Pendahuluan
Dalam era modern yang semakin bergantung pada energi listrik, teknologi penyimpanan energi menjadi komponen krusial dalam sistem kelistrikan global. Baterai sebagai perangkat penyimpan listrik telah mengalami evolusi signifikan sejak penemuan pertama kali hingga aplikasi canggih saat ini. Artikel ini akan membahas secara komprehensif tentang prinsip kerja, jenis-jenis, teknologi terkini, serta aplikasi baterai penyimpan listrik dalam berbagai aspek kehidupan.
Konsep Dasar Baterai dan Penyimpanan Energi Listrik
Definisi dan Prinsip Kerja
Baterai adalah perangkat elektrokimia yang mampu mengubah energi kimia menjadi energi listrik melalui reaksi reduksi-oksidasi (redoks). Sistem ini terdiri dari dua elektroda (anoda dan katoda) yang dipisahkan oleh elektrolit. Ketika baterai mengalami discharge (pengosongan), elektron mengalir dari anoda ke katoda melalui sirkuit eksternal, menghasilkan arus listrik yang dapat dimanfaatkan.
Proses kebalikannya, yaitu charging (pengisian), melibatkan pembalikan aliran elektron dengan memberikan energi listrik dari luar untuk mengembalikan bahan kimia ke kondisi awal. Efisiensi proses charge-discharge ini menjadi parameter penting dalam menentukan kualitas sebuah baterai.
Komponen Utama Baterai
Setiap baterai memiliki empat komponen fundamental:
Anoda (Elektroda Negatif): Merupakan tempat terjadinya reaksi oksidasi, di mana material kehilangan elektron. Dalam baterai lithium-ion, anoda umumnya terbuat dari grafit.
Katoda (Elektroda Positif): Tempat terjadinya reaksi reduksi yang menerima elektron. Material katoda bervariasi tergantung jenis baterai, seperti lithium cobalt oxide (LiCoO₂) atau lithium iron phosphate (LiFePO₄).
Elektrolit: Media yang memfasilitasi pergerakan ion antara anoda dan katoda. Elektrolit dapat berupa cairan, gel, atau padatan, dan harus memiliki konduktivitas ionik tinggi namun konduktivitas elektronik rendah.
Separator: Membran berpori yang memisahkan anoda dan katoda untuk mencegah short circuit, namun tetap memungkinkan pergerakan ion.
Klasifikasi Baterai Penyimpan Listrik
Baterai Primer (Non-Rechargeable)
Baterai primer dirancang untuk penggunaan sekali pakai dan tidak dapat diisi ulang. Jenis ini masih banyak digunakan karena keunggulan tertentu:
Baterai Alkaline: Menggunakan zinc sebagai anoda dan mangan dioksida sebagai katoda dengan elektrolit kalium hidroksida. Baterai ini populer untuk perangkat portable seperti remote control dan senter karena kapasitas tinggi dan harga terjangkau.
Baterai Lithium Primer: Menawarkan densitas energi lebih tinggi dibanding alkaline dengan voltase nominal 3V. Cocok untuk perangkat yang membutuhkan daya konstan dalam waktu lama seperti kamera digital dan perangkat medis.
Baterai Zinc-Carbon: Versi ekonomis dengan kinerja lebih rendah, umumnya digunakan untuk aplikasi low-drain seperti jam dinding dan mainan sederhana.
Baterai Sekunder (Rechargeable)
Baterai sekunder dapat diisi ulang berkali-kali, menjadikannya pilihan ekonomis dan ramah lingkungan untuk penggunaan jangka panjang:
Baterai Lead-Acid (Timbal-Asam): Teknologi tertua yang masih digunakan luas, terutama untuk aki kendaraan bermotor. Meskipun berat dan mengandung material beracun, baterai ini menawarkan arus tinggi yang diperlukan untuk starter motor dan memiliki biaya per watt-hour yang rendah.
