Fenomena Overthinking di Kalangan Remaja: Dampak pada Kesehatan Mental dan Peran Bimbingan



Fenomena overthinking yang terjadi di kalangan remaja kini semakin jelas terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Banyak siswa sekolah sering kali memikirkan hal-hal kecil secara berlebihan, mulai dari nilai ujian, komentar teman, hingga masa depan yang belum terjadi. Dalam situasi ini, tekanan akademik dan arus informasi yang deras dari media sosial menjadi faktor utama yang memperparah kondisi ini.

Di sebuah SMA di Tangerang, misalnya, banyak siswa mulai mengeluhkan beban pikiran yang berlebihan. Salah satu siswi, Nazma, kelas XI, bercerita kepada penulis bahwa ia sering kesulitan tidur karena terlalu banyak memikirkan kemungkinan buruk.

“Kadang belum apa-apa sudah takut gagal. Pikiran tuh lari ke mana-mana,” ujarnya sambil tersenyum kecil, menutupi rasa cemasnya.

Hal serupa juga dialami oleh Salma, siswi kelas XI lainnya. Ia merasa media sosial sering membuatnya membandingkan diri sendiri dengan orang lain.

“Kalau lihat teman yang posting pencapaian, kadang jadi mikir, ‘Aku kapan ya? Kok kayaknya tertinggal?’ Dari situ mulai overthinking,” katanya.

Menurut pengamatan penulis, cerita seperti ini kini bukan lagi hal yang asing. Remaja hidup dalam standar tinggi, baik dalam bidang akademik maupun sosial. Segala sesuatu seolah harus sempurna. Dalam situasi seperti ini, kesehatan mental remaja berada pada posisi rentan.

Guru BK dari sekolah tersebut menyampaikan bahwa jumlah siswa yang datang untuk konseling terkait kecemasan dan pikiran berlebihan meningkat setiap bulan.

“Anak-anak sekarang punya beban pikiran yang lebih berat. Kami membantu dengan konseling individu, bimbingan kelompok, dan pelatihan manajemen stres,” jelasnya.

Dari pengamatan penulis, peran Bimbingan Konseling (BK) menjadi semakin relevan hari ini. BK bukan lagi sekadar ruang untuk menyelesaikan masalah kedisiplinan, tetapi ruang aman bagi siswa untuk bercerita, menangis, mengeluarkan beban, dan belajar mengenali emosi. Justru di sinilah remaja dapat menemukan pegangan ketika pikiran sendiri mulai terasa menyesakkan.

Baca Juga  Apa Saja yang Perlu Diperhatikan dalam Penerapan Pembelajaran Berbasis Pengalaman? Ini Jawaban Lengkap PSE PPG 2025

Remaja yang mengalami overthinking sebenarnya tidak membutuhkan hal rumit. Kadang mereka hanya perlu tempat bercerita tanpa dihakimi, tanpa dituntut untuk selalu kuat, atau tanpa dianggap berlebihan.

Fenomena ini menunjukkan bahwa kesehatan mental remaja adalah isu sosial yang patut diperhatikan oleh sekolah, orang tua, dan masyarakat. Kita semua memiliki peran, sekecil apa pun itu.

Pada akhirnya, memahami remaja bukan hanya tentang memberikan nasihat, tetapi juga tentang mendengarkan dengan hati. Karena dari telinga yang mau mendengar, sering kali lahir ketenangan yang mereka butuhkan.

Penyebab Overthinking pada Remaja

  • Tekanan Akademik

    Banyak siswa merasa tertekan karena tuntutan nilai dan prestasi. Hal ini membuat mereka khawatir akan kegagalan dan masa depan yang tidak pasti.

  • Standar Sosial

    Remaja sering kali merasa harus sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh lingkungan sekitar, termasuk di sekolah dan keluarga.

  • Pengaruh Media Sosial

    Media sosial sering memicu perbandingan antara diri sendiri dengan orang lain. Hal ini bisa memicu rasa kurang percaya diri dan overthinking.

Peran Bimbingan Konseling (BK)

  • Ruang Aman untuk Bercerita

    BK menjadi tempat di mana siswa bisa berbagi perasaan tanpa takut dihakimi.

  • Bimbingan Emosi

    Melalui konseling, siswa diajarkan cara mengelola emosi dan menghadapi tekanan secara sehat.

  • Pelatihan Manajemen Stres

    BK juga menyediakan pelatihan yang membantu siswa mengurangi stres dan menghindari pikiran negatif berlebihan.

Solusi untuk Mengatasi Overthinking

  • Dukungan dari Orang Tua

    Orang tua perlu lebih peka terhadap perasaan anak dan memberikan dukungan emosional.

  • Peningkatan Kesadaran Masyarakat

    Masyarakat perlu lebih memahami pentingnya kesehatan mental dan tidak menganggap overthinking sebagai hal biasa.

  • Peningkatan Layanan BK di Sekolah

    Sekolah perlu memperkuat layanan BK agar bisa lebih efektif dalam membantu siswa.

Baca Juga  Kumpulan doa persalinan lancar untuk suami dan istri

Kesimpulan

Fenomena overthinking pada remaja semakin meningkat dan menjadi masalah sosial yang nyata. Banyak siswa merasa terbebani oleh tekanan akademik, standar sosial, dan pengaruh media sosial, sehingga memicu kecemasan, sulit tidur, dan pikiran negatif berlebihan. Kondisi ini membuat kesehatan mental remaja semakin rentan.

Dalam menghadapi situasi ini, peran Bimbingan Konseling (BK) di sekolah sangat penting. BK memberikan ruang aman bagi siswa untuk bercerita, mengelola emosi, dan mengatasi pikiran berlebih melalui layanan konseling individu, bimbingan kelompok, dan pelatihan manajemen stres.

Fenomena ini menegaskan bahwa dukungan dari sekolah, guru BK, keluarga, dan lingkungan sosial sangat dibutuhkan. Dengan pendampingan yang tepat dan ruang untuk didengar, remaja dapat belajar mengelola pikirannya secara sehat dan terhindar dari dampak negatif overthinking.

unnamed Fenomena Overthinking di Kalangan Remaja: Dampak pada Kesehatan Mental dan Peran Bimbingan