Mengapa Serangan Jantung Bisa Tanpa Gejala? Ini Penjelasan Dokter Jantung

Penyebab Serangan Jantung yang Tidak Terlihat

Serangan jantung sering kali terjadi secara tiba-tiba, bahkan pada orang yang sebelumnya merasa sehat. Kondisi ini membuat banyak kasus baru terdeteksi ketika kerusakan jantung sudah cukup berat. Menurut dr. Dwi Jayanti Sugeng Sulistyo Dewi, Sp.JP, FIHA, serangan jantung diam-diam terkait dengan proses penumpukan plak di pembuluh darah yang berlangsung lama.

“Lebih dari 50% serangan jantung tetap terjadi pada orang yang tidak pernah merasa sakit sebelumnya. Pelakunya bisa saja kolesterol dan gula darah tinggi yang bekerja dalam senyap,” jelas dr. Dwi dalam sesi siaran live Instagram Kementerian Kesehatan.

Mengapa Serangan Jantung Bisa Terjadi Tanpa Gejala?

Penyakit jantung koroner terjadi ketika plak kolesterol menumpuk di dinding arteri. Proses ini berkembang perlahan, kadang sejak usia muda. Tubuh dapat membentuk pembuluh darah kecil sebagai jalur alternatif, sehingga keluhan khas seperti nyeri dada, tekanan, atau sensasi terbakar mungkin tidak muncul.

“Serangan jantung sifatnya akut itu pun sebenarnya tabungannya sudah lama. Cuman tip arisannya baru keluar saat plak pecah,” terang dr. Dwi. Hal ini menjelaskan mengapa seseorang bisa merasa sehat padahal pembuluh darahnya telah menyempit signifikan.

Risiko Jantung pada Usia Produktif

Tidak hanya lansia yang berisiko. Gaya hidup modern membuat usia produktif juga rentan mengalami serangan jantung. “Saya pernah punya pasien laki-laki 23 tahun, orang tua sehat, tidak ada hipertensi. Namun karena gaya hidup, merokok, pola makan, kurang olahraga, pembuluh darahnya membentuk plak dan akhirnya pecah,” ungkap dr. Dwi. Ini menegaskan bahwa faktor umur bukan satu-satunya penyebab penyakit jantung koroner.

Peran Diabetes dan Gula Darah Tinggi

Pasien dengan diabetes tipe 2 lebih mungkin mengalami serangan jantung “diam-diam”. Neuropati diabetik, kerusakan saraf akibat gula darah tinggi, membuat persepsi nyeri berkurang. Akibatnya, gejala tidak muncul sebagai nyeri dada, melainkan kelelahan, mual, sesak napas ringan, atau ketidaknyamanan di punggung, rahang, atau lengan.

Baca Juga  Berapa Lama DNA Bisa Bertahan?

“Banyak pasien tidak menyadari kadar gula atau kolesterol tinggi mereka, padahal ini silent killer. Gula darah tinggi kronis bisa merusak pembuluh darah dari ujung kepala hingga kaki,” tambah dr. Dwi.

Risiko Kolesterol Jahat

Kolesterol LDL atau “jahat” dapat menumpuk dan memicu plak di arteri. LDL tinggi yang dibiarkan lama dapat meningkatkan risiko pecahnya plak, terutama jika disertai gaya hidup tidak sehat. Sebaliknya, HDL atau kolesterol baik membantu membersihkan LDL dari pembuluh darah.

“Yang penting bukan sekadar kolesterol total, tapi LDL, HDL, dan trigliserida. LDL rendah, HDL tinggi, itu optimal,” jelas dr. Dwi. Batas aman yang disarankan untuk orang sehat adalah:

  • LDL <100 mg/dL
  • HDL ≥60 mg/dL
  • Trigliserida <150 mg/dL
  • Gula darah puasa <100 mg/dL
  • Gula darah sewaktu <140 mg/dL

Gejala yang Sering Terabaikan

Serangan jantung tidak selalu terasa nyeri hebat. Beberapa tanda awal yang sering diabaikan meliputi:

  • Napas terasa pendek saat beraktivitas ringan
  • Dada terasa berat sementara, kemudian membaik setelah istirahat
  • Cepat lelah meski aktivitas ringan
  • Jantung berdebar atau tidak teratur

Pencegahan dan Deteksi Dini

Dokter Dwi menekankan pentingnya pemeriksaan rutin dan pengelolaan risiko:

  • Cek kolesterol, gula darah, dan tekanan darah secara berkala
  • Olahraga minimal 150 menit per minggu
  • Mengatur pola makan rendah lemak trans dan gula tambahan
  • Berhenti merokok
  • Mengelola stres dan tidur cukup

“Silent killer ini berjalan lama, tapi kita bisa cegah dengan hidup sehat dan screening rutin. Jangan tunggu gejala muncul,” saran dr. Dwi.

unnamed Mengapa Serangan Jantung Bisa Tanpa Gejala? Ini Penjelasan Dokter Jantung