Baterai Nickel-Cadmium (NiCd): Dikenal dengan daya tahan siklus charge-discharge yang tinggi (hingga 2000 siklus) dan performa baik pada suhu ekstrim. Namun, efek memory dan kandungan kadmium beracun menjadi kelemahan utama.
Baterai Nickel-Metal Hydride (NiMH): Pengembangan dari NiCd dengan kapasitas 2-3 kali lebih besar dan lebih ramah lingkungan. Banyak digunakan pada kendaraan hybrid seperti Toyota Prius generasi awal.
Baterai Lithium-Ion (Li-ion): Standar industri untuk elektronik portable dan kendaraan listrik modern karena densitas energi tinggi (150-250 Wh/kg), self-discharge rendah, dan tidak ada efek memory. Variasi kimia katoda menghasilkan karakteristik berbeda untuk aplikasi spesifik.
Baterai Lithium Polymer (LiPo): Menggunakan elektrolit polymer yang memungkinkan desain tipis dan fleksibel. Populer untuk drone, smartphone, dan perangkat wearable karena form factor yang dapat disesuaikan.
Baterai Solid-State: Teknologi terdepan yang mengganti elektrolit cair dengan solid electrolyte, menjanjikan keamanan lebih tinggi, densitas energi superior, dan masa pakai lebih panjang. Masih dalam tahap pengembangan intensif untuk komersialisasi.
Parameter Teknis dan Karakteristik Baterai
Kapasitas dan Energi
Kapasitas Nominal: Diukur dalam ampere-hour (Ah) atau milliampere-hour (mAh), menunjukkan jumlah muatan listrik yang dapat disimpan. Baterai smartphone modern umumnya memiliki kapasitas 3000-5000 mAh.
Energi Spesifik: Dinyatakan dalam watt-hour per kilogram (Wh/kg), mengindikasikan berapa banyak energi yang dapat disimpan per unit massa. Parameter ini krusial untuk aplikasi mobile yang mengutamakan bobot ringan.
Densitas Energi: Diukur dalam watt-hour per liter (Wh/L), menunjukkan energi per unit volume. Penting untuk aplikasi dengan keterbatasan ruang.
Voltase dan Tegangan
Setiap kimia baterai memiliki voltase nominal karakteristik: 1.2V untuk NiMH, 3.6-3.7V untuk Li-ion, dan 2V untuk lead-acid per sel. Baterai dapat dikonfigurasi secara seri untuk meningkatkan voltase atau paralel untuk meningkatkan kapasitas sesuai kebutuhan aplikasi.
Siklus Hidup dan Degradasi
Cycle life mengacu pada jumlah siklus charge-discharge penuh yang dapat dilakukan sebelum kapasitas turun di bawah 80% dari nilai awal. Baterai Li-ion berkualitas tinggi dapat bertahan 500-1000 siklus penuh, sementara beberapa chemistry seperti LiFePO₄ dapat mencapai lebih dari 2000 siklus.
Degradasi baterai terjadi melalui beberapa mekanisme: pembentukan solid electrolyte interphase (SEI) layer, dendrite growth, dekomposisi elektrolit, dan stress mekanis pada material elektroda. Faktor eksternal seperti suhu tinggi, overcharging, dan deep discharge mempercepat degradasi.
Efisiensi Round-Trip
Efisiensi round-trip mengukur persentase energi yang dapat dikembalikan dibanding energi yang dimasukkan saat charging. Baterai Li-ion modern mencapai efisiensi 90-95%, sedangkan lead-acid sekitar 70-85%. Parameter ini penting untuk sistem penyimpanan energi skala besar.
C-Rate dan Performa Daya
C-rate menunjukkan laju discharge atau charge relatif terhadap kapasitas baterai. 1C berarti baterai akan fully discharged dalam 1 jam, 0.5C dalam 2 jam, dan 2C dalam 30 menit. Baterai berkinerja tinggi untuk aplikasi power-intensive seperti power tools atau kendaraan listrik performa tinggi harus mampu menangani C-rate tinggi (5C-10C atau lebih).
