Waspadai DBD, 541 Kasus di Tangsel Hingga Awal Oktober
Kenaikan Kasus DBD di Kota Tangerang Selatan
Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) hingga awal Oktober 2025 mencapai 541 kasus. Data tersebut diambil dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Tangsel yang mencatat angka kasus mulai dari 1 Januari hingga 5 Oktober 2025. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, sehingga menjadi perhatian serius bagi pemerintah setempat.
Kepala Dinkes Tangsel, Allin Hendalin Mahdaniar, menjelaskan bahwa jumlah kasus DBD bervariasi setiap bulannya. Pada Januari tercatat 99 kasus, Februari 67 kasus, Maret 43 kasus, April 57 kasus, Mei 50 kasus, Juni 53 kasus, Juli 54 kasus, Agustus 70 kasus, September 40 kasus, dan hingga 5 Oktober ada 8 kasus. Angka ini menunjukkan pola kenaikan dan penurunan yang tidak konsisten, namun secara keseluruhan mengarah pada tren peningkatan.
Wilayah dengan jumlah kasus terbanyak berada di Kecamatan Pondok Aren, yang mencatat 122 kasus. Diikuti oleh Ciputat dengan 97 kasus, Pamulang dengan 80 kasus, Ciputat Timur dengan 76 kasus, Serpong dengan 74 kasus, Serpong Utara dengan 48 kasus, dan Setu dengan 44 kasus. Wilayah-wilayah ini menjadi fokus utama dalam upaya pencegahan dan pengendalian DBD.
Allin menyampaikan bahwa sampai saat ini belum ada laporan kematian akibat DBD di Tangsel. Hal ini menunjukkan bahwa upaya pencegahan dan penanganan yang dilakukan telah cukup efektif dalam mengurangi risiko kematian. Namun, ia tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan melakukan pencegahan dini.
Menurut Allin, kelompok usia yang paling rentan terkena DBD adalah usia 15 hingga 44 tahun. Kelompok ini memiliki mobilitas tinggi, sehingga lebih rentan terkena gigitan nyamuk penyebab DBD. Ia menjelaskan bahwa DBD ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue. Nyamuk ini bisa menggigit di mana saja, termasuk di lingkungan rumah, tempat kerja, atau area umum.
Upaya Pemerintah dalam Mengatasi DBD
Untuk menekan angka kasus DBD, Dinkes Tangsel telah melakukan berbagai upaya. Salah satu langkah utama adalah edukasi masyarakat tentang pentingnya pencegahan DBD. Dalam hal ini, pihak dinas memberikan larvasida untuk mengurangi populasi jentik nyamuk. Selain itu, program sertifikasi RW bebas jentik juga digencarkan agar masyarakat sadar akan kebersihan lingkungan.
Selain itu, Dinkes juga melakukan silent survey dan evaluasi G1R1J (Germas, Riset, dan Jentik). Fogging fokus dilakukan di wilayah yang menjadi episentrum kasus DBD. Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus juga terus digalakkan bersama masyarakat. Program ini mengajak setiap rumah untuk memiliki jumantik sendiri guna memastikan lingkungan tetap bersih dan bebas jentik.
Para kader jumantik rutin melakukan berbagai aktivitas seperti silent survey, grebek jentik, serta memberikan edukasi kepada masyarakat. Tujuannya adalah agar masyarakat sadar akan pentingnya menjadi juru pemantau jentik di rumah masing-masing. Dengan demikian, masyarakat dapat terus mengingatkan penerapan 3M Plus, yaitu Menutup, Menyumbat, dan Menguras.
Upaya-upaya ini diharapkan dapat terus berjalan dengan baik dan memberikan hasil yang maksimal dalam mengurangi angka kasus DBD di Tangsel. Dengan partisipasi aktif masyarakat dan dukungan penuh dari pemerintah, harapan besar dapat tercapai dalam upaya pencegahan dan pengendalian DBD.
- Setiap hari, delapan wanita Pakistan kehilangan nyawanya akibat kanker serviks, menurut laporan yang disampaikan oleh Moot. - October 27, 2025
- PGRI dan Perhimpunan Pendidik Minta RUU Sisdiknas Segera Diumumkan - October 27, 2025
- Waspadai DBD, 541 Kasus di Tangsel Hingga Awal Oktober - October 27, 2025



Leave a Reply