Tembakau Sintetik: Analisis Komprehensif Struktur Kimia, Mekanisme Kerja, dan Dampak Kesehatan
Abstrak
Tembakau sintetik merupakan kelompok senyawa psikoaktif buatan yang dirancang untuk meniru efek nikotin pada sistem saraf pusat. Artikel ini membahas secara mendalam tentang klasifikasi kimia, mekanisme kerja, dan dampak kesehatan dari berbagai jenis tembakau sintetik. Penelitian menunjukkan bahwa meskipun dipasarkan sebagai alternatif yang “lebih aman”, tembakau sintetik memiliki profil toksisitas yang kompleks dan berpotensi menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan. Pemahaman yang mendalam tentang struktur dan aktivitas biologis senyawa-senyawa ini sangat penting untuk pengembangan kebijakan kesehatan masyarakat yang efektif.
Kata kunci: tembakau sintetik, nikotin sintetik, reseptor nikotinik, farmakologi, toksisitas
1. Pendahuluan
Industri tembakau telah mengalami evolusi signifikan dalam beberapa dekade terakhir, dengan munculnya berbagai produk alternatif yang mengklaim lebih aman dibandingkan rokok konvensional. Salah satu inovasi yang kontroversial adalah pengembangan tembakau sintetik. Istilah ini mengacu pada sekelompok senyawa kimia buatan yang dirancang untuk memberikan efek farmakologis serupa dengan nikotin alami, namun dengan struktur molekul yang berbeda.
Tembakau sintetik pertama kali dikembangkan sebagai respons terhadap meningkatnya regulasi terhadap produk tembakau konvensional dan permintaan konsumen akan alternatif yang dianggap lebih aman. Namun, keamanan dan efektivitas produk-produk ini masih menjadi subjek perdebatan ilmiah yang intens.
2. Definisi dan Karakteristik Tembakau Sintetik
2.1 Definisi
Tembakau sintetik adalah terminologi yang digunakan untuk menggambarkan campuran bahan kimia sintetik yang dirancang untuk meniru efek psikoaktif dari nikotin yang ditemukan dalam tembakau alami (Nicotiana tabacum). Produk-produk ini biasanya tidak mengandung daun tembakau sama sekali, melainkan terdiri dari bahan herbal inert yang dilapisi atau dicampur dengan senyawa psikoaktif sintetik.
2.2 Karakteristik Umum
Tembakau sintetik memiliki beberapa karakteristik distintif:
- Komposisi yang bervariasi: Tidak ada standar komposisi yang tetap, sehingga kandungan aktif dapat bervariasi secara signifikan antara produk dan bahkan antara kelompok produksi yang berbeda
- Penampilan menyerupai tembakau: Produk dikemas dan dipresentasikan sedemikian rupa sehingga menyerupai produk tembakau konvensional
- Pemasaran yang menyesatkan: Sering dipasarkan sebagai “stimulan legal” atau “campuran herbal untuk merokok”
- Regulasi yang minimal: Karena komposisi yang selalu berubah, produk-produk ini sering menghindari regulasi yang ketat
3. Klasifikasi dan Golongan Senyawa
3.1 Berdasarkan Struktur Kimia
Senyawa-senyawa dalam tembakau sintetik dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur kimianya:
3.1.1 Agonis Reseptor Nikotinik Sintetik
Kelompok ini mencakup senyawa yang secara khusus dirancang untuk berinteraksi dengan reseptor nikotinik asetilkolin. Contoh utama meliputi:
- Analog epibatidin: Senyawa turunan epibatidin yang memiliki afinitas tinggi terhadap reseptor nikotinik
- Turunan sitisin: Modifikasi dari sitisin, alkaloid alami yang ditemukan dalam tanaman Laburnum
- Senyawa nikotinik baru: Senyawa baru dengan kerangka struktur yang berbeda namun aktivitas serupa
3.1.2 Stimulan Sistem Saraf Pusat
Kelompok kedua terdiri dari stimulan yang tidak spesifik untuk reseptor nikotinik:
- Turunan cathinone: Analog sintetik dari cathinone yang ditemukan dalam tanaman khat
- Analog fenetilamin: Senyawa dengan struktur dasar fenetilamin yang dimodifikasi
- Senyawa aminoindan: Senyawa dengan kerangka aminoindan yang memiliki efek stimulan
3.1.3 Kanabinoid Sintetik
Beberapa produk “tembakau sintetik” juga mengandung kanabinoid sintetik:
- Senyawa JWH: Seri senyawa yang dikembangkan oleh John W. Huffman
- Senyawa CP: Turunan sikloheksilfenol
- Senyawa AM: Senyawa yang dikembangkan oleh Alexandros Makriyannis
3.2 Berdasarkan Mekanisme Kerja
3.2.1 Agonis Reseptor
Senyawa yang langsung mengaktivasi reseptor target, terutama reseptor nikotinik asetilkolin.
