Di Ujung Harapan
Kehidupan yang Penuh Tantangan
Ny Hariyati (47) menghadapi berbagai cobaan dalam hidupnya. Saat ini, ia merasa seperti telur di ujung tanduk, karena cobaan datang secara bertubi-tubi dan kemampuannya sudah mencapai titik akhir. Ia membutuhkan bantuan dari pihak luar.
Dalam kebingungan menghadapi kondisi anaknya yang harus dioperasi, namun tidak memiliki dana untuk biaya operasi, Ny Hariyati hanya bisa menangis. Ia hidup sendiri tanpa pendamping, sementara harus menghidupi dua anak. Anak pertamanya berusia 15 tahun, sedangkan anak bungsu berusia 10 tahun. Selain itu, ia juga menderita sakit ginjal dan harus menjalani cuci darah setiap minggu dua kali. Meskipun setelah dua bulan penyakitnya berkurang dan cuci darah dihentikan, ia tetap harus berobat jalan.
Dulu, Ny Hariyati tinggal bersama suaminya di sebuah rumah kontrakan. Keduanya bekerja dan hidup cukup nyaman. Namun, ketika anak kedua lahir, ia berhenti bekerja karena mulai merasakan sakit pinggang. Setelah itu, ia terdiagnosis menderita sakit ginjal dan harus menjalani cuci darah setiap bulan. Sejak saat itu, sikap suaminya berubah. Ia akhirnya menikahi perempuan lain, sehingga mereka bercerai. Ny Hariyati benar-benar menjadi seorang ibu tunggal. Ayah dan ibunya telah meninggal.
Untuk kebutuhan makan, ia membantu saudaranya dengan mendapat upah kecil. Mantan suaminya sama sekali tidak memperhatikan anak-anaknya. Karena tidak mampu membayar sewa rumah kontrakan, ia akhirnya ikut menumpang di rumah kakak sepupunya. Upah yang ia dapat hanya cukup untuk makan dan kebutuhan kecil. Namun, biaya pendidikan anak-anak sangat besar.
Suatu hari, anak bungsu Ny Hariyati mengeluh sakit telinga. Setelah beberapa kali pemeriksaan, diketahui bahwa gendang telinganya bocor dan harus dioperasi. Sebelum operasi, ia harus diperiksa seminggu sekali dan mengobati telinganya. Artinya, ia harus membeli obat. Harga obat tersebut tidak murah, sementara ia tidak memiliki uang. Keadaan semakin memprihatinkan.
Operasi anaknya akan dilakukan minggu ini. Dengan penuh keberanian, ia menyampaikan kesedihannya kepada Pengasuh. Ia sangat berharap ada bantuan dari para dermawan. Ia memohon dibantu untuk biaya operasi anaknya dan biaya berobat jalan. Ada kekhawatiran bahwa jika tidak memiliki dana, operasi akan digeser ke waktu lain atau digantikan orang lain. Anaknya sangat kesakitan dan bahkan tidak bisa tidur.
Kekhawatiran yang Menambah Beban
Kekhawatiran Ny Hariyati semakin bertambah. Jika tidak memiliki biaya, maka operasi anaknya bisa tertunda. Ia takut diganti oleh orang lain. Padahal, anaknya sudah sangat menderita. Ia berdoa agar Tuhan membantunya melewati masa sulit ini.
Saat ini, ia hanya memiliki BPJS untuk pemeriksaan, tetapi obat-obatan harus dibeli sendiri. Biaya operasi dan pengobatan jalan sangat mahal, sementara penghasilannya sangat terbatas. Ia merasa tidak mampu menghadapi semua ini sendirian.
Permintaan Bantuan
Bagi siapa pun yang ingin menanggapi kisah ini atau menyampaikan unek-uneknya, silakan hubungi Pengasuh. Lengkapi alamat Anda dengan fotokopi KTP, KK, dan SKTM. Kirimkan surat ke Kantor Sekretariat Redaksi HU Pikiran Rakyat, Jalan Asia Afrika 77 Bandung. Untuk kisah yang belum dimuat, harap bersabar menunggu giliran. Terima kasih.
- Ini bukan hanya semantik - December 30, 2025
- Di Ujung Harapan - December 30, 2025
- At least 14 cases of Legionnaires’ disease confirmed in Orange County, senator says - December 30, 2025




Leave a Reply