Kisah Perawat yang Berjuang demi Bayi di RSUD Aceh Tamiang
Nurhayati tetap menjalankan tugasnya sebagai perawat di RSUD Aceh Tamiang. Meskipun rumahnya hancur akibat banjir bandang, perempuan tersebut memilih untuk tetap bertahan di rumah sakit yang terendam lumpur dan nyaris tidak berfungsi sejak 26 November lalu.
Kabupaten Aceh Tamiang adalah salah satu wilayah yang paling parah terdampak banjir. Selama setidaknya sembilan hari, bantuan dari luar tidak pernah datang ke wilayah ini. Seorang warga menyebut kota tersebut seperti “kota zombie” karena kondisi yang porak-poranda dan aroma bangkai yang menyengat.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Muda Sedia, Aceh Tamiang, yang seharusnya menjadi pusat layanan kesehatan bagi korban bencana, tidak bisa berbuat banyak. Listrik padam selama lebih dari seminggu dan banjir merendam seluruh bangunan rumah sakit.
Saat ini, kondisi rumah sakit sangat memprihatinkan. Meski air banjir telah surut, lumpur masih mencapai betis orang dewasa. Alat-alat medis berserakan di lorong-lorong rumah sakit dan sebagian besar rusak akibat terbawa banjir. Dalam situasi seperti ini, Nurhayati tetap bertugas.
Dia mengaku bahwa saat banjir dirinya tidak sedang bertugas. Namun, dia secara sukarela mengajukan diri kepada kepala ruangannya untuk mengambil alih tugas rekan kerjanya yang tidak bisa bekerja karena rumah mereka kebanjiran. “Biarkan saya yang dinas,” katanya, menirukan ucapan saat mengajukan diri.
Nurhayati tidak pernah membayangkan banjir akan begitu dahsyat. Meskipun demikian, dia tetap bertahan di ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Perempuan itu terus merawat satu pasien bayi berusia 16 hari yang masih membutuhkan alat bantu oksigen dan perawatan intensif.
Pembersihan RSUD
Pada Sabtu (06/12), atau 10 hari setelah banjir menerjang, tim gabungan yang terdiri dari anggota TNI, anggota Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Tamiang, dan para relawan mulai membersihkan beberapa ruangan di RSUD dengan menggunakan mobil pemadam kebakaran. Salah satunya adalah ruang Instalasi Gawat Darurat.
“Supaya bisa cepat digunakan,” kata seorang relawan.
Bupati Aceh Tamiang, Armia Pahmi, menyampaikan bahwa proses pembersihan ditargetkan selesai dalam tiga hari. “Pembersihan RSUD kami targetkan tiga hari selesai, banyak tim gabungan yang membantu, semoga dilancarkan,” kata Armia.
RSUD tersebut nantinya akan dijadikan rumah sakit sementara. Selain itu, posko kesehatan akan dibangun tepat di sebelah posko pengungsi.
Bantuan obat-obatan mulai masuk ke Aceh Tamiang pada Sabtu (06/12). Selain pembersihan RSUD dan pasokan obat-obatan, petugas PLN membawa genset berkapasitas 66.000 watt dan lampu-lampu emergency dari Kota Langsa ke Aceh Tamiang.
Pada Sabtu (06/12) malam, sebagian listrik di RSUD sudah kembali menyala.
Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) mengklaim bahwa proses pendistribusian logistik ke Aceh Tamiang sudah tersalurkan melalui darat, laut, dan udara. BNPB mengatakan total bantuan yang sudah terdistribusi ke Aceh Tamiang melalui udara mencapai 18,2 ton dan melalui laut mencapai 1,8 ton.
“Distribusi logistik ke wilayah Aceh Tamiang terus dilakukan melalui jalur darat dan udara,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari.
- 100 Soal Ekonomi UTBK 2026 dan Pembahasan Lengkap - December 23, 2025
- Prescribed pile burns planned for Cibola National Forest starting next week - December 23, 2025
- Kisah Perawat yang Berjuang demi Bayi di RSUD Aceh Tamiang - December 23, 2025




Leave a Reply