3.2.2 Modulator Alosterik
Senyawa yang mengubah aktivitas reseptor melalui pengikatan pada situs alosterik.
3.2.3 Penghambat Pengambilan Kembali
Senyawa yang mencegah pengambilan kembali neurotransmiter, memperpanjang aktivitas sinaptik.
4. Mekanisme Kerja
4.1 Interaksi dengan Reseptor Nikotinik
Mekanisme kerja utama tembakau sintetik melibatkan interaksi dengan reseptor nikotinik asetilkolin di sistem saraf pusat dan perifer. Reseptor nikotinik adalah kanal ion yang diaktivasi oleh ligan, yang terdiri dari lima subunit protein yang tersusun dalam konfigurasi pentamerik.
4.1.1 Subtipe Reseptor Nikotinik
Berbagai subtipe reseptor nikotinik memiliki distribusi dan fungsi yang berbeda:
- α4β2: Subtipe yang paling melimpah di otak, terlibat dalam efek penguatan nikotin
- α7: Reseptor homomerik yang terlibat dalam fungsi kognitif dan neuroproteksi
- α3β4: Predominan di ganglia otonom, terlibat dalam efek kardiovaskular
- α1β1δε: Terdapat di sambungan neuromuskuler, bertanggung jawab untuk transmisi neuromuskuler
4.1.2 Proses Aktivasi Reseptor
Ketika senyawa sintetik mengikat reseptor nikotinik, terjadi perubahan konformasi yang membuka kanal ion, memungkinkan aliran kation (terutama Na+ dan Ca2+) masuk ke dalam sel. Hal ini menyebabkan depolarisasi membran dan aktivasi neuron.
4.2 Kaskade Sinyal Intraseluler
Aktivasi reseptor nikotinik memicu berbagai kaskade sinyal intraseluler:
4.2.1 Pelepasan Neurotransmiter
- Dopamin: Pelepasan di nukleus akumbens dan area tegmental ventral, terkait dengan efek yang memberikan kepuasan
- Asetilkolin: Modulasi sistem kolinergik yang mempengaruhi kognisi dan perhatian
- GABA: Modulasi sistem inhibitori yang mempengaruhi kecemasan dan sedasi
- Glutamat: Aktivasi sistem eksitatori yang mempengaruhi pembelajaran dan memori
4.2.2 Modulasi Sistem cAMP
Aktivasi reseptor nikotinik dapat memodulasi sistem adenosin monofosfat siklik melalui kopling dengan protein G, yang kemudian mempengaruhi:
- Aktivitas adenilil siklase
- Protein kinase A
- Transkripsi gen yang dimediasi CREB
4.3 Neuroplastisitas dan Adaptasi
Penggunaan kronis tembakau sintetik dapat menyebabkan perubahan neuroplastisitas:
4.3.1 Desensitisasi Reseptor
Paparan berkelanjutan menyebabkan desensitisasi reseptor nikotinik, dimana reseptor menjadi kurang responsif terhadap stimulasi.
