Pernahkah Kecoa Masuk ke MBG? Kepsek SMAN 1 Banjarmasin Beri Penjelasan

Keprihatinan Sekolah terhadap Insiden Keracunan MBG di Martapura

Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Banjarmasin, Fery Setyawan Amadhy, menyampaikan keprihatinannya atas peristiwa keracunan yang menimpa ratusan pelajar di Kota Martapura. Ia menjelaskan bahwa sekolah yang berada di kawasan padat seperti Mulawarman memiliki risiko lebih besar jika terjadi kesalahan dalam distribusi makanan.

“Di kawasan ini siswa sangat banyak. Kalau sampai ada masalah, dampaknya bisa luas. Karena itu kami wanti-wanti agar penyedia makanan memperhatikan betul kebersihan dan kondisi makanan,” ujarnya.

Fery menjelaskan bahwa makanan MBG di sekolahnya biasanya tiba antara pukul 10.00 hingga 11.00 Wita, sedangkan siswa baru menyantapnya selepas salat zuhur. Karena itu, ketepatan waktu dan penyimpanan makanan menjadi hal yang terus diawasi.

“Pernah ada temuan kecil seperti ayam yang kurang matang atau ada serangga kecil yang mungkin masuk saat perjalanan. Tapi jumlahnya sangat sedikit dan langsung kami laporkan ke SPPG,” jelasnya.

Kasus keracunan massal MBG di Martapura, Kabupaten Banjar, menjadi atensi serius bagi sekolah-sekolah di Kota Banjarmasin. Kepala SMAN 5 Banjarmasin, Mukhlis Takwin, menegaskan bahwa keselamatan peserta didik harus menjadi prioritas utama.

“Niat pemerintah sangat baik, tapi keselamatan anak-anak tetap harus jadi prioritas,” ujarnya, Minggu (12/10).

Mukhlis menjelaskan bahwa pihaknya sudah menerapkan mekanisme ketat dalam penyaluran makanan MBG. Salah satunya adalah memastikan jadwal makan sesuai dengan waktu istirahat siswa.

“Kami sampaikan ke pihak SPPG bahwa anak-anak makan antara jam 12 sampai jam 1 siang. Jadi kami minta sesuaikan agar tidak basi,” jelasnya.

Kualitas dan kebersihan makanan juga menjadi perhatian utama. Mukhlis menuturkan bahwa pihaknya selalu berkoordinasi dengan penyedia apabila menemukan menu yang kurang layak.

Baca Juga  Balochistan melepas dana 800 miliar rupee untuk gaji dan pensiun universitas

“Pernah ada buah yang sudah tampak tidak segar dan sedikit berulat. Kami langsung sampaikan agar diperhatikan,” tegasnya.

Mukhlis juga menyoroti adanya memorandum of understanding (MoU) dari beberapa penyedia makanan yang melarang sekolah atau siswa menyebarkan keluhan ke media sosial. Menurutnya, hal itu tidak relevan dengan semangat transparansi publik.

“Kami tidak bisa mengontrol siswa satu per satu. Yang penting adalah menjaga kualitas makanan, bukan malah membatasi laporan,” ujarnya.

Bahkan, ia menegaskan bahwa pihak pengantar makanan sebaiknya mencicipi lebih dulu menu MBG sebelum diserahkan ke sekolah untuk memastikan aman dikonsumsi.

“Jangan sampai guru atau kepala sekolah yang dikorbankan kalau terjadi sesuatu,” tambahnya.

Upaya Pencegahan dan Evaluasi Terkait Keracunan Massal

Sebelumnya, sebanyak 134 siswa di Martapura keracunan makanan bergizi gratis (MBG). Anggota Komisi IV DPRD Banjar, Ahmah Fauzan Asniah, mendorong Pemkab Banjar memiliki alat rapid test untuk mengidentifikasi bahan berbahaya dari makanan.

Fauzan menyarankan dinas terkait menganggarkannya. Terlebih Martapura sering jadi lokasi kegiatan keagamaan besar seperti haul atau peringatan hari besar Islam.

“Di Martapura ini sering ada acara besar. Jadi alat rapid test untuk mengetes makanan dengan cepat sangat diperlukan,” ujarnya di Martapura, Sabtu.

Sekretaris Satgas Program Percepatan Makan Bergizi Gratis (MBG) Kabupaten Banjar, Sipliansyah Hartani, memastikan seluruh siswa yang keracunan setelah mengonsumsi MBG pada Kamis (9/10) mendapatkan penanganan medis.

“Alhamdulillah, dari sekitar 134 siswa yang keracunan, semuanya dalam kategori ringan. Walaupun sempat dirawat di UGD dan sebagian ada yang rawat inap, semuanya bisa ditangani oleh rumah sakit,” ujar Sipliansyah, Sabtu (11/10).

Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian Banjar itu pun menjelaskan hasil pemeriksaan sementara Dinas Kesehatan Banjar menunjukkan adanya kandungan nitrit pada dua jenis makanan yang dikonsumsi siswa, yaitu nasi dan sayur. Zat tersebut diduga kuat menjadi pemicu keracunan.

Baca Juga  Pemerintah Akwa Ibom menutup sekolah ilegal, pemiliknya menghadapi penuntutan hukum

Dia pun mengaku pihaknya telah dimintai keterangan oleh tim investigasi Badan Gizi Nasional (BGN) untuk menjelaskan kronologi kejadian.

“Mereka memang sudah punya data dari pihak lain, tapi kami juga memberikan keterangan sesuai fakta di lapangan,” katanya.

Meski insiden ini cukup besar, Sipliansyah menyatakan kejadian tersebut bukan akibat kelalaian, melainkan murni musibah.

“Namanya musibah, kita tidak bisa tahu kapan terjadi. Dan ini bukan keteledoran. Secara umum, SPPG sudah memenuhi standar, hanya ada beberapa catatan yang perlu diperbaiki,” jelasnya.

Sipliansyah menambahkan bahwa Satgas MBG saat ini berperan memberikan masukan teknis. Sedangkan keputusan dan kebijakan lebih lanjut berada di tangan BGN.

“Kami sudah berkoordinasi dengan BGN Pusat, termasuk soal apakah Satgas punya kewenangan menegur atau memberikan sanksi kepada SPPG. Itu nanti kami bahas lebih lanjut,” ucapnya.

Selain melakukan evaluasi, tim Satgas juga telah melakukan investigasi mendalam dengan mewawancarai sejumlah pihak, di antaranya tiga ahli gizi, kepala SPPG, bagian akuntansi, serta 47 karyawan yang terlibat dalam proses produksi makanan, mulai dari juru masak hingga petugas kebersihan.


unnamed Pernahkah Kecoa Masuk ke MBG? Kepsek SMAN 1 Banjarmasin Beri Penjelasan

Leave a Reply