11 Mahasiswa FK UMI Hafal 30 Juz Alquran Dapat Beasiswa Hafidz Hafidzah

Beasiswa Hafidz Hafidzah: Bentuk Apresiasi bagi Mahasiswa Kedokteran UMI

Sebanyak 11 mahasiswa baru (maba) Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Muslim Indonesia (UMI) kini memiliki alasan untuk bangga. Mereka telah resmi menerima Beasiswa Hafidz Hafidzah tahun akademik 2025, sebuah program yang bertujuan untuk mengapresiasi mahasiswa yang mampu menghafal seluruh isi Al-Qur’an.

Program ini tidak hanya menjadi bentuk penghargaan, tetapi juga motivasi bagi mahasiswa lainnya untuk terus berprestasi dalam berbagai aspek kehidupan. Dari total penerima beasiswa, empat mahasiswa mendapatkan bantuan penuh sebesar 100 persen hingga lulus kuliah dengan total nilai mencapai Rp2,7 miliar. Sementara tujuh mahasiswa lainnya mendapatkan beasiswa sebesar 50 persen dengan total dana Rp2,4 miliar.

Seluruh penerima beasiswa telah menyelesaikan hafalan Al-Qur’an sebanyak 30 juz. Penyerahan beasiswa dilakukan secara simbolis di Aula Lantai 5 FK UMI, Jalan Urip Sumoharjo, Makassar, pada Senin (6/10/2025). Acara tersebut turut dihadiri oleh para dosen, mahasiswa, dan pimpinan fakultas.

Visi dan Komitmen FK UMI

Dekan FK UMI, Dr dr Nasrudin, menjelaskan bahwa pemberian beasiswa ini bukan hanya sekadar bentuk penghargaan, tetapi juga sebagai motivasi bagi mahasiswa lain agar terus berkembang baik secara akademik maupun spiritual. Tahun ini, pihaknya mengusulkan 11 penerima beasiswa, dengan rincian empat orang mendapat beasiswa penuh dan tujuh orang mendapat beasiswa separuh.

“Totalnya hampir Rp5,1 miliar. Ini bagian dari komitmen kami membina mahasiswa berprestasi dari sisi akademik dan spiritual,” ujarnya.

dr Nas, sapaan akrabnya, menambahkan bahwa hingga saat ini, FK UMI telah menyalurkan dana beasiswa hafidz dan hafidzah mencapai Rp136 miliar sejak program ini dimulai pada 2019. Dari jumlah tersebut, 44 mahasiswa telah tercatat sebagai penghafal 30 juz yang mendapat dukungan pembiayaan penuh maupun parsial.

Baca Juga  Dufil, Yayasan Ajose memberikan beasiswa kepada siswa Ogun

Pendidikan yang Berlandaskan Nilai Spiritual

Program beasiswa ini dirancang untuk jangka panjang, dengan tujuan mencetak dokter yang tidak hanya ahli di bidang medis, tetapi juga kuat secara spiritual. “Dokter yang beriman dan berakhlak akan lebih peka terhadap nilai kemanusiaan,” katanya.

Menurut dr Nas, menjadi hafidz atau hafidzah di lingkungan kedokteran bukanlah hal mudah. Selain menjaga hafalan Al-Qur’an, mahasiswa juga harus mampu mempertahankan nilai akademik dan etika profesionalisme kedokteran. “Mereka ini bukan hanya penghafal Al-Qur’an, tapi calon dokter muslim yang berkarakter,” tambahnya.

Dukungan dari Rektor UMI

Rektor UMI, Prof Hambali Thalib, memberikan apresiasi atas langkah Fakultas Kedokteran yang konsisten dalam menyalurkan beasiswa berbasis keislaman. Ia menilai program ini sejalan dengan visi UMI dalam membentuk insan berilmu amaliah dan beramal ilmiah.

“Beasiswa ini bagian dari zakat dan wakaf pendidikan yang dijalankan UMI. Kami ingin setiap penerima menjadi sumber daya unggul setelah lulus,” ujarnya.

Prof Hambali menegaskan bahwa penerima beasiswa akan diseleksi ketat, tidak hanya berdasarkan hafalan, tetapi juga prestasi akademik dan karakter. “Kami tidak ingin berhenti di bantuan finansial saja. Ini investasi untuk masa depan bangsa dan dunia kedokteran,” jelasnya.

Tujuan Jangka Panjang

Ketua Pengurus Yayasan Wakaf UMI, Prof Masrurah Mokhtar, menyebut program ini sebagai bentuk motivasi agar para mahasiswa terus menjaga hafalan Al-Qur’an dan menebarkan manfaat bagi sesama. “Beasiswa ini bukan sekadar bantuan biaya pendidikan, tetapi juga dorongan agar mereka istiqamah dalam menjaga hafalan dan akhlaknya,” katanya.

Ia menambahkan, Yayasan Wakaf UMI berencana menjadikan program beasiswa hafidz-hafidzah sebagai agenda tahunan yang berkelanjutan di seluruh fakultas. “Kami ingin menciptakan budaya akademik yang berlandaskan nilai-nilai Qur’ani,” ujarnya.

Baca Juga  Tips Lolos Beasiswa 2025: Kuota Terbatas Hanya 4.000 Orang

Pengalaman Penerima Beasiswa

Salah satu penerima beasiswa, Nurafandi, mengaku bangga bisa menjadi bagian dari program ini. Ia mengatakan proses seleksi tidak hanya menilai hafalan, tetapi juga pengetahuan Islam dan komitmen pribadi. “Di UMI, kami belajar bahwa kedokteran bukan sekadar ilmu penyembuhan, tapi juga jalan ibadah,” jelasnya.

“Saya berasal dari keluarga sederhana. Tanpa beasiswa ini, mungkin saya tak bisa kuliah di FK. Saya ingin membuktikan bahwa penerima beasiswa juga bisa menjadi dokter yang profesional dan berakhlak mulia,” tambahnya.

Acara Penyerahan Beasiswa

Selain penyerahan beasiswa, acara juga diisi dengan tausiah singkat dan buka puasa bersama. Mahasiswa, dosen, serta pimpinan fakultas duduk bersama menikmati hidangan sederhana sambil mempererat silaturahmi di bulan penuh berkah tersebut.

unnamed 11 Mahasiswa FK UMI Hafal 30 Juz Alquran Dapat Beasiswa Hafidz Hafidzah

Leave a Reply