4.3.2 Peningkatan Ekspresi Reseptor
Sebagai kompensasi terhadap desensitisasi, terjadi peningkatan ekspresi reseptor nikotinik, terutama subtipe α4β2.
4.3.3 Perubahan Struktural
Penggunaan kronis dapat menyebabkan perubahan struktural di berbagai region otak, termasuk:
- Perubahan kepadatan dendrit
- Modifikasi koneksi sinaptik
- Perubahan volume materi abu-abu
5. Efek pada Tubuh

5.1 Efek Akut
5.1.1 Sistem Saraf Pusat
Efek akut pada sistem saraf pusat meliputi:
Efek Stimulan:
- Peningkatan kewaspadaan dan konsentrasi
- Euforia ringan hingga sedang
- Peningkatan energi dan motivasi
- Penurunan nafsu makan
Efek Kognitif:
- Peningkatan sementara dalam memori kerja
- Peningkatan rentang perhatian
- Peningkatan kecepatan pemrosesan untuk tugas-tugas tertentu
Efek Negatif:
- Kecemasan dan agitasi
- Kegelisahan dan iritabilitas
- Insomnia dan gangguan pola tidur
- Dalam dosis tinggi: kebingungan dan disorientasi
5.1.2 Sistem Kardiovaskular
- Takikardia: Peningkatan denyut jantung 15-30 denyut per menit
- Hipertensi: Peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik
- Vasokonstriksi: Penyempitan pembuluh darah perifer
- Aritmia: Pada individu yang rentan atau dosis tinggi
5.1.3 Sistem Respiratori
- Bronkokonstriksi ringan
- Peningkatan sekresi mukus
- Iritasi saluran pernapasan atas
- Batuk dan iritasi tenggorokan
5.1.4 Sistem Gastrointestinal
- Mual dan muntah (terutama pada pengguna pertama kali)
- Peningkatan motilitas usus
- Kram perut
- Perubahan pola buang air besar
5.2 Efek Kronis
5.2.1 Ketergantungan dan Toleransi
Ketergantungan Fisik: Penggunaan reguler tembakau sintetik dapat menyebabkan ketergantungan fisik yang karakteristiknya meliputi:
- Gejala putus obat ketika penghentian penggunaan
- Pola penggunaan kompulsif
- Kehilangan kontrol terhadap penggunaan
Toleransi:
- Toleransi berkembang dengan cepat, biasanya dalam beberapa minggu penggunaan reguler
- Toleransi silang dengan nikotin alami
- Perlu peningkatan dosis untuk mencapai efek yang sama
Sindrom Putus Obat:
- Iritabilitas dan perubahan suasana hati
- Kecemasan dan kegelisahan
- Kesulitan berkonsentrasi
- Peningkatan nafsu makan
- Gangguan tidur
- Keinginan yang sangat kuat
5.2.2 Efek Neurologis Jangka Panjang
Perubahan Struktural Otak:
- Atrofi di beberapa region otak, terutama korteks prefrontal
- Perubahan integritas materi putih
- Perubahan dalam sirkuit penghargaan
Gangguan Kognitif:
- Penurunan fungsi eksekutif
- Gangguan pengambilan keputusan
- Masalah memori, terutama memori kerja
- Berkurangnya fleksibilitas kognitif
Gangguan Suasana Hati:
- Peningkatan risiko depresi
- Gangguan kecemasan
- Labilitas suasana hati
- Peningkatan risiko episode psikotik (pada individu yang rentan)
5.2.3 Efek Kardiovaskular Jangka Panjang
Penyakit Jantung Koroner:
- Peningkatan risiko aterosklerosis
- Percepatan penyakit arteri koroner
- Peningkatan risiko infark miokard
Hipertensi:
- Hipertensi persisten
- Peningkatan risiko krisis hipertensi
