Edwin Hubble dan Malam Pemecah Rahasia Alam Semesta
Bisakimia
Pada malam tanggal 5 Oktober 1923, langit di atas Observatorium Mount Wilson di California menjadi saksi sebuah penemuan astronomi yang akan mengubah sejarah sains selamanya. Di balik lensa teleskop Hooker berukuran 100 inci, seorang astronom bernama Edwin Hubble memperhatikan titik cahaya samar di langit yang ternyata jauh lebih berarti dari yang ia bayangkan.
Objek yang diteliti Hubble saat itu terlihat seperti bintik samar biasa. Namun, setelah diamati melalui serangkaian pelat foto, Hubble menyadari bahwa cahaya bintang itu berubah-ubah secara periodik—kadang terang, kadang redup, lalu terang kembali. Awalnya ia menandai bintang itu sebagai “N” untuk nova, tapi kemudian ia mencoretnya dan menuliskannya ulang sebagai “VAR!”—singkatan dari variable star (bintang variabel).
Bintang tersebut diberi nama M31-V1, dan ternyata adalah bintang variabel tipe Cepheid. Jenis bintang ini sangat istimewa karena memiliki pola perubahan cahaya yang sangat teratur dan dapat digunakan untuk mengukur jarak di alam semesta. Dalam dunia astronomi, bintang seperti ini disebut sebagai “standard candle”, lilin standar untuk mengukur skala kosmik.
Henrietta Leavitt dan Fondasi Penemuan Hubble
Sebelum Hubble, seorang astronom wanita dari Harvard, Henrietta Swan Leavitt, telah menemukan hubungan antara kecerahan intrinsik dan periode kedipan bintang Cepheid di awan Magellan Kecil. Ia menyimpulkan: semakin terang bintang Cepheid, semakin lambat pola kedipannya. Temuan ini menjadi kunci dalam mengukur jarak antar galaksi, termasuk penemuan besar yang dilakukan Hubble.
“Penemuan Leavitt memberikan alat ukur yang luar biasa bagi astronomi. Tanpa itu, saya tidak bisa menentukan jarak galaksi,” — Edwin Hubble (secara tersirat lewat pekerjaannya).
Membongkar Misteri Andromeda
Pada saat itu, dunia astronomi masih terpecah dalam perdebatan besar: Apakah galaksi Bima Sakti adalah seluruh alam semesta, atau adakah galaksi lain di luar sana?
Astronom Harlow Shapley percaya bahwa Bima Sakti adalah seluruh semesta. Sementara rivalnya, Heber Curtis, berpendapat bahwa Andromeda (dikenal juga sebagai M31) adalah galaksi lain, terpisah dari galaksi kita. Namun belum ada bukti konkret.
Penemuan M31-V1 oleh Hubble menjadi bukti yang mematahkan pandangan Shapley. Dengan mengukur perubahan kecerahan bintang Cepheid di Andromeda, Hubble menghitung bahwa galaksi itu berjarak sekitar 900.000 tahun cahaya dari Bumi—jauh di luar batas Bima Sakti.
“Ini bukan nebula di galaksi kita. Ini adalah galaksi lain yang berdiri sendiri,” ujar Edwin Hubble, berdasarkan temuan M31-V1.
Hari itu, kita resmi menyadari bahwa alam semesta jauh lebih luas daripada yang pernah dibayangkan manusia.
Semesta yang Terus Mengembang
Penemuan Hubble tak berhenti di sana. Dengan bantuan data dari Milton Humason dan pemahaman tentang efek red shift (pergeseran cahaya ke merah akibat pergerakan menjauh), Hubble menyadari bahwa semua galaksi sedang menjauh dari kita.
Ini berarti bahwa alam semesta sedang mengembang. Inilah awal dari hukum yang sekarang dikenal sebagai Hukum Hubble, dan konstanta ekspansinya disebut Konstanta Hubble.
Penemuan ini mendukung teori dari ilmuwan Georges Lemaître yang lebih dulu mengusulkan alam semesta mengembang berdasarkan relativitas umum Einstein. Namun, Hubble-lah yang memberikan buktinya secara observasional.
Dari Bintang Berdenyut ke Energi Gelap
Sejak penemuan M31-V1, sains telah berkembang sangat pesat. Berbagai bukti menunjukkan bahwa alam semesta memang terus mengembang. Bahkan, sejak penemuan energi gelap pada 1990-an, kita kini tahu bahwa ekspansi itu semakin cepat.
Namun, ada satu misteri besar yang masih membingungkan ilmuwan: pengukuran ekspansi alam semesta tidak konsisten tergantung pada metode yang digunakan. Beberapa hasil pengamatan memberikan nilai konstanta Hubble yang berbeda.
“Ketidaksesuaian ini bisa jadi petunjuk menuju fisika baru,” kata para ilmuwan kosmologi modern.
Lilin Kecil yang Menyalakan Semesta
Sebuah bintang yang berkedip di malam hari telah membuka mata manusia terhadap luasnya semesta. Dari Henrietta Leavitt hingga Edwin Hubble, dari sebuah teleskop di pegunungan California hingga teleskop luar angkasa yang kini menyelidiki alam semesta purba—semuanya berawal dari satu titik cahaya kecil yang tak menyerah berkedip.
Penemuan ini bukan hanya tonggak sejarah dalam sains, tetapi juga pengingat akan kekuatan rasa ingin tahu manusia, dan bagaimana sebuah pengamatan sederhana bisa mengubah pandangan kita tentang tempat kita di alam semesta.
- 100 Soal Pilihan Ganda Matematika SMP Kelas 7 Semester 1 Kurikulum Merdeka + Kunci Jawaban - November 4, 2025
- 5 Fakta Menarik Salamander Mulut Kecil Amerika - November 4, 2025
- Apa yang mendorong strategi baru MAHA untuk meningkatkan menyusui di Amerika Serikat? - November 4, 2025



Leave a Reply