9 Jurusan IPS yang Sulit Dapat Kerja di Bidangnya



Bisakimia

– Banyak mahasiswa yang bekerja di luar bidang studi mereka.

Tidak jarang, mahasiswa kesulitan menemukan pekerjaan sesuai dengan jurusan yang mereka ambil. Di Indonesia, banyak lulusan perguruan tinggi justru bekerja di bidang yang sangat berbeda dari saat mereka kuliah. Istilah untuk situasi ini adalah underemployment atau ketidaksesuaian antara jurusan kuliah dan pekerjaan yang dijalani saat ini.

Underemployment bukan hanya menjadi masalah di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Misalnya, di Amerika Serikat, data menunjukkan bahwa lebih dari separuh lulusan dari beberapa jurusan terjebak dalam pekerjaan yang tidak sesuai dengan gelar akademik mereka. Contohnya, lulusan S1 sering kali mendapatkan pekerjaan yang bisa dilakukan oleh lulusan SMA. Hal ini terjadi karena kurangnya lowongan kerja yang membutuhkan lulusan S1.

Menurut survei O*NET dan laporan Federal Reserve Bank of New York, banyak lulusan jurusan IPA maupun IPS justru bekerja di bidang yang tidak memerlukan keilmuan mereka. Hanya sekitar 50 persen lulusan baru dari sejumlah jurusan berhasil memperoleh pekerjaan level college dalam tahun pertama setelah lulus.

Salah satu penyebab tingginya angka underemployment adalah kesenjangan antara sistem pendidikan dan kebutuhan industri. Jumlah lulusan S1 dinilai lebih banyak daripada jumlah pekerjaan yang tersedia bagi mereka. Selain itu, banyak jurusan masih fokus pada teori akademik, sementara dunia kerja kini lebih menuntut keterampilan teknis dan digital.

Berikut adalah 9 jurusan IPS yang lulusannya sulit mencari kerja sesuai bidangnya:

  1. Peradilan Kriminal (Criminal Justice)

    Jurusan Peradilan Kriminal memiliki tingkat underemployment tertinggi, yaitu 67,2 persen. Di Indonesia, ilmu peradilan kriminal ini melebur dalam Jurusan Kriminologi atau Studi Peradilan Pidana. Jurusan ini mempelajari kejahatan, perilaku kriminal, penyebabnya, dan bagaimana sistem peradilan pidana bekerja. Di Amerika Serikat, banyak pekerjaan di sektor penegakan hukum seperti petugas keamanan, polisi lokal, atau staf administrasi pengadilan hanya memerlukan pelatihan teknis atau sertifikat khusus, bukan pendidikan S1 penuh.

  2. Seni Pertunjukan (Performing Arts)

    Jurusan Seni Pertunjukan mencatat tingkat underemployment sebesar 62,3 persen. Lulusan bidang ini kerap bekerja di industri kreatif informal, seperti hiburan, pendidikan seni, hingga sektor pariwisata. Meski begitu, peluang menjadi seniman di Indonesia masih memungkinkan dengan bantuan digital dan media sosial.

  3. Ilmu Humaniora (Humanities)

    Jurusan Ilmu Humaniora menghadapi tingkat underemployment sekitar 56,5 persen. Lulusan bidang ini biasanya memiliki kemampuan analisis, menulis, dan berpikir kritis, tetapi tantangan muncul karena lapangan kerja spesifiknya terbatas. Di Indonesia, secara spesifik tidak ada jurusan ilmu humaniora. Tetapi Jurusan humaniora mencakup berbagai program studi seperti sastra, sejarah, filsafat, linguistik, dan seni.

  4. Antropologi (Anthropology)

    Jurusan Antropologi mencatat underemployment sebesar 55,9 persen. Sebagian besar bekerja di bidang penelitian terapan, lembaga non-profit, atau perusahaan swasta di bagian riset pasar dan sumber daya manusia. Jurusan ini dinilai tak banyak dibutuhkan industri, sebab terlalu spesifik.

  5. Pariwisata dan Perhotelan (Hospitality and Tourism)

    Jurusan Pariwisata dan Perhotelan mencatat tingkat underemployment sebesar 54,5 persen. Banyak lulusan bekerja di sektor layanan pelanggan, restoran, atau manajemen acara yang sebenarnya tidak memerlukan gelar S1. Pemandu wisata, penyedia layanan jasa wisata, kebanyakan bisa diisi oleh orang yang tak punya gelar S1.

  6. Sosiologi (Sociology)

    Jurusan Sosiologi memiliki tingkat underemployment sekitar 54,1 persen. Bidang ini menekankan analisis sosial dan penelitian, tetapi lapangan pekerjaan spesifik seperti peneliti sosial atau analis kebijakan terbatas. Di Indonesia, jurusan sosiologi masih terbuka pada lowongan CPNS.

  7. Ilmu Sosial Umum (General Social Sciences)

    Jurusan Ilmu Sosial Umum memiliki tingkat underemployment serupa, yaitu 54,1 persen. Karena sifatnya yang luas dan interdisipliner, banyak lulusan bekerja di bidang umum seperti pemasaran, pelayanan publik, atau administrasi. Kurangnya spesialisasi membuat lulusan bidang ini kompetitif di berbagai sektor, tetapi juga sulit menembus pekerjaan yang secara langsung relevan dengan jurusan akademiknya.

  8. Kebijakan Publik dan Hukum (Public Policy & Law)

    Jurusan Kebijakan Publik dan Hukum memiliki tingkat underemployment sebesar 53,9 persen. Setelah lulus dari jurusan hukum, tak serta merta langsung bisa menjadi pengacara atau notaris. Sehingga harus melanjutkan pendidikan dahulu dan memerlukan waktu serta biaya yang cukup besar.

  9. Seni Rupa (Fine Arts)

    Jurusan Seni Rupa mencatat tingkat underemployment sebesar 53,4 persen. Meskipun lulusan memiliki kemampuan kreatif tinggi, industri seni rupa di Amerika sangat kompetitif dan cenderung freelance. Banyak lulusan bekerja di bidang desain grafis, penjualan, atau pendidikan seni informal untuk bertahan hidup secara finansial. Keterbatasan lapangan kerja formal membuat jurusan ini termasuk dalam daftar dengan risiko underemployment tinggi.

Baca Juga  Stres di Sekolah: Elemen Penting yang Harus Diperhatikan
unnamed 9 Jurusan IPS yang Sulit Dapat Kerja di Bidangnya