Teknologi Manajemen Baterai (Battery Management System)
Fungsi dan Komponen BMS
Battery Management System (BMS) adalah sistem elektronik vital yang memonitor dan mengendalikan operasi baterai, terutama untuk konfigurasi multi-sel. Fungsi utama BMS meliputi:
Monitoring: Pengukuran real-time voltase setiap sel, arus total, temperatur di berbagai titik, dan estimasi state of charge (SOC) serta state of health (SOH).
Proteksi: Mencegah kondisi berbahaya seperti overcharge, over-discharge, overcurrent, dan overheating yang dapat menyebabkan kerusakan permanen atau bahaya keamanan.
Cell Balancing: Menyeimbangkan kapasitas antar sel dalam pack untuk memaksimalkan utilisasi energi dan memperpanjang umur baterai. Terdapat dua metode: passive balancing (dissipative) dan active balancing (redistributive).
Komunikasi: Interface dengan sistem eksternal untuk pelaporan status dan kontrol, biasanya melalui protokol CAN bus, I²C, atau Bluetooth.
Thermal Management
Manajemen termal krusial untuk performa dan keamanan baterai. Temperatur optimal operasi Li-ion adalah 15-35°C. Sistem thermal management dapat berupa:
- Pendinginan pasif: Menggunakan heat sink dan konveksi alami
- Pendinginan aktif udara: Fan-forced cooling untuk aplikasi menengah
- Pendinginan cairan: Liquid cooling untuk aplikasi high-performance seperti kendaraan listrik premium
- Phase change materials: Material yang menyerap panas melalui perubahan fase
Algoritma Estimasi SOC dan SOH
State of Charge (SOC) adalah persentase kapasitas tersedia relatif terhadap kapasitas penuh, analog dengan fuel gauge. Metode estimasi SOC meliputi:
- Coulomb counting: Mengintegrasikan arus terhadap waktu
- Open Circuit Voltage (OCV): Korelasi antara voltase tanpa beban dan SOC
- Kalman filtering: Metode probabilistik yang menggabungkan multiple measurements
- Machine learning: Pendekatan modern menggunakan neural networks untuk akurasi lebih tinggi
State of Health (SOH) mengindikasikan kondisi baterai dibanding kondisi baru, mempertimbangkan kapasitas fade dan impedance rise.
Aplikasi Baterai dalam Berbagai Sektor
Transportasi Elektrik
Kendaraan Listrik (EV): Baterai Li-ion mendominasi sektor ini dengan terus evolusi menuju densitas energi lebih tinggi dan biaya lebih rendah. Tesla Model 3 Long Range menggunakan pack baterai ~75 kWh dengan chemistry NCA (Nickel Cobalt Aluminum), sementara beberapa produsen Tiongkok mengadopsi LFP (Lithium Iron Phosphate) untuk model entry-level karena keamanan superior dan biaya lebih rendah.
Hybrid dan Plug-in Hybrid: Menggunakan baterai kapasitas lebih kecil (1-15 kWh) dikombinasikan dengan mesin pembakaran internal. Baterai harus mampu charge-discharge cepat untuk rekuperasi energi pengereman.
Sepeda Listrik dan E-Scooter: Micromobility menggunakan baterai 300-800Wh, umumnya format 36V atau 48V dengan chemistry Li-ion cylindrical cells atau pouch cells.
Pesawat dan UAV: Aplikasi aerospace menuntut power-to-weight ratio ekstrim. Drone racing menggunakan LiPo dengan discharge rate hingga 100C, sementara pengembangan pesawat elektrik komersial memerlukan breakthrough dalam teknologi baterai.