- Kerusakan organ target
Stroke:
- Peningkatan risiko stroke iskemik
- Stroke hemoragik pada kasus tertentu
5.2.4 Efek Respiratori
Perubahan Struktural:
- Bronkitis kronis
- Perubahan emfisematosa (pada beberapa kasus)
- Gangguan fungsi paru
Infeksi Respiratori:
- Peningkatan kerentanan terhadap infeksi saluran pernapasan
- Penyembuhan yang tertunda pada saluran pernapasan
5.3 Efek pada Populasi Khusus
5.3.1 Remaja dan Dewasa Muda
- Otak masih dalam tahap perkembangan, sehingga lebih rentan terhadap efek neurotoksik
- Risiko lebih tinggi untuk mengembangkan ketergantungan
- Gangguan fungsi akademik dan sosial
- Peningkatan risiko progresi ke substansi lain
5.3.2 Wanita Hamil
- Efek teratogenik potensial
- Peningkatan risiko kelahiran prematur
- Berat badan lahir rendah
- Keterlambatan perkembangan pada anak
- Peningkatan risiko sindrom kematian mendadak bayi
5.3.3 Individu dengan Kondisi Medis yang Sudah Ada
- Penyakit Jantung: Eksaserbasi gejala, peningkatan risiko kejadian jantung
- Gangguan Psikiatri: Perburukan gejala, interferensi dengan pengobatan
- Diabetes: Gangguan kontrol glukosa
- Gangguan Respiratori: Perburukan asma dan PPOK
6. Deteksi dan Analisis
6.1 Metode Analisis Kimia
6.1.1 Kromatografi Gas-Spektrometri Massa (GC-MS)
- Standar emas untuk identifikasi senyawa volatil dalam tembakau sintetik
- Mampu mengidentifikasi dan mengkuantifikasi beberapa senyawa dalam satu analisis
- Batas deteksi yang sangat rendah (rentang ng/mL)
6.1.2 Kromatografi Cair-Spektrometri Massa (LC-MS/MS)
- Lebih sesuai untuk senyawa polar dan tidak tahan panas
- Spesifisitas dan sensitivitas tinggi
- Mampu melakukan analisis terarah dan tidak terarah
6.1.3 Resonansi Magnetik Inti (NMR)
- Elucidasi struktural dari senyawa baru
- Tidak memerlukan standar referensi
- Mampu mengidentifikasi isomer dan analog struktural
6.2 Deteksi Biomarker
6.2.1 Urin
- Jendela deteksi: 1-3 hari untuk sebagian besar senyawa
- Efek matriks minimal
- Pengumpulan dan penyimpanan mudah
6.2.2 Darah/Serum
- Jendela deteksi yang lebih pendek (beberapa jam hingga 1 hari)
- Lebih mencerminkan penggunaan terbaru
- Lebih invasif untuk pengumpulan
6.2.3 Saliva
- Pengumpulan non-invasif
- Korelasi yang baik dengan kadar darah
- Jendela deteksi yang lebih pendek
7. Risiko dan Bahaya
7.1 Risiko Kesehatan Akut
7.1.1 Overdosis
- Gejala: mual parah, muntah, kejang, depresi pernapasan
- Faktor risiko: potensi yang tidak diketahui, interaksi obat, sensitivitas individu
- Manajemen darurat: perawatan suportif, manajemen jalan napas
7.1.2 Reaksi Alergi
- Rentang dari reaksi kulit ringan hingga anafilaksis
- Tidak dapat diprediksi karena komposisi yang tidak diketahui
- Reaktivitas silang dengan alergen lain
7.1.3 Interaksi Obat
- Interaksi potensial dengan:
- Antikoagulan (peningkatan risiko perdarahan)
- Antidepresan (risiko sindrom serotonin)
- Stimulan lain (efek kardiovaskular aditif)
7.2 Risiko Sosial dan Hukum
7.2.1 Status Hukum
- Status hukum yang terus berubah
