Mengenal Dr. Muhammad Yusran, Penggerak Literasi AI di Bulukumba

Pemanfaatan Teknologi dalam Pendidikan di SMPN 16 Bulukumba

Di ruang laboratorium SMPN 16 Bulukumba, cahaya proyektor menari di dinding putih, memantulkan tampilan antarmuka aplikasi yang tampak asing bagi sebagian guru. Suara ketikan laptop bersahutan, diiringi antusiasme yang sulit disembunyikan. Di tengah lingkaran peserta, satu sosok berdiri sebagai pusat gravitasi perhatian: Dr. Muhammad Yusran, S.Kom., M.Kom., Gr.

Selama dua hari, 18–19 November 2025, sekolah ini menjadi rumah bagi Pengimbasan Pembelajaran Mendalam, Koding, dan Kecerdasan Artifisial (KKA) — sebuah upaya serius untuk mengantar para pendidik dan siswa memasuki medan baru bernama era digital.

Dr Muhammad Yusran membawa pendekatan yang membuat teknologi terasa tidak lagi menakutkan. Ia membuka sesi dengan prinsip yang ia pegang teguh:

“Pelatihan harus 20 persen teori dan 80 persen praktik. Teknologi itu harus dikerjakan, bukan hanya dibicarakan.”

Dari pembuatan aplikasi absensi sederhana, desain infografis, hingga eksplorasi AI seperti ChatGPT, Gemini, dan Canva AI, Yusran mengajak peserta menyentuh teknologi—bukan sekadar menatapnya di layar.

Jejak Panjang Sang Pengajar Teknologi

AA1QO9js Mengenal Dr. Muhammad Yusran, Penggerak Literasi AI di Bulukumba

Kehadiran Dr Muhammad Yusran sebagai fasilitator bukanlah kebetulan. Ia telah menapaki dunia pendidikan teknologi sejak pertama kali diangkat sebagai ASN dan menjadi guru TIK di SMAN 2 Bulukumba. Dari ruang kelas itulah fondasi awal kepakarannya dibangun.

Kariernya kemudian berlanjut ke jalur vokasi: SMKN 3 Bulukumba dan SMK DH Pepabri Bulukumba. Di sekolah kejuruan itu, ia dipercaya memimpin Program Keahlian TKJ dan mengelola laboratorium komputer—dua jabatan strategis yang menuntut kombinasi kemampuan teknis dan ketelitian manajerial.

Namun kiprah Yusran tidak berhenti di institusi formal. Ia turun ke komunitas, mendirikan IT Hacker-82 Community, wadah yang melahirkan para pegiat IT di Bulukumba. Komunitas ini bukan sekadar ruang belajar teknis, tetapi tempat menempa karakter digital yang tak terpisahkan dari etika bermedia.

Baca Juga  11 Jurusan Paling Menguntungkan untuk Keluar dari Kemiskinan

Dari S.Kom Hingga Doktor: Evolusi Pemikiran Teknologi Beradab

Kedalaman materi yang ia bawa ke SMPN 16 Bulukumba sejatinya lahir dari perjalanan akademik yang tidak biasa.

S1 dan S2 Yusran bergerak lurus di bidang informatika—memberinya kemampuan teknis yang solid. Namun arah pemikirannya berubah saat ia memasuki program doktoral di UIN Alauddin Makassar.

Di kampus itulah ia menulis disertasi yang memadukan tiga disiplin yang jarang dipadukan: teknologi, pendidikan, dan agama. Risetnya menantang pemahaman lama tentang pendidikan digital, mengingatkan bahwa teknologi hanyalah alat—sementara manusia tetap pusat kendali.

“Teknologi harus punya ruh. Tanpa nilai pendidikan dan agama, ia bisa kehilangan arah, bahkan merusak jika salah digunakan,” tutur Yusran suatu ketika, merangkum inti gagasan doktoralnya.

Pandangan inilah yang menyatu ke dalam metode mengajarnya: menguasai AI terbaru, namun tetap memastikan bahwa adab, etika, dan nilai-nilai spiritual menjadi landasan utama.

Menghidupkan Sekolah di Era Digital

Kepala SMPN 16 Bulukumba, Hj. Suarni Azis, S.Pd., melihat pelatihan ini sebagai langkah adaptif yang wajib dilakukan sekolah. Menurutnya, kehadiran Yusran memberi warna baru—sebuah jembatan antara teori di ruang kelas dan kebutuhan nyata di era kecerdasan buatan.

Pada sesi penutup, Yusran kembali mengingatkan esensi pendidikan yang tak boleh tergerus waktu.

“Teknologi bisa menyalakan layar, tetapi hanya guru yang mampu menyalakan semangat belajar. Guru tetap pelita utama.”

Dua hari pelatihan ditutup dengan unjuk karya digital para peserta: poster, aplikasi sederhana, dan proyek AI yang menunjukkan bahwa SMPN 16 Bulukumba telah siap melangkah ke fase pembelajaran baru—lebih kreatif, lebih relevan, dan lebih berani menghadapi masa depan.

Dengan pemateri sekaliber Dr. Muhammad Yusran, langkah itu tampak semakin pasti.

unnamed Mengenal Dr. Muhammad Yusran, Penggerak Literasi AI di Bulukumba