Studi: Suara AI Semakin Mirip Manusia, Sulit Dibedakan



Bisakimia

– Beberapa dari kita mungkin sudah akrab dengan suara kecerdasan buatan (AI) melalui asisten digital seperti Siri atau Alexa. Intonasinya yang datar dan penyampaiannya yang mekanis membuat suara tersebut mudah dibedakan dari suara manusia. Namun, sebuah studi terbaru oleh Nadine Lavan menunjukkan bahwa batas antara suara manusia dan suara buatan AI kini semakin kabur. Penelitian yang dipublikasikan pada 24 September 2025 di jurnal PLOS One mengungkap, rata-rata pendengar kini kesulitan membedakan suara manusia asli dan suara “deepfake” yang dihasilkan AI. Lalu, apa bahasan dalam studi tersebut?

Manusia Kini Sulit Membedakan Suara Asli dan Suara Buatan

Lavan dan timnya menggunakan dua jenis suara AI untuk menguji efek hiperrealisme, yakni sejauh mana AI mampu menciptakan tiruan yang nyaris identik dengan manusia. Suara pertama diambil dari model AI generik yang biasa digunakan untuk iklan, video konten, atau buku audio. Sedangkan suara kedua berasal dari klon suara manusia, dibuat berdasarkan rekaman suara seseorang. Dalam penelitian ini, peneliti menyiapkan 80 sampel suara yang terdiri dari 40 suara manusia asli dan 40 suara buatan AI. Mereka lalu memutarkannya kepada 50 partisipan berusia 18–65 tahun yang tidak memiliki gangguan pendengaran. Tujuannya untuk menguji seberapa nyata atau mirip suara tersebut dengan manusia asli.

“Kami memperkirakan bahwa efek hiperrealisme ini kemungkinan besar akan teramati pada suara klon. Mengingat mereka meniru identitas suara manusia tertentu, sehingga kemungkinan terdengar seperti manusia asli,” kata Lavan. Hasilnya, sebanyak 41 persen partisipan salah menilai suara AI generik sebagai suara manusia, dan 58 persen salah menilai klon suara AI sebagai suara manusia asli. Dengan kata lain, sebagian besar orang tidak mampu lagi membedakan suara buatan AI dari suara manusia sungguhan.

Baca Juga  SIDIK JARI

Risiko Etika dan Keamanan

Lavan menilai hasil penelitian ini menimbulkan kekhawatiran serius di bidang etika, keamanan, dan hak cipta. “Jika suara Anda bisa dikloning, pelaku kejahatan bisa menipu sistem verifikasi suara di bank atau bahkan memperdaya keluarga Anda untuk mengirim uang,” katanya. Kasus seperti ini sudah terjadi. Pada Juli lalu, Sharon Brightwell menjadi korban penipuan sebesar 15.000 dolar AS setelah menerima telepon dari seseorang yang terdengar persis seperti putrinya. “Tidak ada yang bisa meyakinkan saya bahwa itu bukan dia,” ujar Brightwell.

Tak hanya itu, suara AI juga dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan disinformasi. Baru-baru ini, penipu di Australia meniru suara Perdana Menteri Queensland, Steven Miles, untuk mempromosikan penipuan investasi Bitcoin. Yang lebih mengejutkan, para peneliti menjelaskan bahwa klon suara dalam penelitian ini dibuat tanpa teknologi rumit. Cukup dengan perangkat lunak komersial dan rekaman suara manusia selama empat menit, sistem AI sudah dapat meniru suara seseorang dengan sangat realistis.

“Prosesnya mudah, murah, dan hampir tidak membutuhkan keahlian khusus,” jelas Lavan. “Ini menunjukkan betapa cepatnya teknologi suara AI berkembang dan betapa mudahnya diakses siapa pun,” tambahnya.

Manfaat Teknologi Suara AI

Meski memiliki potensi disalahgunakan, Lavan menegaskan bahwa teknologi suara AI juga dapat membawa manfaat besar. “Suara sintetis berkualitas tinggi bisa meningkatkan aksesibilitas, membantu pembelajaran, dan memperluas komunikasi,” ujarnya. “Jika digunakan secara etis, AI bukan untuk menipu manusia, tetapi untuk membantu mereka,” ucapnya.

unnamed Studi: Suara AI Semakin Mirip Manusia, Sulit Dibedakan

Leave a Reply