Kontaminasi Bakteri Pemicu Makanan Beracun
Penyebab Keracunan Massal di Bandung Barat
Banyaknya siswa yang mengalami gejala keracunan massal di Bandung Barat diduga disebabkan oleh senyawa nitrit. Gejala tersebut muncul setelah para siswa mengonsumsi hidangan dari Program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang disediakan oleh tiga Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) berbeda. Tim Investigasi Independen BGN menemukan bahwa kadar nitrit dalam sampel sisa makanan sangat tinggi, terutama pada buah melon dan lotek yang menjadi salah satu menu MBG.
Hasil uji toksikologi dari Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Jabar menunjukkan bahwa kadar nitrit mencapai 3,91 mg/L dan 3,54 mg/L pada masing-masing sampel. Jumlah ini jauh melebihi batas maksimum yang ditetapkan oleh standar internasional. Jika mengacu pada standar Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA), batas maksimum nitrit adalah 1 mg/L. Dengan demikian, kadar nitrit dalam sampel makanan tersebut hampir empat kali lipat dari batas aman.
Secara alamiah, beberapa buah dan sayuran memang mengandung nitrit, namun kadar tersebut bisa meningkat akibat aktivitas bakteri yang mengubah nitrat menjadi nitrit atau sebaliknya. Analisis BGN memperkuat temuan ini. Pola gejala yang dialami korban sangat mirip dengan gejala keracunan nitrit.
BGN mencatat bahwa efek pada saluran pencernaan bagian atas seperti mual, muntah, atau nyeri lambung mendominasi gejala, mencapai 36 persen. Sementara itu, gejala diare di saluran cerna bagian bawah tidak dominan. Selain itu, gejala pusing atau kepala terasa ringan yang muncul pada 29 persen korban menunjukkan pelebaran pembuluh darah, yang merupakan ciri khas dari keracunan nitrit.
Gejala lemas dan sesak napas pada sebagian korban juga menunjukkan adanya keracunan nitrit. Hal ini karena senyawa nitrit dapat menyebabkan methemoglobinemia, yaitu kondisi di mana kemampuan hemoglobin dalam darah untuk membawa oksigen berkurang.
Tim investigasi BGN melaporkan bahwa mereka tidak menemukan adanya bakteri jahat penyebab keracunan makanan, seperti Escherichia coli dan Staphylococcus aureus, maupun racun lain seperti sianida, arsen, logam berat, atau pestisida. Temuan ini memperkuat kesimpulan bahwa senyawa nitrit menjadi satu-satunya penyebab utama keracunan.
BGN sebelumnya telah bertemu dengan sejumlah korban dan dokter di Puskesmas Cipongkor dan RSUD Cililin serta mempelajari hasil uji Labkesda Jabar untuk memastikan kesimpulan investigasi.
Faktor yang Mempengaruhi Kadar Nitrit
- Proses Pengolahan Makanan: Kadar nitrit dalam makanan bisa meningkat jika proses pengolahan tidak dilakukan dengan benar, termasuk penyimpanan dan pengemasan.
- Bahan Baku: Beberapa bahan baku alami seperti sayuran tertentu memiliki kadar nitrit alami, tetapi jika tidak dikelola dengan baik, kadar tersebut bisa meningkat.
- Aktivitas Bakteri: Bakteri tertentu dapat mengubah nitrat menjadi nitrit, sehingga meningkatkan kadar senyawa tersebut dalam makanan.
Tindakan Pencegahan
- Peningkatan Pengawasan: Perlu adanya pengawasan ketat terhadap bahan-bahan yang digunakan dalam program makanan bergizi gratis.
- Pelatihan Petugas: Petugas yang menyiapkan makanan harus dilatih untuk memahami risiko nitrit dan cara menghindarinya.
- Pemeriksaan Berkala: Laboratorium perlu melakukan pemeriksaan berkala terhadap makanan yang disajikan agar tidak ada risiko keracunan.
Kesimpulan
Keracunan massal yang menimpa siswa di Bandung Barat disebabkan oleh kadar nitrit yang sangat tinggi dalam makanan yang dikonsumsi. Meskipun secara alami beberapa buah dan sayuran mengandung nitrit, peningkatan kadar tersebut disebabkan oleh faktor-faktor eksternal seperti proses pengolahan dan aktivitas bakteri. Dengan adanya analisis yang dilakukan oleh BGN dan Labkesda Jabar, kejadian ini menjadi peringatan penting untuk meningkatkan pengawasan dan pengelolaan makanan dalam program-program publik.
- Kunci Jawaban Teka-Teki Harian 5 Oktober 2025 Words of Wonders - October 19, 2025
- Komunitas di Kecamatan Keta menyatakan kesiapan untuk kegiatan vaksinasi HPV - October 19, 2025
- Golkar: Al Khoziny Harus Diperbaiki, Bukan Dibangun Lagi - October 19, 2025
Leave a Reply