BGN Umumkan Temuan: Nitrit dalam Melon dan Lotek Sebabkan Keracunan di Bandung Barat

Penyebab Keracunan Makan Bergizi Gratis di Bandung Barat

Tim Investigasi Independen Badan Gizi Nasional (BGN) telah mengungkap penyebab keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menimpa 1.315 orang di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Berdasarkan hasil investigasi, senyawa nitrit menjadi pemicu utama dari insiden ini.

Ketua Tim Investigasi Independen BGN, Karimah Muhammad, menjelaskan bahwa nitrit ditemukan dalam kadar yang sangat tinggi pada buah melon dan lotek (menu sayuran bumbu kacang) dari sampel sisa sekolah. Nitrit adalah senyawa alami yang terdapat di tanah atau makanan, dan secara alami bisa membantu melancarkan aliran darah dalam tubuh. Namun, apabila dikonsumsi dalam jumlah berlebihan, senyawa ini dapat berubah menjadi zat berbahaya yang berpotensi menyebabkan kanker.

Investigasi kasus ini dilakukan dengan mempertemukan para korban, dokter yang menangani mereka di Puskesmas Cipongkor dan RSUD Cililin. Tim juga mempelajari pola gejala utama yang dialami oleh para korban. Selain itu, tim mengecek obat-obatan yang diberikan di puskesmas dan rumah sakit serta mempelajari hasil uji mikrobiologi dan toksikologi dari Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Jawa Barat. Hasil uji tersebut mengungkapkan bahwa kadar nitrit dalam sampel mencapai 3,91 dan 3,54 mg/l. Jika merujuk pada standar EPA (US Environmental Protection Agency), batas maksimum nitrit yang boleh dikonsumsi dalam minuman adalah 1 mg/l, sedangkan otoritas kesehatan di Kanada menetapkan 3 mg/l.

“Jadi, jika merujuk pada standar EPA, maka kadar nitrit dalam sampel sisa makanan di sekolah hampir empat kali lipat dari batas maksimum,” ujar Karimah.

Gejala pusing atau kepala terasa ringan muncul karena pelebaran pembuluh darah, yang merupakan ciri dari keracunan nitrit. Gejala ini menunjukkan prosentase cukup besar, sebanyak 29%, dan berada di peringkat kedua setelah gejala di saluran pencernaan bagian atas. Selain itu, gejala lemas dan sesak napas yang dikeluhkan sebagian korban juga menunjukkan adanya keracunan nitrit. Nitrit dapat menyebabkan methemoglobinemia, di mana kemampuan hemoglobin untuk membawa oksigen berkurang, sehingga sel-sel tubuh merasa lemas dan di paru-paru terasa sesak.

Baca Juga  Nitrit dalam Melon dan Lotek Picu Keracunan MBG di Bandung Barat

Meskipun demikian, Tim Investigasi Independen BGN tidak menemukan bakteri jahat seperti Eschericia coli, Staphylococcus aureus, dan Bacillus cereus. Tim juga tidak menemukan racun sianida, arsen, logam berat, atau pestisida, kecuali nitrit dalam uji toksikologi. Karimah menegaskan bahwa dampak nitrit bisa berbeda-beda pada setiap individu, tergantung kondisi kesehatan masing-masing anak.

Masalah dalam Kasus Keracunan di Garut

Sementara itu, tiga pekan sejak peristiwa keracunan massal yang menimpa ratusan siswa di Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, penyebab utama insiden tersebut masih belum bisa dipastikan. Hal ini disebabkan oleh ketidaksesuaian sampel makanan yang diperiksa di laboratorium dengan menu yang dikonsumsi saat kejadian berlangsung.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Garut sekaligus Ketua Satgas SPPG Kabupaten Garut, Nurdin Yana, mengungkapkan bahwa sampel makanan yang dikirim ke Lembaga Aplikasi dan Inovasi Sains Data (Lapisda) Bandung bukan berasal dari hari kejadian. “Yang diperiksa itu justru makanan dari hari berikutnya, bukan dari hari kejadian tanggal 16 September,” kata Nurdin.

Menurut dia, seharusnya sampel makanan yang diperiksa berasal dari sisa hidangan saat peristiwa keracunan terjadi. Namun, karena makanan sudah habis dan tidak tersedia bank makanan atau cadangan, pengambilan sampel dilakukan dari menu yang disajikan keesokan harinya. Akibatnya, hasil pemeriksaan laboratorium pun tidak bisa dijadikan dasar kesimpulan.

“Hasilnya memang negatif karena bukan itu yang dikonsumsi siswa saat kejadian. Maka itu, hasil lab tidak bisa dijadikan acuan utama untuk memastikan penyebab keracunan,” ujarnya.

Ia menegaskan, kondisi ini menjadi kendala besar dalam mengungkap penyebab pasti keracunan yang dialami oleh 657 siswa tersebut. Selain itu, upaya analisis lebih lanjut juga terkendala oleh ditolaknya sampel muntahan korban oleh pihak Lapisda Bandung.

Baca Juga  Dekonstruksi Kimiawi Bau: Dari Molekul hingga Solusi Ilmiah

Nurdin mengakui, kondisi ini semakin mempersempit ruang investigasi laboratorium untuk mengidentifikasi unsur berbahaya yang mungkin terkandung dalam makanan dan menyebabkan ratusan siswa keracunan.

Peristiwa Serupa Terulang

Belum usai upaya penyelidikan kasus keracunan 657 siswa di Kadungora akibat MBG jilid 1, peristiwa serupa kembali terjadi, Selasa 30 September 2025 kemarin. Total korban keracunan MBG kali ini mencapai 307 orang.

Para korban menjalani perawatan di tiga tempat layanan kesehatan, yakni Puskesmas Kadungora, Puskesmas Leles, dan RSUD dr Slamet Garut. Dari jumlah tersebut, hanya 2 orang yang menjalani perawatan di RSUD dr. Slamet Garut, sedangkan yang lainnya sudah pulang karena kondisinya sudah membaik.

unnamed BGN Umumkan Temuan: Nitrit dalam Melon dan Lotek Sebabkan Keracunan di Bandung Barat

Leave a Reply