Elektronik Portable dan Wearables
Smartphone, laptop, tablet, dan smartwatch menggunakan baterai LiPo atau Li-ion prismatic untuk memaksimalkan utilisasi ruang internal. Fast charging technology seperti Qualcomm Quick Charge dan USB Power Delivery memungkinkan pengisian 50-80% dalam 30 menit.
Sistem Penyimpanan Energi Stasioner (ESS)
Grid-Scale Storage: Instalasi MW hingga GW-scale untuk load shifting, frequency regulation, dan integrasi renewable energy. Proyek seperti Hornsdale Power Reserve di Australia (150MW/194MWh) menggunakan Tesla Megapack.
Residential Energy Storage: Sistem seperti Tesla Powerwall (13.5 kWh) memungkinkan penyimpanan energi solar untuk digunakan malam hari atau saat outage, meningkatkan self-consumption ratio.
Commercial and Industrial (C&I): Aplikasi peak shaving untuk mengurangi demand charges dan backup power untuk critical loads seperti data center dan fasilitas kesehatan.
Aplikasi Khusus
Perangkat Medis: Implantable devices seperti pacemaker menggunakan lithium primary batteries dengan lifetime 7-10 tahun. Portable medical equipment memerlukan baterai dengan reliability tinggi.
Power Tools: Cordless tools menggunakan baterai 18-60V dengan high discharge capability untuk aplikasi heavy-duty.
UPS (Uninterruptible Power Supply): Tradisional menggunakan lead-acid, namun beralih ke Li-ion untuk efisiensi lebih tinggi dan footprint lebih kecil.
Perkembangan Teknologi dan Riset Terkini
Baterai Generasi Berikutnya
Lithium-Sulfur (Li-S): Menjanjikan densitas energi teoritis hingga 2600 Wh/kg, lima kali Li-ion konvensional. Challenge utama adalah polysulfide dissolution yang mengurangi cycle life.
Lithium-Air (Li-O₂): Potensi densitas energi tertinggi (~3500 Wh/kg) mendekati bensin. Masih menghadapi isu fundamental dalam stabilitas dan reversibilitas reaksi.
Sodium-Ion: Alternatif Li-ion menggunakan sodium yang lebih abundant dan murah. CATL telah mengkomersialkan baterai Na-ion dengan densitas energi 160 Wh/kg untuk aplikasi entry-level EV dan ESS.
Aluminum-Ion: Research intensif karena aluminum berlimpah, aman, dan berpotensi three-electron transfer. Masih dalam tahap early development.
Teknologi Material Canggih
Silicon Anode: Mengganti grafit dengan silicon untuk meningkatkan kapasitas hingga 10x. Challenge utama adalah volume expansion (~300%) saat lithiation yang menyebabkan cracking. Pendekatan nano-structured silicon dan silicon-carbon composite sedang dikembangkan.
High-Nickel Cathodes: Tren ke NMC 811 (80% Nickel, 10% Manganese, 10% Cobalt) dan bahkan NMC 9½½ untuk meningkatkan densitas energi sambil mengurangi ketergantungan pada cobalt yang mahal dan kontroversial.
Solid Electrolytes: Ceramic electrolytes seperti LLZO (Lithium Lanthanum Zirconium Oxide) dan polymer electrolytes dikembangkan untuk mengeliminasi risiko kebocoran dan thermal runaway.
Teknologi Manufaktur
Dry Electrode Coating: Tesla Maxwell’s technology mengeliminasi penggunaan solvent dalam proses coating, mengurangi biaya energi dan footprint manufaktur.
Cell-to-Pack dan Cell-to-Body: Integrasi langsung sel ke pack atau struktur kendaraan untuk meningkatkan densitas energi level sistem hingga 30%.
AI-Driven Design: Machine learning untuk mempercepat discovery material baru dan optimisasi desain sel.
