Bunga Bangkai Suweg di Jagakarsa Mulai Layu

JAKARTA, Bisakimia–

Bunga bangkai jenis Suweg (Amorphophallus paeoniifolius) yang sempat menarik perhatian warga di Jalan Srengseng Sawah No. 62, Jagakarsa, Jakarta Selatan, kini mulai layu.

Pantauan Bisakimia, Senin (6/10/2025), kelopak bunga berwarna merah keunguan itu tampak mengering di bagian pinggir, sementara bagian tengah atau tongkol (spadix) mulai menghitam. Padahal, sehari sebelumnya, bunga setinggi sekitar 60 sentimeter itu masih terlihat segar dengan warna merah jingga cerah dan bagian dalam kekuningan. Kini, aroma menyengat yang sebelumnya tercium kuat sudah benar-benar hilang.

Meski kondisi bunga mulai mengering, sejumlah warga masih datang untuk melihat langsung fenomena langka tersebut. “Masih aja ada yang datang lihat-lihat, padahal udah mulai layu,” kata Asmat (60), sang pemilik bunga, saat ditemui, Senin.

Asmat mengatakan bunga itu kini menarik minat sejumlah pihak, termasuk dari Dinas Pertamanan dan Hutan Kota (Distamhut) serta pihak kelurahan setempat. “Tadi ada dari Dinas Pertamanan, sama orang kelurahan. Mereka bilang kalau bisa bunga ini dijadikan sampel untuk penelitian,” ujar Asmat. Meski begitu, ia meminta agar pengambilan sampel tidak dilakukan saat ini karena masih banyak warga yang ingin melihat langsung bunga bangkai tersebut.

“Saya enggak masalah kalau buat penelitian, malah bagus. Cuma jangan sekarang, soalnya masih banyak yang datang. Nanti aja pas udah kering,” katanya.

Asmat mengaku tak melakukan perawatan khusus terhadap bunga itu. Ia membiarkan tanaman tumbuh begitu saja di tanah yang dulunya merupakan kebun warisan keluarganya. “Saya enggak pernah siram, enggak dikasih pupuk juga. Biarin aja tumbuh sendiri. Tanahnya memang subur dari dulu,” ucapnya.

Menurut Asmat, bunga suweg sering dianggap sebagai tanaman biasa karena biasanya hanya menumbuhkan daun. “Biasanya keluar daun, bukan bunga. Kalau sampai mekar kayak gini ya jarang banget. Dulu juga pernah tumbuh tahun 2012, tapi enggak sebesar sekarang,” ujarnya.

Baca Juga  Kano berjanji untuk menangani tantangan imunisasi pada anak-anak

Kini, setelah bunga mulai mengering, Asmat berencana membiarkannya sampai benar-benar mati alami. “Kasihan juga kalau ditebas. Namanya tanaman kan hidup juga. Selama enggak ganggu orang, ya biarin aja,” katanya sambil tersenyum.

Bunga Suweg (Amorphophallus paeoniifolius) merupakan tanaman dari famili talas-talasan (Araceae) yang masih satu marga dengan bunga bangkai raksasa Amorphophallus titanum ikon Kebun Raya Bogor. Meski sama-sama mengeluarkan bau busuk, ukuran bunga Suweg jauh lebih kecil, dengan tinggi rata-rata 30–70 sentimeter.

Bunga ini dikenal memiliki siklus hidup yang panjang dan hanya mekar sekali dalam beberapa tahun. Saat mekar, Suweg mengeluarkan aroma tajam menyerupai bangkai tikus untuk menarik serangga penyerbuk seperti lalat dan kumbang daging. “Baunya kuat banget, kayak bau tikus. Dari sore sampai pagi aja. Paginya udah enggak begitu tercium,” kata Asmat.

Setelah fase mekar usai, bagian bunga akan layu dan umbi kembali beristirahat hingga waktu berbunga berikutnya.

Fenomena Langka yang Menarik Perhatian

Berikut adalah beberapa fakta menarik tentang bunga bangkai jenis Suweg:

  • Ciri khas bunga: Bunga Suweg memiliki warna merah keunguan pada kelopaknya dan bagian tengah yang disebut spadix. Ukurannya relatif kecil dibandingkan bunga bangkai raksasa lainnya.
  • Aroma unik: Saat mekar, bunga ini mengeluarkan aroma menyengat yang mirip dengan bangkai tikus. Aroma ini bertujuan untuk menarik serangga penyerbuk.
  • Siklus hidup panjang: Bunga ini hanya mekar sekali dalam beberapa tahun. Setelah mekar, bagian bunga akan layu dan umbi kembali beristirahat.
  • Perawatan minim: Pemilik bunga, Asmat, mengatakan bahwa ia tidak melakukan perawatan khusus terhadap tanaman ini. Ia membiarkan tanaman tumbuh secara alami di tanah yang subur.

Keunikan Bunga Bangkai Suweg

Bunga bangkai Suweg memiliki beberapa keunikan yang membuatnya menarik perhatian:

  • Bentuk fisik: Bunga ini memiliki bentuk yang unik dengan kelopak merah keunguan dan spadix yang berwarna kekuningan.
  • Fungsi ekologis: Aroma yang dikeluarkan oleh bunga ini membantu menarik serangga penyerbuk, seperti lalat dan kumbang daging.
  • Kesulitan dalam pertumbuhan: Bunga ini jarang mekar dan memiliki siklus hidup yang sangat panjang. Ini menjadikannya fenomena langka yang menarik untuk dilihat.
  • Nilai edukasi: Bunga ini menjadi objek penelitian bagi para ilmuwan dan petugas lingkungan karena sifatnya yang unik dan jarang terjadi.
Baca Juga  Kerjasama Cerdas Ikan Gobi dan Udang Pistol di Dasar Laut

Tindakan yang Dilakukan Oleh Pemilik Bunga

Asmat, sang pemilik bunga, memberikan beberapa tindakan terkait bunga bangkai yang ia miliki:

  • Mengizinkan penelitian: Ia bersedia memberikan bunga sebagai sampel untuk penelitian, namun meminta agar pengambilan sampel ditunda hingga bunga benar-benar kering.
  • Menghargai keberadaan bunga: Ia percaya bahwa bunga ini memiliki nilai hidup dan harus dibiarkan tumbuh secara alami.
  • Menjaga kebersihan lingkungan: Ia berharap tidak ada yang mengganggu bunga tersebut selama belum mengganggu orang lain.
  • Membuka ruang bagi warga: Ia tetap mengizinkan warga untuk melihat bunga tersebut meskipun kondisinya mulai layu.

unnamed Bunga Bangkai Suweg di Jagakarsa Mulai Layu

Leave a Reply