsi, namun faktanya ada batas maksimal untuk pengonsumsian susu UHT yaitu 600ml pada anak-anak dan 750ml pada usia dewasa. Susu ini boleh dikonsumsi oleh anak yang berusia di atas 1 tahun. Karena proses pemanasan melalui suhu tinggi, maka semua bakteri—bahkan beberapa bakteri baik—ikut hilang.

4.Susu Sterilisasi

Dalam pembuatan susu sterilisasi, susu segar akan dipanaskan pada suhu 120 derajat Celcius selama 15 menit. Proses ini membuat seluruh bakteri dan spora mati, mirip dengan yang terjadi pada susu UHT. Degan suhu dan jangka waktu seperti ini, maka semua bakteri di dalam susu akan mati dan usia susu akan bertahan lama, meskipun di suhu ruang.

Gizi dan bakteri baik dalam susu akan ikut hilang selama proses pemanasan. Meskipun begitu, susu ini sangat higienis karena proses sterilisasi juga terjadi ketika masa pengemasan. Sayangnya susu sterilisasi memiliki kekurangan seperti adanya perubahan warna susu dan rasa susu asli yang memudar.
5.Susu Pasteurisasi

Susu pasteurisasi dipanaskan selama 15 detik dengan suhu 72 derajat Celcius. Dalam prosesnya, bakteri patogen akan mati, sementara bakteri pembusuknya masih ada. Tak heran jika susu ini cepat basi dan suhu penyimpanannya harus sangat terjaga. Meskipun begitu, kandungan bakteri baik dan vitaminnya masih terjaga dan tidak mati selama proses pemanasan.

Sebaiknya, segera habiskan susu ini saat sudah membuka kemasannya, karena bakteri pembusuk susu masih ada. Jika tidak, maka sebaiknya disimpan di dalam lemari pendingin bersuhu 0 – 4 derajat Celcius. Susu ini baik untuk dikonsumsi anak-anak usia balita. Susu ini memiliki kandungan bakteri baik. Namun, jika Anda membuka tanpa langsung menghabiskannya, maka kemungkinan jamur akan tumbuh di dalam susu.

Sudah menentukan pilih yang mana?

Posted on Leave a comment

Kini, Ada Teknologi Baru untuk Mengurangi Emisi Karbondioksida

150303183327-large

Saat ini teknologi baru mulai dipatenkan oleh seorang peneliti di New Mexico State University, temuannya bisa menciptakan revolusi di mana ia bisa menangkap karbon dioksida dan memiliki dampak yang signifukan pada pengurangan polusi di seluruh dunia. Mengingat bumi mulai tercemar oleh paparan berbagai polutan, manusia memang harus bertindak untuk memulihkannya. Continue reading Kini, Ada Teknologi Baru untuk Mengurangi Emisi Karbondioksida

Posted on 3 Comments

Sekali Lagi, Panel Surya Bisa Hasilkan Energi Alternatif Baru

140701170158-large

Para peneliti akhirnya telah menemukan metode yang efisien untuk memanfaatkan sinar matahari dan mengubah karbondioksida menjadi bahan bakar alternatif yang potensial dan dikenal sebagai asam format. Transformasi dari karbondioksida dan air menjadi asam format ini didukung oleh panel surya komersial.
Penelitian untuk mecegah atau membatasi pemanasan global yang disebabkan oleh meningkatnya kadar gas rumah kaca di atmosfer seperti karbondioksida, biasanya melibatkan tiga bidang. Misalanya dalam mengembangkan sumber energi alternatif, menangkan dan menyimpan gas rumah kaca, membatasi tingkat gas rumah kaca yang berlebihan. Melihat dari dua pendekatan ini, Andrew Bocarsly, peneliti di laboratorium sekaligus profesor kimia Princeton Continue reading Sekali Lagi, Panel Surya Bisa Hasilkan Energi Alternatif Baru

Posted on 3 Comments

Berbagai Teknik Pengawetan Makanan

Makanan basi atau busuk memang sudah menjadi masalah dalam penyimpanan makanan, barangkali kita terlalu banyak

Various preserved foods
Various preserved foods (Photo credit: Wikipedia)

membeli makanan sehingga banyak yang tak termakan. Atau para produsen yang membuat makanannya dan harus di pasarkan dalam waktu yang lama. Hal hal tersebutlah yang mendorong manusia untuk melakukan pengawetan makanan. dalam istilah pengawetan, mungkin kita sudah mendengar di mesir kuno beberapa ribu tahun yang lalu. Sudah dilakukan pengawetan Manusia yang cukup baik, Namun untuk makanan sudahkah anda tau?

Ternyata di setiap daerah memiliki budaya pengawetan makanan tersendiri. Di daerah timur tengah sekitar 12.000 Tahun SM sudah mengenal pengawetan makanan dengan cara pengeringan. Pembekuan juga telah dilakukan pada daerah daerah yang sangat dingin. Sedangkan menurut beberapa ahli antroplogi, fermentasi telah dilakukan kaum nomaden sejak 10.000 Tahun SM.

Bagaimana dengan sekarang? Continue reading Berbagai Teknik Pengawetan Makanan

Posted on 1 Comment

Mengapa Bisa Terjadi? – Daging Buah Berubah Kecoklatan

Apa kalian pernah memotong buah apel, lalu lupa memakannya, dan saat kalian mau memakannya, warna daging buahnya menjadi kecoklatan? Kalau iya, apa yang kalian lakukan? Tetap memakannya? Membiarkannya kalau-kalau warnanya kembali normal? Atau malah membuangnya?

Nah, sekarang mari kita lihat dari sisi kimianya. Proses perubahan warna bahan makanan menjadi berwarna kecoklatan disebut sebagai browning atau pencoklatan. Browning tidak hanya terjadi pada buah apel saja, tapi juga buah lain, seperti kulit pisang yang berbercak-bercak coklat dan kentang yang dipotong. Selain terjadi pada buah, browning juga bisa terjadi di bahan makanan lain, lho, contohnya adalah gula dan roti tawar.

Mengapa browning bisa terjadi?

Proses browning dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu: Continue reading Mengapa Bisa Terjadi? – Daging Buah Berubah Kecoklatan