Aspek Lingkungan dan Keberlanjutan
Jejak Karbon Produksi Baterai
Produksi baterai Li-ion intensif energi, dengan carbon footprint 50-200 kg CO₂-eq per kWh tergantung sumber energi manufaktur. Namun, analisis life-cycle menunjukkan EV tetap lebih rendah emisi total dibanding kendaraan ICE bahkan dengan grid mix saat ini.
Daur Ulang dan Ekonomi Sirkular
Infrastruktur recycling baterai menjadi prioritas dengan estimasi jutaan ton EV batteries akan mencapai end-of-life dekade ini. Metode recycling meliputi:
Pyrometallurgy: Proses temperatur tinggi untuk recover logam berharga dengan recovery rate 50-70%.
Hydrometallurgy: Proses kimia dengan recovery rate hingga 95% untuk lithium, cobalt, nickel, dan manganese.
Direct Recycling: Pendekatan inovatif untuk regenerasi material katoda tanpa breakdown complete, mempertahankan struktur kristal dan mengurangi konsumsi energi.
Isu Sosial dan Etika
Penambangan cobalt di DRC (Democratic Republic of Congo) menghadapi scrutiny karena isu child labor dan kondisi kerja berbahaya. Industri bergerak menuju reduced-cobalt atau cobalt-free chemistries, dan implementasi responsible sourcing programs.
Second-Life Applications
Baterai EV yang tidak lagi memenuhi standar otomotif (biasanya di bawah 80% kapasitas) masih viable untuk stationary storage yang kurang demanding. Proyek-proyek repurposing mengkonversi EV batteries menjadi grid storage atau residential ESS, memperpanjang useful life dan meningkatkan value proposition.
Keamanan dan Standar Regulasi
Risiko dan Mekanisme Kegagalan
Thermal Runaway: Reaksi eksotermis yang self-propagating jika baterai mencapai temperatur kritis (~130°C untuk Li-ion). Dapat dipicu oleh internal short, overcharge, external heating, atau physical damage.
Venting dan Off-Gassing: Pada kondisi abuse, elektrolit dan material lain dapat terdekomposisi menghasilkan gas flammable dan toxic.
Mechanical Failure: Penetrasi, crushing, atau impact dapat menyebabkan internal short circuit dengan konsekuensi katastrofik.
Standar dan Sertifikasi
UN38.3: Standar international untuk transport baterai lithium, mensyaratkan altitude simulation, thermal testing, vibration, shock, external short circuit, impact, dan overcharge tests.
IEC 62133: Safety requirements untuk portable sealed cells dan batteries untuk portable applications.
UL 9540: Standar comprehensive untuk energy storage systems mencakup fire safety, electrical safety, dan functional safety.
ISO 26262: Automotive functional safety standard yang applicable untuk BMS dan battery systems dalam vehicles.
Desain untuk Keamanan
Strategi multi-layer safety meliputi: cell-level safety features (CID, PTC, vent), module-level thermal management, pack-level fire barriers, dan system-level BMS protection. Beberapa produsen mengimplementasikan firewalls antar modul untuk mencegah propagasi thermal runaway.
Ekonomi dan Dinamika Pasar
Tren Penurunan Harga
Harga baterai Li-ion telah turun 97% sejak 1991, dari ~$7500/kWh menjadi ~$130/kWh pada 2023. Learning curve menunjukkan setiap penggandaan cumulative production menghasilkan 18-20% cost reduction. Target industri adalah mencapai <$100/kWh untuk mencapai price parity dengan ICE vehicles.
Rantai Pasok dan Geopolitik
Rantai pasok baterai didominasi China yang menguasai 70-80% processing material baku dan 75% manufaktur sel. Negara-negara Barat dan Jepang/Korea berupaya membangun domestic supply chains melalui incentives dan industrial policy untuk mengurangi ketergantungan strategis.
Proyeksi Permintaan
BloombergNEF memproyeksikan permintaan global baterai akan mencapai 4500 GWh pada 2030, naik dari ~600 GWh pada 2022. Pertumbuhan didorong elektrisfikasi transport (70%) dan deployment ESS (30%).
