Posted on Leave a comment

MENJAGA BUMI DENGAN HEMAT LISTRIK

MENJAGA BUMI DENGAN HEMAT LISTRIK

“Kalau selesai ngecas handphone, dicabut ya chargernya!”,
“Udah siang masih aja nyalain lampu, matikan dong!”,
“Kalau nggak nonton, mending dimatikan televisinya!”,

Banyak banget himbauan buat menghemat energi loh, terutama energi listrik. Mengapa, sih? Apakah benar menjaga bumi dengan hemat listrik ?

Yuk kita bahas!!

Seiring perkembangan zaman, listrik semakin menjadi konsumsi mendasar bagi masyarakat. Berbagai macam alat elektronik yang kita gunakan setiap harinya, seperti televisi, handphone, komputer/laptop, kulkas, lampu, bahkan air conditioner/AC membutuhkan listrik sebagai sumber energi.

APA ITU LISTRIK?

Istilah listrik (bahasa Inggris: electricity) berasal dari kata elektron yang dalam bahasa Yunani berarti batu ambar. Listrik dapat didefinisikan sebagai elektron yang mengalir pada sebuah penghantar (konduktor) dalam suatu rangkaian.

Listrik = aliran atau pergerakan elektron

(Baca juga Mengubah Polusi Menjadi Energi Listrik )

SEJARAH LISTRIK

Penemuan batu ambar oleh seorang ahli matematika Yunani kuno, Thales of Miletus (625-547 SM), menjadi awal ditemukannya listrik. Ketika itu, Thales mengambil batu ambar yang berwarna kuning yang terbentuk dari gumpalan damar yang mengeras. Kemudian ia menggosok-gosok batu tersebut dengan kain wol. Tanpa diduga, bulu ayam yang berada di sekitarnya tertarik dan menempel pada batu ambar tersebut. Thales mengemukakan fenomena tersebut sebagai gejala kelistrikan.

Ingat ya, listrik yang dimaksud di sini adalah benda satu yang dapat menarik benda yang lain.

Setelah bertahun-tahun sejak pengamatan Thales, pada tahun 1600, William Gilbert (1544-1603), dokter dan ahli fisika Inggris, menerbitkan ”De Magnete, Magneticisque Corporibus, et de Magno Magnete Tellure” dalam bahasa Latin. Di dalamnya berisikan laporan lengkap tentang penelitianya pada bidang magnet dan daya tarik listrik. Pada karya tersebut, Gilbert berpendapat bahwa listrik dan magnet bukanlah hal yang sama.

Akan tetapi, pada tahun 1820, Hans Christian Oersted (1777-1851), seorang ahli fisika dan kimia Denmark, menemukan hubungan antara listrik dan magnet. Melalui eksperimen, Oersted berhasil membuktikan bahwa penghantar yang berarus listrik dapat menghasilkan medan magnetik.

Demikian juga sebaliknya, listrik dapat dihasilkan dari magnet. Hal tersebut telah dibuktikan oleh seorang ahli fisika dan kimia Inggris, Michael Faraday (1791-1867). Pada tahun 1831, Faraday melakukan eksperimen tentang interaksi antara magnet dan kumparan kawat penghantar. Sebatang magnet yang dimaju-mundurkan di antara kumparan kawat tak berarus listrik ternyata dapat mengimbas arus listrik mengalir pada kumparan kawat tersebut.

Peristiwa tersebut dikenal dengan induksi elektromagnetik, sebuah prinsip di balik pembangkit listrik yang komponen utamanya adalah generator. Atas penemuannya inilah, Faraday mendapat julukan “Bapak Listrik”.

MENJAGA BUMI DENGAN HEMAT LISTRIK

MENGAPA HARUS HEMAT LISTRIK?

Listrik yang saat ini kita gunakan berasal dari pembangkit listrik. Pembangkit listrik adalah alat yang dapat menghasilkan energi listrik dari suatu sumber tertentu, salah satunya adalah bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas.

Mengutip dari wwf.or.id, lebih dari sepertiga listrik dunia dibangkitkan dari batubara, termasuk Indonesia. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arcandra Tahar, menyatakan bahwa batu bara masih akan menjadi sumber energi utama untuk pembangkit listrik di Indonesia hingga tahun 2050. Hal ini dikarenakan batu bara masih menjadi energi yang sangat murah dibandingkan dengan sumber energi baru dan terbarukan (EBT).

Kendati harganya yang murah, pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang berbahan batu bara—dan pembangkit listrik berbahan bakar fosil lainnya—menghasilkan gas karbondioksida (CO2) yang dilepaskan ke atmosfer sebagai sisa pembakaran. Artinya, sektor kelistrikan juga turut menyumbang gas rumah kaca (CO2) sebagai penyebab pemanasan global.

Dengan kita menghemat listrik dan menggunakannya dengan bijak, maka kita dapat mengurangi emisi CO2 yang dihasilkan dari sektor ini.

Selain itu, perubahan kebijakan untuk beralih ke pembangkit listrik yang lebih ramah lingkungan akan membantu menurunkan angka persentase emisi CO2 dari sektor ini.

Baru-baru ini, data ketenagalistrikan global terbaru mengungkapkan temuan mengejutkan pada 2019 ketika emisi CO2 dari sektor ini turun 2%.

Studi yang diterbitkan situs ROUTERS (London) pada Senin, 8 Maret 2020, merilis bahwa penyebab penurunan emisi CO2 ini lantaran berkurangnya penggunaan energi batu bara sebagai pembangkit listrik di kawasan Amerika Serikat dan Eropa. PLTU batu bara di AS jatuh karena adanya peralihan ke gas. Sedangkan di Uni Eropa terjadi karena peralihan dari batu bara ke angin dan matahari.

BAGAIMANA DENGAN INDONESIA?

Pembangkit listrik di Indonesia masih didominasi oleh PLTU berbahan batu bara, yakni 48% dari total kapasitas pembangkit di dalam negeri. Kemudian diikuti oleh pembangkit listrik tenaga Gas dan uap (22%), diesel (11%), gas, serta mesin dan gas (8%). Sementara pembangkit listrik energi terbarukan, seperti PLTA, PLTS, PLTMH, PLTBio, dan PLTP memegang angka sekitar 12%.

Persentase kecil dari energi terbarukan diakibatkan karena mahalnya biaya pembangkitan energi tersebut. Pemerintah masih belum bisa beralih dari energi murah menjadi EBT yang relatif lebih mahal.

Nah, ayo kita dukung Pemerintah agar segera beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan. Dengan kita menghemat konsumsi listrik, maka kita akan menekan permintaan listrik yang terus meningkat. Nah, dari sini kita bisa mengurangi emisi CO2 dari sektor kelistrikan. Bisa jadi dengan permintaan listrik yang tidak begitu melonjak, Pemerintah akan segera beralih ke energi terbarukan.

THINK — ACT —SAVE

Dengan berpikir dan bertindak dengan bijak, kita bisa ikut menjaga Bumi dari pemanasan global.

Sekian ya, semoga artikel MENJAGA BUMI DENGAN HEMAT LISTRIK brrmanfaat bagi kalian, terimakasih.

BACA JUGA: BERPIKIR KRITIS: PLASTIK DAN LINGKUNGAN

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.