Posted on 1 Comment

Apa Itu Analisis Gravimetri

Apa Itu Analisis Gravimetri

Tahukah kamu Apa Itu Analisis Gravimetri ? Bagi kamu yang sedang mendalami bidang kimia tentu kamu sudah pernah mendengarnya. lalu, Apa Itu Analisis Gravimetri

(baca juga kopresipitasi dalam analisis gravimetri )

Apa Itu Analisis Gravimetri

  1. Pengertian

    Gravimetri adalah salah satu jenis analisis kuantitatif melalui berat dengan cara mengisolasi dan menimbang zat atau senyawa yang ingin kita tentukan dari senyawa murninya. Dengan kata lain, gravimetri merupakan salah satu pemisahan dan pemurnian suatu senyawa dengan cara penimbangan beratnya. Gravimetri ini merupakan salah satu cara sederhana di dalam memurnikan suatu senyawa, terutama senyawa berbentuk padat. Jadi secara sederhana dapat digambarkan gravimetri dilakukan dengan pemanasan senyawa campuran kemudian pemibangan kembali untuk mendapatkan berat senyawa murninya.

  2. Keuntungan Menggunakan Analisis Gravimetri

    Walaupun gravimetri merupakan cara yang lama dan cukup memakan waktu dalam melakukan analisis, gravimetri memiliki beberapa keuntungan yang ditawarkan diantaranya :
    a. Presisi dan akurasi tetap bagus walaupun menggunakan peralatan analisis modern.
    b. Kemungkinan sumber kesalahan dapat diperiksa. Hal ini menjadikan bagi seorang analis tidak melakukan pekerjaan yang berulang hanya karena sumber kesalahan yang tak terdeksi.
    c. Melibatkan pengukuran tanpa harus melalui kalibrasi apapun.
    d. Analisis dapat dilakukan dengan peralatan yang relatuf murah. Alasan ini tentu menjadi alasan utama dalam melakukan analisis. Biaya yang terjangkau merupakan tanda seberapa sering atau jarang penelitian tersebut dilakukan.

  3. Aplikasi Umum Analisis Gravimetri

    Berbagai aplikasi analisis gravimetri telah diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi disini terdapat dua aplikasi penting yang umum digunakan oleh gravimetri, antara lain :
    a. Analisis standar yang akan digunakan untuk pengujian atau kalibrasi teknik instrumental. Artinya, sebelum digunakan analisis instrumental, kebanyakan digunakan terlebih dahulu analisis standar untuk menguji terlebih dahulu, dan analisis tersebut salah satunya adalah gravimetri.
    b. Analisis ini membutuhkan akurasi tinggi, meskipun analisis gravimetri ini memakan waktu yang cukup lama. Maka dari itu, aplikasi gravimetri ini dibatasi hanya untuk sejumlah kecil penentuan senyawa.
    Walaupun demikian, gravimetri merupakan salah satu analisis yang sering diterapkan di dalam bidang kimia. Berbagai kampus di Indonesia masih mennggunakan analisis ini dalam praktikum kimianya, khususnya bidang kimia analitik. Analsis gravimetri ini merupakan salah satu metode paling akurat yang membutuhkan biaya yang murah. Gravimetri ini menjadi pengantar untuk beberapa analisis intrumental selanjutnya.

Gimana? Sekarang kamu sudah tahu kan Apa Itu Analisis Gravimetri ? Semoga bermanfaat ya .

Sumber : Jeffrey et. al. 1989. Vogel’s Textbook of Quantitative Chemical Analaysis (5th edition). New York: John Wiley & Sons, Inc.

Posted on 3 Comments

Kopresipitasi dalam Analisis Gravimetri

​Sebelum adanya instrument-instrument analisis seperti AAS, HPLC, GC, ICP dll, gravimetri merupakan metode yang banyak digunakan terutama untuk penentuan kadar dalam jumlah besar pada suatu sample.

Walaupun tingkat ketelitiannya jauh dari alat instrumen, dan juga waktu pengerjaan suatu sample relatif lama tetapi beberapa penentuan kualitas bahan masih menggunakan metode gravimetri.

Seperti apa analisis gravimetri itu?

Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal kesenyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat digunakan.
Faktor utama dalan gravimetri adalah penimbangan dan pengendapan. Dalam reaksi pembentukan endapan, dimana endapan merupakan sampel yang akan kita analisis, maka dengan cermat kita dapat memisahkan endapan dari dari zat-zat lain yang juga turut mengendap. Proses ini cukup sulit dilakukan, namun cara yang paling umum adalah mengoksidasi beberapa zat yang mungkin mengganggu sebelum reaksi pengendapan dilakukan.
Pada proses pengendapan ini seringkali ditemui hal-hal yang mengganggu proses analisis. Salah satunya adalah kopresipitasi. Apa itu kopresipitasi?

Kopresipitasi (proses dimana biasanya komponen-komponen dari larutan terbawa oleh endapan atau ikut mengendap ) dari ion-ion pengotor.

