Posted on Leave a comment

Ketahanan Pangan Menjadi Terancam Akibat Meningkatnya Keasaman Laut Karena Emisi CO2

food
food (Photo credit: Agnes Leung)

Meningkatnya emisi CO2 dimuka bumi ini menyebabkan lautan yang ada di Bumi semakin bertambah asam sebanyak 26 % sejak awal revolusi industri pada awal abad ke – 20. Kerusakan ekosistem laut akibat perubahan ekstrim iklim mengancam hingga ke persoalan ketahanan pangan di Bumi.

Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan pada hari Kamis (14/11/2013) menyatakan bahwa, manusia yang menggantungkan hidupnya kepada ekosistem laut sangat rentan dan perlu beradaptasi bahkan mengatasi dampak pengasaman laut dalam beberapa dekade mendatang.

Hal ini diperkuat dengan menghilangnya terumbu karang di kawasan tropis yang berdampak besar pada keamanan pangan, pariwisata, dan perlindungan garis pantai. Laporan tersebut juga menyatakan bahwa, “Pengurangan emisi CO2 yang sangat agresif diperlukan untuk mempertahankan mayoritas terumbu karang tropis di perairan yang menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi.”
Betapa mirisnya bumi ini, jika biota laut sudah terancam kehadirannya, maka yang paling berdampak besar adalah populasi manusia yang hidup di sekitar laut. Hal ini juga disoroti oleh Daniela Schmidt dari University of Bristol di Inggris sebagai salah seorang penulis laporan tersebut, bahwa dampak peningkatan keasaman air laut pada keanekaragaman hayati dan perikanan, terutama dampaknya bagi masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada ekosistem laut, serta mata pencahariannya dari hasil laut.

Selain itu, Schmidt juga mengungkapkan bahwa Kita sedang membicarakan tentang negara-negara yang sangat bergantung pada (hasil laut) ini, di negara-negara hangat di mana ada masalah kompleks dengan perubahan iklim seperti itu. “Saya berharap orang menyadari bahwa CO2 bukan hanya masalah pemanasan global,” tegas nya lagi.
Beliau juga berharap bahwa aturan emisi CO2 semakin diperkuat. Beliau mengungkapkan bahwa laut merupakan media pertukaran langsung kandungan gas di atmosfer, dimana semakin tinggi emisi CO2, semakin meningkat pula kadar asam air laut. Sementara dampak dari bertambah asamnya air laut akan terasa hingga jutaan tahun mendatang.
Sedangkan tanda – tanda kerusakan ekosistem laut akibat meningkatnya emisi gas CO2 yang dihasilkan dari bahan bakar fosil atau minyak bumi, sudah terlihat saat ini. Sebagai salah satu contohnya adalah yang terjadi di peternakan tiram di Pantai Barat Amerika Serikat, ujar Schmidt.

Adapun hasil laporan mengenai peningkatan tingkat keasaman air laut ini rencananya akan dipaparkan di Konferensi PBB tentang perubahan iklim di Warsawa, Polandia, pada tanggal 18 November 2013. Dan Schmidt berharap laporan ini akan ditindaklanjuti dengan semakin diperketatnya aturan batas emisi CO2. “Ini bukan masalah yang begitu saja akan berlalu. Konsekuensinya akan sangat menakutkan di masa mendatang,” ujarnya. Para peneliti mendapatkan emisi karbon dioksida dari aktivitas manusia merupakan penyebab lonjakan peningkatan keasaman laut. Aktivitas manusia tersebut mencakup penggunaan bahan bakar berbasis fosil atau bahan bakar minyak. Sedangkan laju pertambahan keasaman laut, jauh lebih cepat dibandingkan pada 300 juta tahun yang lalu, ujar para peneliti tersebut. Mereka memperkirakan pada 2100, keasaman air laut akan meningkat 170 persen dibandingkan dengan masa sebelum revolusi industri.

Jika kita cermati, hal ini sangat menyedihkan untuk masa yang akan datang. Kita sebagai manusia, harus berupaya semaksimal mungkin untuk mengurangi emisi CO2 di atmosfer. Karena segala sesuatu yang terjadi dibumi, adalah akibat dari aktivitas manusia sendiri. Tinggal kesadaran manusia lah yang dapat menyelamatkan bumi ini.

By : kompas.com

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.