Desamind, Kobar Dosen UMS Menghidupkan Potensi Desa Indonesia



SOLO, Bisakimia–

Banyaknya potensi desa yang belum tergarap secara maksimal mendorong Hardika Dwi Hermawan, dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), untuk memajukan desa melalui organisasi kesukarelawanan bernama Desamind.

Desamind adalah gerakan yang digerakkan anak-anak muda Indonesia, baik dari dalam maupun luar negeri, yang berfokus pada kontribusi nyata kepada masyarakat desa. Organisasi ini resmi terbentuk pada 5 Januari 2020.

“Jadi semangat kita itu mendorong anak muda untuk punya world class kompetensi, tapi punya grassroot understanding yang bagus, pemahaman akar rumput yang bagus,” kata Hardika kepada Bisakimiadi Gedung Siti Walidah Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Solo, Jawa Tengah, Minggu (12/10/2025).

Gerakan Anak Muda untuk Potensi Desa dan Pendidikan 3T

Hardika, yang merupakan dosen Pendidikan Teknik Informatika FKIP UMS, menjelaskan bahwa Desamind lahir dari keresahannya sebagai generasi muda yang ingin ikut berperan aktif dalam pembangunan desa.

“Saya rasa anak muda punya tanggung jawab moral dan sosial. Apalagi teman-teman sudah menempuh studi. Saya rasa dengan ilmunya yang besar tanggung jawab sosial pun kita makin besar,” tutur alumni S2 The University of Hongkong itu.

“Kalau kita tidak ikut turun tangan saya rasa tidak akan pernah selesai. Jadi mulai dari situ ada tanggung jawab, ya sudah ayo kita lakukan bareng-bareng,” sambungnya.

Desamind menjalankan berbagai kegiatan yang berfokus pada pendidikan dan sosial, termasuk membumikan konsep STEM (Sains, Teknologi, Rekayasa, dan Matematika) di wilayah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T) Indonesia.

Mereka juga memberikan beasiswa kepada anak-anak desa, memfasilitasi pengembangan proyek di desa, dan membentuk chapter Desamind dari Aceh hingga Asmat. Setiap desa dibimbing untuk mengembangkan proyek sosial sesuai dengan potensi lokal.

Baca Juga  Pendidik Nusantara Berkomitmen Bangun Cinta Lingkungan Sejak Dini

“Kita ada sekitar 30 desa mitra,” ujar Hardika.

Dari Sukabumi ke Asmat, Menyalakan Lilin Potensi Desa

Salah satu program unggulan Desamind berada di Sukabumi, Jawa Barat, berupa pertanian regeneratif yang menggabungkan sektor peternakan dan pertanian.

“Selama ini saya rasa teman-teman di desa sebenarnya potensinya banyak dan bagus. Hanya saja mereka butuh yang namanya external activator. Kita memposisikan diri sebagai pihak eksternal yang mendorong mereka untuk aktif. Jadi selama ini potensi ada tapi belum menyala. Indonesia tidak akan bisa menyala karena ubud di Jakarta. Tapi karena lilin desa. Jadi tugas kita menyalakan lilin yang ada di desa. Lilin sudah ada, kita yang bantu menyalakan,” jelasnya.

Desamind digerakkan oleh 57 pengurus pusat dan 400 pengurus daerah. Seluruh anggota bersifat sukarela tanpa gaji, namun tetap berkomitmen tinggi dalam memajukan desa.

“Bagaimana biar datang memberikan yang terbaik tapi tidak dibayar. Adalah emotional connection atau koneksi antar kita. Program ini bukan milik satu atau dua atau organisasi sendiri, tapi mereka. Harus punya rasa memiliki dan fun,” ungkap Hardika.

Keterbatasan Dana Bukan Alasan Berhenti

Sebagai organisasi non-profit, keterbatasan anggaran memang menjadi tantangan besar. Namun, Hardika menekankan bahwa semangat untuk terus melangkah tidak boleh padam.

“Kita tidak pengin terpaku bahwa anggaran tidak ada, program tidak jalan. Tapi mengoptimalkan anggaran yang ada biar dampak tetap ada dan berkelanjutan. Tantangan itu memang. Tapi kita tidak putus asa, intinya gitu,” katanya.

Masalah lainnya adalah akses lokasi ke daerah 3T yang sangat sulit. “Sama akses ke lokasi daerah. Apalagi daerah 3T. Pernah tim kita sampai empat hari baru sampai lokasi di Pulau Babar, Maluku Barat Daya,” jelasnya.

Baca Juga  Bocoran Jawaban Soal PSE PPG 2025: Apa yang Harus Diperhatikan dalam Experiential Learning?

Atas kiprahnya, Hardika Dwi Hermawan menjadi dosen kedua yang dikunjungi dalam program “Blusukan: Mengunjungi Dosen Inspiratif”, kolaborasi antara Paragon Technology and Innovation dan Kemendikbudristek.

“Alhamdulillah, hari ini berkesempatan untuk blusukan part kedua dosen inspiratif. Jadi total kurang lebih ini silaturahmi kami selama tiga bulan, kurang lebih ada 13 titik, 13 dosen seluruh Indonesia,” ujar Fathiya Khairiya, perwakilan CSR Paragon.

“Harapannya ini menjadi pemantik bagaimana dosen inspiratif ini bisa memberikan inspirasi tidak hanya sesama dosen ataupun mahasiswa tetapi seluruh Indonesia. Harapannya kayak jadi bola salju kebaikan,” tambahnya.

unnamed Desamind, Kobar Dosen UMS Menghidupkan Potensi Desa Indonesia

Leave a Reply