Misalnya, penambahan larutan perak nitrat ke dalam larutan yang mengandung natrium klorida dan natrium bromida akan menghasilkan endapan AgCl dan AgBr.
Dalam kimia analisa, khususnya dalam menyatakan pengotoran suatu endapan, istilah kopresipitasi diartikan sebagai ikut mengendapnya satu atau lebih zat asing bersama endapan dari komponen zat uji, namun zat asing tersebut yang digunakan. Contoh lainnya adalah kalsium sebagian ikut mengendap pada pengendapan besi (III) sebagai hidroksida dengan menetralkan larutan asam hingga pH 4 sampai 5. Pada kondisi yang sama, tanpa besi, kalsium tidak akan mengendap.

Kopresipitasi dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
1. SURFACE ADSORPTION

Terjadi apabila ion-ion yang teradsorpsi ditarik ke bawah bersama-sama endapan selama proses koagulasi sehingga permukaaan endapan mengandung ion-ion yang teradsorpsi. Keadaan ini sering terjadi pada koloid terkoagulasi (memiliki luas permuakaan yang luas yang terbuka kepada pelarut). Contohnya pada endapan AgCl, akan mengandung sedikit nirat. Pada penentuan Cl- terbentuk endapan AgCl (koloid terkoagulasi) terkontaminasi dengan ion Ag+ bersama dengan NO3- atau ion lain yang terdapat pada lapisan counter-ion sehingga AgNO3 ikut mengendap. Untuk menguranginya dengan :

  1. Digestion memperkecil luas permukaan.

  2. Pencucian dengan larutan yg mengandung elektrolit volatil, menggantikan elektrolit nonvolatil. Contoh pada penentuan Ag+ dengan menambah Cl- dimana spesi teradsorpsi yang utama adalah Cl-. Penambahan larutan asam akan menggantikan lapisan counter-ion dengan H+, shg kedua ion tersebut yang berada pada double layer membentuk HCl yang volatil.

  3. Represipitasi atau presipitasi ganda. Endapan yang sudah disaring dilarutkan kembali untuk kemudian diendapkan kembali. Cara ini efektif mengatasi kopresipitasi pada pengendapan oksida hidrous besi(III) dan alumunium yang terkontaminasi dengan kation logam berat spt Zn Cd dan Mn.

  4. MIXED-CRYSTAL FORMATION

Satu dari ion yg terdapat pada kisi kristal dari endapan digantikan dengan ion lain yang memiliki muatan dan ukuran yang hampir sama. Kehadiran ion-ion yang serupa dapat menggantikan analit yang dikehendaki di dalam kisi kristal selama proses pengendapan. Kedua garam memiliki golongan kristal yg sama.

Contoh dalam penentuan sulfat sebagai BaSO4 kehadiran ion Pb atau Sr menyebabkan suatu kristal campur yang mengandung PbSO4atau SrSO4.

Contoh lain: MgKPO4 pada endapan MgNH4PO4, SrSO4 pada BaSO4, MnS pada CdS. 
Mengatasinya dengan menghilangkan ion-ion yang kemungkinan menjadi kontaminan sebelum dilakukannya pengendapan atau mengganti agen pengendap yang tidak menghasilkan pembentukan mixed-crystal.

  1. OCCLUSION

Terjadi pada saat pertumbuhan kristal berlangsung cepat, ion-ion asing pada counter-ion kemungkinan terperangkap di dalam kristal yg tumbuh.

Jika pertumbuhan kristal terlalu cepat, beberapa counter ion tidak memiliki waktu untuk terlepas dari permukaan.
4. MECHANICAL ENTRAPMENT
Terjadi karena beberapa kristal yang tumbuh terletak berdekatan sehingga memerangkap molekul pelarut. Walaupun pelarut dapat dihilangkan dengan pengeringan namun ion yang terperangkap akan tetap dalam endapan.

Oklusi dan mechanical entrapment dapat diminimasi jika kecepatan pertumbuhan kristal diperlambat kondisi lewat jenuh yg rendah.

Juga dengan digestion, represipitasi yang terjadi pada suhu tinggi membuka kantong perangkap dan memberikan kesempatan larutan keluar.

Posted on Leave a comment

Analisis Kadar Serat Makanan

​Setelah di artikel sebelumnya kita sudah membahas tentang apa itu serat, komponen serat dan pentingnya serat makanan bagi kesehatan, pada artikel kali ini kita akan menelusur terus sampai pada analisis serat pada makanan. Bagaimana cara kita mengetahui jumlah kadar serat dalam makanan. Tentu saja, ini dilakukan di dalam laboratorium ya.
Penetapan kadar serat makanan diestimasi pada dua pendekatan dasar yaitu secara gravimetri dan kimia. 

Apa yang membedakan diantara kedua pendekatan ini ya?

