Ilmuwan Ciptakan Sel Telur dari Sel Kulit

Penemuan Mengejutkan dalam Dunia Ilmu Pengetahuan

Para ilmuwan telah berhasil menciptakan sel telur yang berasal dari sel kulit manusia. Penemuan ini diumumkan dalam jurnal Nature Communications pada bulan September 2025. Meskipun masih dalam tahap proof-of-concept, penelitian ini menunjukkan potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut.

Proses Pembuatan Sel Telur Buatan

Penelitian dilakukan dengan mengambil inti sel dari sel kulit manusia biasa. Inti sel tersebut kemudian ditransplantasikan ke dalam sel telur donor yang telah dihilangkan intinya. Hasilnya adalah sel telur yang dapat berbagi DNA dengan orang yang memberikan sel kulitnya. Sel telur ini bahkan bisa dibuahi oleh sperma orang lain.

Untuk mencapai hal ini, para peneliti menggunakan metode yang disebut mitomeiosis. Metode ini mirip dengan pembelahan sel alami, di mana kelebihan kromosom dihapus agar hanya tersisa 23 kromosom. Dengan demikian, sel telur yang dihasilkan menjadi fungsional.

Namun, dari semua sel telur buatan yang dihasilkan dalam penelitian, hanya kurang dari 9 persen yang berhasil berkembang menjadi embrio tahap awal. Embrio ini setara dengan lima hingga enam hari setelah pembuahan. Tahap ini biasanya digunakan dalam perawatan fertilisasi in vitro (IVF).

Potensi Bantuan bagi Perempuan yang Tidak Bisa Memproduksi Sel Telur

Penemuan ini memiliki potensi besar untuk membantu perempuan yang tidak mampu memproduksi sel telur. Salah satu penulis studi, Paula Amato, seorang profesor obstetri dan ginekologi di OHSU School of Medicine, menyatakan bahwa teknik ini bisa menjadi solusi bagi mereka. Namun, teknik ini baru akan tersedia secara klinis paling cepat dalam waktu 10 tahun.

Tantangan utama yang harus diatasi adalah memastikan bahwa sel telur hasil rekayasa memiliki jumlah kromosom yang tepat. Menurut Amato, semua embrio yang dihasilkan memiliki kelainan kromosom, baik karena jumlahnya tidak sesuai maupun karena tidak memiliki satu kromosom dari setiap pasangan.

Embrio-embrio ini diperkirakan tidak akan menghasilkan bayi yang sehat dan kemungkinan besar akan berhenti berkembang lebih awal. Oleh karena itu, penelitian tambahan diperlukan agar teknik ini aman dan efisien sebelum digunakan di klinik.

Baca Juga  Unit Kanker di SOMCH akan mulai beroperasi dalam 3 bulan

Komentar dari Para Ahli

Shoukhrat Mitalipov, salah satu penulis studi sekaligus direktur OHSU Center for Embryonic Cell and Gene Therapy, menyatakan bahwa dalam reproduksi alami, hanya sekitar sepertiga embrio yang berkembang hingga tahap blastokista. Ia menekankan bahwa penelitian ini masih dalam tahap proof of concept dan perlu penelitian lebih lanjut untuk memastikan efektivitas serta keamanan sebelum aplikasi klinis di masa depan.

Amander Clark, seorang profesor biologi molekuler, sel, dan perkembangan di University of California sekaligus direktur UCLA Center for Reproductive Science, Health and Education, mengakui terkesan dengan penemuan ini. Meskipun ia menyatakan bahwa teknologi ini belum bisa digunakan sebagai perawatan kesuburan, ia menilai pendekatan ini sebagai awal yang penting.

Clark menjelaskan bahwa jutaan perempuan menderita insufisiensi ovarium primer, sehingga pendekatan ini bisa menjadi solusi untuk membantu mereka memulai atau membangun keluarga. Namun, ia menekankan bahwa pengobatan reproduksi restoratif tidak akan berhasil, dan IVF sudah mencapai batasnya dalam mengatasi jenis infertilitas seperti ini.

Dengan penemuan ini, dunia ilmu pengetahuan semakin mendekati solusi untuk masalah kesuburan yang kompleks. Namun, masih banyak langkah yang harus diambil sebelum teknik ini bisa digunakan secara luas.

unnamed Ilmuwan Ciptakan Sel Telur dari Sel Kulit

Leave a Reply