Panduan Praktis Penggunaan dan Perawatan
Best Practices untuk Memperpanjang Umur Baterai
Hindari Extreme SOC: Operasikan baterai antara 20-80% SOC untuk meminimalkan stress. Beberapa produsen EV mengimplementasikan buffer zones untuk melindungi sel.
Temperatur Management: Hindari charging pada temperatur ekstrim. Ideal charging temperature adalah 10-30°C. Beberapa EVs memiliki pre-conditioning untuk warming battery sebelum fast charging.
Moderate Charging Speed: Frequent DC fast charging (>1C rate) mempercepat degradasi. Gunakan Level 2 (AC) charging untuk daily use.
Storage Conditions: Untuk penyimpanan jangka panjang, maintain 40-60% SOC dan simpan di tempat sejuk (15°C ideal).
Troubleshooting Umum
Rapid SOC Drop: Indikasi cell imbalance atau BMS miscalibration. Perform full charge-discharge cycle untuk recalibration.
Swelling: Tanda degradasi serius atau gas generation. Hentikan penggunaan dan ganti baterai untuk mencegah fire risk.
Reduced Capacity: Natural aging, tetapi accelerated capacity fade mengindikasikan operational issues atau quality defect.
Masa Depan Sistem Penyimpanan Energi
Integrasi dengan Renewable Energy
Intermittency solar dan wind memerlukan storage untuk reliable power delivery. Kombinasi renewables + storage mencapai grid parity dengan fossil fuels di banyak markets. Virtual power plants mengagregasi distributed storage untuk grid services.
Vehicle-to-Grid (V2G) Technology
Bi-directional charging memungkinkan EV batteries menyuplai power ke grid saat peak demand, menciptakan distributed energy resource dan additional revenue stream untuk pemilik EV.
Beyond Lithium-Ion
Meskipun Li-ion akan dominan 10-15 tahun ke depan, teknologi alternatif seperti solid-state, metal-air, dan flow batteries untuk aplikasi spesifik akan gradually dikomersialkan, menawarkan safety superior, densitas energi lebih tinggi, atau economics lebih baik.
Smart Grid dan Energy Management
AI-powered energy management systems akan mengoptimalkan charging patterns, arbitrase energi, dan participate dalam ancillary services markets, memaksimalkan value dari battery assets.
Kesimpulan
Baterai penyimpan listrik telah bertransformasi dari simple electrochemical devices menjadi enabling technology untuk global energy transition. Konvergensi material science, advanced manufacturing, sophisticated electronics, dan intelligent software telah menghasilkan sistem penyimpanan energi yang powerful, affordable, dan increasingly sustainable.
Tantangan tersisa meliputi further cost reduction, peningkatan densitas energi, perpanjangan cycle life, improvement keamanan, dan establishment of comprehensive recycling infrastructure. Namun, trajectory development menunjukkan prospek sangat promising untuk aplikasi yang lebih luas—dari portable electronics hingga grid-scale storage yang mengintegrasikan renewable energy.
Pemahaman komprehensif tentang teknologi baterai tidak hanya relevan bagi professionals di bidang engineering dan energy, tetapi juga bagi consumers yang semakin interact dengan battery-powered devices dan vehicles dalam kehidupan sehari-hari. Dengan continue innovation dan responsible deployment, baterai akan memainkan peran sentral dalam sustainable energy future.