- Risiko tuntutan pidana
- Konsekuensi pekerjaan
7.2.2 Dampak Sosial
- Masalah keluarga dan hubungan
- Gangguan akademik atau pekerjaan
- Konsekuensi keuangan
7.3 Kekhawatiran Kesehatan Masyarakat
7.3.1 Efek Jangka Panjang yang Tidak Diketahui
- Penelitian terbatas tentang konsekuensi kesehatan jangka panjang
- Potensi toksisitas tertunda
- Potensi karsinogenik yang tidak diketahui
7.3.2 Masalah Kontrol Kualitas
- Tidak ada standardisasi dalam pembuatan
- Kontaminasi dengan zat beracun
- Pelabelan yang salah dan representasi yang tidak tepat
8. Regulasi dan Kebijakan
8.1 Tantangan Regulasi
Regulasi tembakau sintetik menghadapi berbagai tantangan unik:
8.1.1 Komposisi yang Cepat Berubah
- Produsen terus-menerus memodifikasi formulasi untuk menghindari kontrol regulasi
- Kesulitan dalam mengikuti senyawa baru
- Permainan kucing-tikus antara regulator dan produsen
8.1.2 Kurangnya Data Keamanan
- Data toksikologi terbatas untuk sebagian besar senyawa
- Tidak ada protokol pengujian yang standar
- Masalah etis dalam melakukan studi pada manusia
8.2 Pendekatan Regulasi Saat Ini
8.2.1 Undang-Undang Zat Terkontrol
- Penjadwalan senyawa spesifik
- Prosedur penjadwalan darurat
- Ketentuan analog untuk senyawa yang secara struktural serupa
8.2.2 Regulasi Badan Pengawas
- Regulasi produk tembakau
- Regulasi obat sintetik
- Persyaratan aplikasi persetujuan pra-pasar
9. Implikasi untuk Kesehatan Masyarakat
9.1 Strategi Pencegahan
9.1.1 Edukasi dan Kesadaran
- Kampanye edukasi yang ditargetkan
- Pelatihan penyedia layanan kesehatan
- Program penjangkauan masyarakat
9.1.2 Deteksi Dini dan Intervensi
- Alat skrining untuk penyedia layanan kesehatan
- Program intervensi dini
- Sistem rujukan pengobatan
9.2 Pendekatan Pengobatan
9.2.1 Intervensi Farmakologis
- Terapi pengganti nikotin (untuk senyawa nikotinik)
- Bupropion dan varenicline
- Pengobatan simtomatik untuk putus obat
9.2.2 Intervensi Perilaku
- Terapi kognitif-perilaku
- Wawancara motivasional
- Kelompok dukungan dan konseling sebaya
10. Penelitian dan Pengembangan Masa Depan
10.1 Prioritas Penelitian
10.1.1 Studi Toksikologi
- Efek kesehatan jangka panjang
- Hubungan dosis-respons
- Mekanisme toksisitas
10.1.2 Pengembangan Pengobatan
- Agen farmakologis baru
- Intervensi perilaku yang ditingkatkan
- Pendekatan pengobatan yang dipersonalisasi
10.2 Kemajuan Teknologi
10.2.1 Teknologi Deteksi
- Metode skrining cepat
- Pengujian di tempat perawatan
- Sistem pemantauan real-time
10.2.2 Alat Penilaian Risiko
- Model toksikologi prediktif
- Penilaian risiko berbasis populasi
- Stratifikasi risiko individu
11. Kesimpulan
Tembakau sintetik merupakan fenomena kompleks yang menimbulkan tantangan signifikan bagi kesehatan masyarakat. Meskipun dipasarkan sebagai alternatif yang lebih aman dari tembakau konvensional, bukti ilmiah menunjukkan bahwa produk-produk ini memiliki profil risiko yang substansial dan berpotensi lebih berbahaya dalam beberapa aspek.
