Antisipasi Keracunan, SMAN 5 Banjarmasin Minta Pihak Pengantar Cicipi MBG Dulu
Kesiapan Sekolah di Banjarmasin Menghadapi Masalah MBG
Kasus keracunan massal yang terjadi di Kota Martapura, Kabupaten Banjar, telah menjadi perhatian serius bagi sekolah-sekolah di Kota Banjarmasin. Kepala SMAN 5 Banjarmasin, Mukhlis Takwin, menegaskan bahwa keselamatan peserta didik harus menjadi prioritas utama dalam pemberian makanan bergizi gratis (MBG). Ia menyampaikan bahwa niat pemerintah sangat baik, tetapi keselamatan anak-anak tetap harus menjadi fokus utama.
Mukhlis menjelaskan bahwa pihaknya telah menerapkan mekanisme ketat dalam penyaluran makanan MBG. Salah satu langkah penting adalah memastikan jadwal makan sesuai dengan waktu istirahat siswa. “Kami sampaikan ke pihak SPPG bahwa anak-anak makan antara jam 12 sampai jam 1 siang. Jadi kami minta sesuaikan agar tidak basi,” ujarnya.
Kualitas dan kebersihan makanan juga menjadi perhatian utama. Mukhlis mengatakan bahwa pihaknya selalu berkoordinasi dengan penyedia apabila menemukan menu yang kurang layak. Contohnya, pernah ada buah yang sudah tampak tidak segar dan sedikit berulat. “Kami langsung sampaikan agar diperhatikan,” tegasnya.
Selain itu, Mukhlis juga menyoroti adanya memorandum of understanding (MoU) dari beberapa penyedia makanan yang melarang sekolah atau siswa menyebarkan keluhan ke media sosial. Menurutnya, hal itu tidak relevan dengan semangat transparansi publik. “Kami tidak bisa mengontrol siswa satu per satu. Yang penting adalah menjaga kualitas makanan, bukan malah membatasi laporan,” ujarnya.
Ia bahkan menegaskan bahwa pihak pengantar makanan sebaiknya mencicipi lebih dulu menu MBG sebelum diserahkan ke sekolah untuk memastikan aman dikonsumsi. “Jangan sampai guru atau kepala sekolah yang dikorbankan kalau terjadi sesuatu,” tambahnya.
Evaluasi dan Penanganan Keracunan Massal di Martapura
Sebelumnya, sebanyak 134 siswa di Martapura keracunan makanan bergizi gratis (MBG). Anggota Komisi IV DPRD Banjar, Ahmah Fauzan Asniah, mendorong Pemkab Banjar memiliki alat rapid test untuk mengidentifikasi bahan berbahaya dari makanan. Fauzan menyarankan dinas terkait menganggarkannya.
Terlebih Martapura sering menjadi lokasi kegiatan keagamaan besar seperti haul atau peringatan hari besar Islam. “Di Martapura ini sering ada acara besar. Jadi alat rapid test untuk mengetes makanan dengan cepat sangat diperlukan,” ujarnya di Martapura, Sabtu.
Sekretaris Satgas Program Percepatan Makan Bergizi Gratis (MBG) Kabupaten Banjar, Sipliansyah Hartani, memastikan seluruh siswa yang keracunan setelah mengonsumsi MBG pada Kamis (9/10) mendapatkan penanganan medis. “Alhamdulillah, dari sekitar 134 siswa yang keracunan, semuanya dalam kategori ringan. Walaupun sempat dirawat di UGD dan sebagian ada yang rawat inap, semuanya bisa ditangani oleh rumah sakit,” ujar Sipliansyah, Sabtu (11/10).
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian Banjar itu pun menjelaskan hasil pemeriksaan sementara Dinas Kesehatan Banjar menunjukkan adanya kandungan nitrit pada dua jenis makanan yang dikonsumsi siswa, yaitu nasi dan sayur. Zat tersebut diduga kuat menjadi pemicu keracunan. Dia pun mengaku pihaknya telah dimintai keterangan oleh tim investigasi Badan Gizi Nasional (BGN) untuk menjelaskan kronologi kejadian.
“Mereka memang sudah punya data dari pihak lain, tapi kami juga memberikan keterangan sesuai fakta di lapangan,” katanya.
Meski insiden ini cukup besar, Sipliansyah menyatakan kejadian tersebut bukan akibat kelalaian, melainkan murni musibah. “Namanya musibah, kita tidak bisa tahu kapan terjadi. Dan ini bukan keteledoran. Secara umum, SPPG sudah memenuhi standar, hanya ada beberapa catatan yang perlu diperbaiki,” jelasnya.
Tindakan Lanjutan dan Evaluasi
Sipliansyah menambahkan Satgas MBG saat ini berperan memberikan masukan teknis. Sedangkan keputusan dan kebijakan lebih lanjut berada di tangan BGN. “Kami sudah berkoordinasi dengan BGN Pusat, termasuk soal apakah Satgas punya kewenangan menegur atau memberikan sanksi kepada SPPG. Itu nanti kami bahas lebih lanjut,” ucapnya.
Selain melakukan evaluasi, tim Satgas juga telah melakukan investigasi mendalam dengan mewawancarai sejumlah pihak, di antaranya tiga ahli gizi, kepala SPPG, bagian akuntansi, serta 47 karyawan yang terlibat dalam proses produksi makanan, mulai dari juru masak hingga petugas kebersihan.
- Perawatan kesehatan berada di tengah-tengah penghentian operasional pemerintah - November 5, 2025
- The Hidden Power of a Forgotten River in Nottingham - November 5, 2025
- Spektronics ITS Juara Dua di ICHEDECE Ecodays UNS 2025 - November 5, 2025



Leave a Reply