Daftar Pustaka
- Armand, M., & Tarascon, J. M. (2008). Building better batteries. Nature, 451(7179), 652-657. doi:10.1038/451652a
- Blomgren, G. E. (2017). The development and future of lithium ion batteries. Journal of The Electrochemical Society, 164(1), A5019-A5025. doi:10.1149/2.0251701jes
- Chen, Y., Kang, Y., Zhao, Y., Wang, L., Liu, J., Li, Y., … & Li, F. (2021). A review of lithium-ion battery safety concerns: The issues, strategies, and testing standards. Journal of Energy Chemistry, 59, 83-99. doi:10.1016/j.jechem.2020.10.017
- Deng, D. (2015). Li-ion batteries: Basics, progress, and challenges. Energy Science & Engineering, 3(5), 385-418. doi:10.1002/ese3.95
- Goodenough, J. B., & Park, K. S. (2013). The Li-ion rechargeable battery: A perspective. Journal of the American Chemical Society, 135(4), 1167-1176. doi:10.1021/ja3091438
- International Energy Agency. (2023). Global EV Outlook 2023: Catching up with climate ambitions. Paris: IEA Publications.
- Janek, J., & Zeier, W. G. (2016). A solid future for battery development. Nature Energy, 1(9), 16141. doi:10.1038/nenergy.2016.141
- Manthiram, A. (2020). A reflection on lithium-ion battery cathode chemistry. Nature Communications, 11(1), 1550. doi:10.1038/s41467-020-15355-0
- Nykvist, B., & Nilsson, M. (2015). Rapidly falling costs of battery packs for electric vehicles. Nature Climate Change, 5(4), 329-332. doi:10.1038/nclimate2564
- Olivetti, E. A., Ceder, G., Gaustad, G. G., & Fu, X. (2017). Lithium-ion battery supply chain considerations: Analysis of potential bottlenecks in critical metals. Joule, 1(2), 229-243. doi:10.1016/j.joule.2017.08.019
- Schmuch, R., Wagner, R., Hörpel, G., Placke, T., & Winter, M. (2018). Performance and cost of materials for lithium-based rechargeable automotive batteries. Nature Energy, 3(4), 267-278. doi:10.1038/s41560-018-0107-2
- Scrosati, B., & Garche, J. (2010). Lithium batteries: Status, prospects and future. Journal of Power Sources, 195(9), 2419-2430. doi:10.1016/j.jpowsour.2009.11.048
- Sun, Y. K., Myung, S. T., Park, B. C., Prakash, J., Belharouak, I., & Amine, K. (2009). High-energy cathode material for long-life and safe lithium batteries. Nature Materials, 8(4), 320-324. doi:10.1038/nmat2418
- Tarascon, J. M., & Armand, M. (2001). Issues and challenges facing rechargeable lithium batteries. Nature, 414(6861), 359-367. doi:10.1038/35104644
- Winter, M., Barnett, B., & Xu, K. (2018). Before Li ion batteries. Chemical Reviews, 118(23), 11433-11456. doi:10.1021/acs.chemrev.8b00422
- Xu, K. (2014). Electrolytes and interphases in Li-ion batteries and beyond. Chemical Reviews, 114(23), 11503-11618. doi:10.1021/cr500003w
- Zubi, G., Dufo-López, R., Carvalho, M., & Pasaoglu, G. (2018). The lithium-ion battery: State of the art and future perspectives. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 89, 292-308. doi:10.1016/j.rser.2018.03.002
- BloombergNEF. (2023). Battery Price Survey 2023. Bloomberg Finance L.P.
- International Electrotechnical Commission. (2017). IEC 62133-2:2017 Secondary cells and batteries containing alkaline or other non-acid electrolytes – Safety requirements for portable sealed secondary cells, and for batteries made from them, for use in portable applications – Part 2: Lithium systems. Geneva: IEC.
- United Nations. (2019). UN Manual of Tests and Criteria, Seventh revised edition – Transport of Dangerous Goods. New York and Geneva: United Nations Publications.
- MTs Aqidatunnajin Juara Umum Pentas PAI 2025, Ketua DPRD Lingga Tutup Acara - October 25, 2025
- Bunga Bangkai Mekar di Jaksel, Warga Tak Pernah Tanam - October 25, 2025
- Harapan bagi korban sebagai Vihiga meluncurkan pusat pemulihan kekerasan berbasis gender pertama - October 25, 2025