Karakteristik utama yang membuat tembakau sintetik menjadi problematik meliputi komposisi yang tidak terstandarisasi, potensi yang tidak dapat diprediksi, kurangnya data keamanan jangka panjang, dan kemampuan untuk menghindari kontrol regulasi melalui perubahan formulasi yang konstan.
Dari perspektif farmakologis, senyawa-senyawa dalam tembakau sintetik bekerja terutama melalui modulasi sistem reseptor nikotinik, namun dengan spektrum aktivitas yang lebih luas dan kurang dapat diprediksi dibandingkan nikotin alami. Hal ini menghasilkan efek yang dapat berkisar dari stimulasi ringan hingga toksisitas berat, tergantung pada senyawa spesifik yang digunakan, dosis, dan kerentanan individu.
Efek kesehatan dari tembakau sintetik mencakup spektrum yang luas, mulai dari efek akut seperti stimulasi kardiovaskular dan perubahan dalam suasana hati dan kognisi, hingga potensi efek kronis termasuk ketergantungan, perubahan neurologis, dan berbagai toksisitas sistem organ. Yang sangat mengkhawatirkan adalah kurangnya data tentang konsekuensi kesehatan jangka panjang dan potensi untuk toksisitas tertunda.
Tantangan regulasi yang dihadapi dalam mengontrol tembakau sintetik memerlukan pendekatan inovatif yang dapat beradaptasi dengan lanskap yang cepat berubah dari pengembangan obat sintetik. Hal ini memerlukan kolaborasi antara lembaga regulasi, institusi penelitian, penyedia layanan kesehatan, dan penegak hukum.
Dari perspektif kesehatan masyarakat, prioritas utama harus diberikan pada pengembangan strategi pencegahan yang efektif, peningkatan dalam kemampuan deteksi dan pemantauan, dan pengembangan pendekatan pengobatan berbasis bukti. Kampanye edukasi dan kesadaran juga sangat penting untuk membantu konsumen memahami risiko yang terkait dengan produk-produk ini.
Ke depan, prioritas penelitian harus difokuskan pada pemahaman konsekuensi kesehatan jangka panjang, mengembangkan metode deteksi yang lebih baik, menciptakan modalitas pengobatan yang efektif, dan mendukung pengembangan kebijakan berbasis bukti. Kemajuan teknologi dalam kimia analitik, toksikologi, dan kedokteran klinis akan memainkan peran penting dalam mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh produk tembakau sintetik.
Pada akhirnya, mengatasi masalah tembakau sintetik memerlukan pendekatan komprehensif yang menggabungkan penelitian ilmiah, regulasi yang efektif, intervensi kesehatan masyarakat, dan perawatan klinis. Hanya melalui upaya terkoordinasi ini kita dapat berharap untuk mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh kelas substansi psikoaktif yang sedang berkembang ini.