Pada pendekatan secara gravimetri, karbohidrat, lipid, dan protein yang dapat dicerna, dilarutkan secara selektif oleh bahan kimia dan/atau enzim. Bahan tak dapat cerna kemudian dikumpulkan dalam penyaringan dan residu serat ditimbang secara gravimetri. Pada pendekatan secara kimia, karbohidrat yang dapat cerna disingkirkan dengan pelumatan enzimatik, lalu komponen serat dihidrolisis dengan asam dan monosakarida diukur. Jumlah monosakarida dalam hidrolisat asam menunjukkan serat.

Komponen yang paling menimbulkan masalah dalam analisis serat adalah pati. Pada kedua pendekatan tersebut, seluruh pati harus disingkirkan agar serat dapat diestimasi dengan tepat. Dengan pendekatan gravimetri, penyingkiran pati yang tak sempurna akan meningkatkan bobot residu dan mempertinggi estimasi serat. Pada pendekatan kimia, glukosa pada hidrolisat asam dianggap serat. Karena itu, glukosa yang tidak disingkirkan pada tahap analisis awal juga menyebabkan estimasi berlebih serat makanan. Hidrolase pati yang digunakan dalam metode serat meliputi alpha-amilase, amiloglukosidase, dan pululanase. Alpha-amilase mengkatalisis unit-unit D-glukosa internal yang berikatan alpha-1,4, sementara pululanase mengkatalisis unit-unit glukosa internal yang berikatan alpha-1,6. Amiloglukisidase menhidrolisis ikatan alpha-1,4 dan alpha-1,6-glukosidik dari ujung non-pereduksi pati. 

Semua metode serat melibatkan pemanasan pada 80-130 °C selama 30 menit sampai 3 jam untuk membengkakkan dan menghancurkan (menggelatinkan) granul pati. Sekalipun dengan gelatinisasi, sebagian pati lolos dari pelumatan (pelarutan) dan membubungkan nilai serat. 

Pada pendekatan gravimetri, semua bahan dapat cerna harus disingkirkan dari contoh/sample sehingga hanya tersisa polisakarida tak dapat cerna atau residu tak dapat cerna dikoreksi terhadap cemaran dapat cerna yang tersisa. Lipid dapat disingkirkan dari contoh dengan pelarut organik dan umumnya tidak menimbulkan masalah analitis bagi analis serat. Protein dan mineral yang tidak terpisahkan dari contoh selama pelarutan harus dikoreksi dengan analisis nitrogen metode Kjeldahl dan dengan porsi abu dari residu serat. 

Pendekatan secara gravimetri dibagi menjadi 3 metode yaitu:

  1. Metode serat kasar

Metode serat kasar dikembangkan tahun 1850-an untuk mengestimasi karbohidrat tak dapat cerna dalam pakan hewan. Karena tidak terdapat alternatif yang mudah, serat dalam makanan manusia diukur sebagai serat kasar sampai awal tahun 1970-an (kecuali untuk Southgate di Inggris). Serat kasar ditentukan dengan ekstraksi contoh berturut-turut dengan H2SO4 1,25% dan NaOH 1,25% . Residu yang tak larut disaring, dikeringkan, ditimbang dan diabukan untuk mengkoreksi cemaran mineral dalam residu serat. Serat kasar mengukur selulosa dan lignin dalam contoh tetapi hemiselulosa, pektin, dan hidrokoloid larut dan tidak terdeteksi.

  1. Metode detergen

Metode serat detergen asam dan serat detergen netral dikembangkan untuk mengestimasi secara lebih akurat lignin, selulosa, dan hemisululosa dalam pakan hewan. Serat detergen netral sama dengan serat detergen asam plus hemiselulosa. Karena pektin dan hidrokoloid biasanya menjadi penyusun minir pada hampir semua bahan makanan, metode detergen cukum diterima dan memadai dalam industri hewan.

  1. Metode serat total, tak larut, dan larut

Serat yang larut dan tak larut menghasilkan respon fisiologis yang cukup berbeda dan kedua jenis serat ini penting bagi kesehatan manusia. Dari pengembangan berbagai metode analisis yang diusulkan, diperoleh metode yang sekarang diterima secara luas untuk menentukan serat makanan yaitu metode AOAC 991.43. Metode ini menggabungkan metide serat kasar, serat detergen dan metode Southgate.

Selanjutnya di artikel berikutnya akan di bahas tentang metode yang dilakukan dengan pendekatan kimia. 

Posted on Leave a comment

KIMIA ANALISIS

Kimia Analisis merupakan cabang ilmu Kimia yang mempelajari cara untuk mengetahui komposisi, struktur, dan fungsi kimiawinya dalam sebuah cuplikan contoh. Selain mempelajari cara untuk menentukan kadar suatu unsur dalam contoh dijelaskan juga mengenai tekhnik pengambilan dan persiapan sampel agar diperoleh data yang sesuai dan dapat dipertanggungjawabkan. Secara tradisional Analisis dibagi menjadi 2 bagian utama, yaitu :

Continue reading KIMIA ANALISIS