Daftar Pustaka
- Benowitz, N. L., & Burbank, A. D. (2016). Cardiovascular toxicity of nicotine: Implications for electronic cigarette use. Trends in Cardiovascular Medicine, 26(6), 515-523. doi:10.1016/j.tcm.2016.03.001
- Goriounova, N. A., & Mansvelder, H. D. (2012). Short- and long-term consequences of nicotine exposure during adolescence for prefrontal cortex neuronal network function. Cold Spring Harbor Perspectives in Medicine, 2(12), a012120. doi:10.1101/cshperspect.a012120
- Hibbs, R. E., & Gouaux, E. (2011). Principles of activation and permeation in an anion-selective Cys-loop receptor. Nature, 474(7349), 54-60. doi:10.1038/nature10139
- Jensen, A. A., Frølund, B., Liljefors, T., & Krogsgaard-Larsen, P. (2005). Neuronal nicotinic acetylcholine receptors: structural revelations, target identifications, and therapeutic inspirations. Journal of Medicinal Chemistry, 48(15), 4705-4745. doi:10.1021/jm040219e
- Kalman, D., Morissette, S. B., & George, T. P. (2005). Co-morbidity of smoking in patients with psychiatric and substance use disorders. American Journal on Addictions, 14(2), 106-123. doi:10.1080/10550490590924728
- Leslie, F. M. (2013). Unique, long-term effects of nicotine on adolescent brain. Pharmacology Biochemistry and Behavior, 108, 6-14. doi:10.1016/j.pbb.2013.04.005
- Lisko, J. G., Tran, H., Stanfill, S. B., Blount, B. C., & Watson, C. H. (2015). Chemical composition and evaluation of nicotine, tobacco alkaloids, pH, and selected flavors in e-cigarette cartridges and refill solutions. Nicotine & Tobacco Research, 17(10), 1270-1278. doi:10.1093/ntr/ntu279
- Mansvelder, H. D., Keath, J. R., & McGehee, D. S. (2002). Synaptic mechanisms underlie nicotine-induced excitability of brain reward areas. Neuron, 33(6), 905-919. doi:10.1016/s0896-6273(02)00625-6
- Picciotto, M. R., Higley, M. J., & Mineur, Y. S. (2012). Acetylcholine as a neuromodulator: cholinergic signaling shapes nervous system function and behavior. Neuron, 76(1), 116-129. doi:10.1016/j.neuron.2012.08.036
- Rollema, H., Chambers, L. K., Coe, J. W., Glowa, J., Hurst, R. S., Lebel, L. A., … & Williams, K. E. (2007). Pharmacological profile of the α4β2 nicotinic acetylcholine receptor partial agonist varenicline, an effective smoking cessation aid. Neuropharmacology, 52(3), 985-994. doi:10.1016/j.neuropharm.2006.10.016
- Schneider, N. G., Olmstead, R., Mody, F. V., Doan, K., Franzon, M., Jarvik, M. E., & Steinberg, C. (1995). Efficacy of a nicotine nasal spray in smoking cessation: a placebo-controlled, double-blind trial. Addiction, 90(12), 1671-1682. doi:10.1111/j.1360-0443.1995.tb02442.x
- Sharma, G., & Vijayaraghavan, S. (2001). Nicotinic cholinergic signaling in hippocampal astrocytes involves calcium-induced calcium release from intracellular stores. Proceedings of the National Academy of Sciences, 98(7), 4148-4153. doi:10.1073/pnas.071540198
- Tapper, A. R., McKinney, S. L., Nashmi, R., Schwarz, J., Deshpande, P., Labarca, C., … & Lester, H. A. (2004). Nicotine activation of α4* receptors: sufficient for reward, tolerance, and sensitization. Science, 306(5698), 1029-1032. doi:10.1126/science.1099420
- US Department of Health and Human Services. (2014). The health consequences of smoking—50 years of progress: a report of the Surgeon General. Atlanta, GA: US Department of Health and Human Services, Centers for Disease Control and Prevention, National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion, Office on Smoking and Health.
- Volkow, N. D., & Morales, M. (2015). The brain on drugs: from reward to addiction. Cell, 162(4), 712-725. doi:10.1016/j.cell.2015.07.046
Artikel ini disusun untuk website Bisakimia.com sebagai referensi ilmiah tentang tembakau sintetik. Informasi dalam artikel ini dimaksudkan untuk tujuan edukasi dan tidak boleh digunakan sebagai pengganti nasihat medis profesional.
- Tembakau Sintetik: Analisis Komprehensif Struktur Kimia, Mekanisme Kerja, dan Dampak Kesehatan - September 8, 2025
- Bumi Datar atau Bulat? Sains Sudah Menjawab, tapi Kenapa Masih Diperdebatkan? - September 7, 2025
- Gula Lebih Berbahaya daripada Narkoba? Fakta Mengejutkan dari Dunia Sains - September 5, 2025
Leave a Reply